Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pernikahan Bayaran : Chapter 101 - Chapter 110

129 Chapters

📌 101 : Malam Pertama yang Tertunda (18+)

Natasya membiarkan tangan nakal Abian memainkan dua asetnya yang selama ini tidak pernah dibiarkan terjamah oleh siapapun. Ia menatap wajah suaminya yang merah menahan nafsu. Abian mendekatkan kepalanya pada kepala Natasya. Di cium kening, kedua pipi, leher dan bibirnya dengan mesra, “Kamu—gak akan berubah pikiran?” Natasya tersenyum, “Gak akan.” Abian mendekati pintu. Di kunci pintu kamarnya karena takut Haikal tiba-tiba masuk. Ia membuka bajunya yang basah, juga membuka piyama tidur Natasya. Di tatap bagian atas istrinya yang tak memakai bra. “Kok diem aja?” pancing Natasya. Abian tak membuang waktu. Ia menyusuri dua gunung kembar Natasya yang berukuran tak terlalu besar. Ia melakukan semua yang ada dalam pikirannya selama ini. “Mas, pelan-pelan.” “Maaf.” “Kamu terlalu bersemangat?” Abian tersenyum. Dengan nakal, Natasya bangkit. Ia mengambil pusaka milik suaminya yang sudah siap pakai. Di elusnya benda itu membuat si pemilik menutup mata, menikmati perasaan yan
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

📌 102 : Bekas Gigitan Ulat

Haikal berdiri menunggu Abian dan Natasya keluar dari kamar. Ia merasa sangat bersalah sehingga tak tidur semalaman dan berakhir demam.Mama yang baru pulang dini hari, langsung ke kamar Haikal karena melihat mbok Iyem sibuk membawakan air kompresan. Semalam, mama sempat ke kamar Abian untuk meminta bantuan. Tapi kamarnya di kunci. Jadi mama pikir anak dan menantunya sedang sibuk bereproduksi.Ceklek.Natasya yang pertama keluar, “Ical?”Haikal memeluk Natasya, “Mami?”Natasya jongkok, ia yang melihat Haikal sangat pucat memegangi dahinya, “Cal, kamu—sakit?”“Siapa yang sakit, sayang?” Abian keluar dari kamar, “Ical?”“Papi?”Abian memeriksa dahi dan leher Haikal, “Kamu gak perlu sekolah. Yuk ke kamar, papi kompresin.”Haikal menggeleng, “Aku mau sama mami.”“Ya udah, yuk, ikut mami ke ruang makan.” Natasya menuntun Haikal.“Papi gendong aja.” Abian memangku Haikal yang tak banyak protes.Di ruang makan, mama yang sedang menata meja melirik ke arah Natasya yang berjalan se
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

📌 103 : Bertemu Orang Lama

Natasya sibuk keluar masuk ruang kepala bagian poli bedah kardiotoraks dan komisi disiplin ketika Abian di larikan ke UGD. Irvan yang sedang luang, di mintai bantuan untuk menunggu sang suami sampai di pindahkan ke bangsal perawatan.Prof Indra duduk di dekat Natasya, “Saya sudah bicarakan dengan tim direksi.”“Bagaimana katanya, prof? Apa—mas Abian masih bisa dipertahankan disini?”Profesor Indra menggeleng pelan, “Sudah terlalu lama dokter Abian—tidak melakukan pembedahan. Petisi tidak hanya dilakukan oleh dokter konsulen dan residen bedah, tapi juga pasien. Ada satu pasien yang anaknya mendapat diagnosa Kardiomiopati. Walinya ternyata bekerja di firma besar, sehingga ini bisa dijadikan pertimbangan untuk—memindahkan dokter Abian ke rumah sakit cabang di daerah.”Natasya menutup matanya.“Apa dokter Natasya tidak bisa membujuk dokter Abian lagi?"“Prof, apa prof tahu penyebab dokter Abian berhenti operasi tiga tahun lalu?”“Ya karena—Anesia.”“Prof juga tahu kenapa dokter Ab
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

📌 104 : Langkah Membantu Abian

“Wah, kalo makannya sebanyak ini, pasien udah bisa pulang ya, bu dokter?” sindir Irvan karena melihat Abian tak berhenti makan sejak tadi.“Berisik. Harusnya lo support gue.”“Oh, jelas, gue support. Lo pikir makanan ini ada karena siapa? Gue yang beliin semua.”“Baru segitu.”Irvan melirik Natasya yang jadi banyak diam setelah pulang dari supermarket, “Kenapa, Sya?”Natasnya menggeleng, “Gak papa.”“Kamu lagi haid hari pertama?”“Nggak.”“Istri gue haid akhir bulan.” selak Abian.“Ciye yang berasa jadi suami yang baik karena tahu jadwal periode istrinya.”Natasya tertawa, “Kamu tuh godain mas Abian terus.”“Aku gemes soalnya sama dia, Sya."Tok-Tok-Tok“Masuk.” teriak Abian sebagai pemilik ruangan.Vina masuk. Ia membawa keranjang buah ukuran besar yang menghalangi pandangannya. Irvan yang tak tega langsung mengambilnya.“Makasih dokter Irvan, tapi jangan suka sama saya, saya udah beranak dua soalnya.”Irvan bergidig ngeri, “Tipe saya bukan ibu-ibu bawel seperti kamu
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

📌 105 : Pertengkaran Hebat

Sebelum menemui Abian, Natasya pergi ke ruang ICU untuk melihat kondisi pasien. “Halo, Tamara.” Pasien tersenyum dibalik masker oksigen. Tubuhnya terlalu lemas untuk bicara karena jantungnya serasa ditekan batu maha berat. “Sebentar lagi kita akan melakukan pembedahan pada jantung kamu.” Pasien mengangguk. “Kamu pasti udah tahu ya, dari mama kamu? Kamu tahu gak, nanti siapa yang operasi kamu?” Pasien menggeleng. “Namanya dokter Abian. Dia dokter bedah yang hebat banget. Dia teliti, dia pinter ambil keputusan, meskipun—galak.” Pasien terlihat menahan tawa. “Kamu belum pernah ketemu dia, soalnya kamu pasien pindahan dari rumah sakit lain. Segera setelah pembedahan, kamu akan ketemu sama dia.” Pasien mengangguk. Natasya tersenyum. Ia tak sabar akan berdiri berhadapan di meja operasi sebagai dokter utama dan asisten operasi dengan sang suami. Setelah ini, semoga Abian memiliki kesadaran bahwa ia adalah dokter bedah yang hebat, sehingga akan terus melakukan operasi
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

📌 106 : Kecerobohan Natasya

Pov AbianKepala perawat bedah menghela nafas beberapa kali didepan pintu ruangan Abian. Ternyata ia tak seberani itu untuk memohon pada Abian untuk datang membantu ke ruang operasi.Pintu terbuka. Abian akan pergi untuk membeli kopi.“Sus? Sedang apa disini?”“Dokter Abian—tolong saya.”Abian mengernyit, “Apa yang bisa saya bantu?” Kepala perawat tak tahu kenapa ia menangis. Ia menggenggam tangan Abian, “Tolong selamatkan dokter Natasya.”“Natasya? Ada apa sama istri saya? Apa dia jatuh lagi di tangga evakuasi? Atau terkurung di rooftop? Istri saya kenapa, sus?” tanya Abian ketakutan.“Dokter Natasya bisa—terancam mendapatkan pendisplinan serius karena jadi dokter utama tanpa pantauan dokter konsulen.”Abian melotot, “Natasya—lagi operasi?”“Iya, dok, tolong kebaikan hati dokter untuk menyelamatkan dua orang di ruang operasi. Kondisi pasien terus menurun. Pembuluh darahnya banyak yang terkena infeksi. Ada pelengketan juga dengan paru. Belum lagi, katup Mitral juga mengalam
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

📌 107 : Benci Abian

Abian menarik tubuh Natasya, “Bu, biar saya jelaskan mengenai durasi lamanya operasi. Tadi ada sedikit masalah di pelengketan jantung dengan paru, sehingga kami harus memisahkannya dulu. Jumlah pembuluh darah yang terkena infeksi juga lebih banyak dari hasil tes. Hal tersebut yang membuat operasi berjalan lebih lama.”“Oh begitu. Kapan saya bisa bertemu anak saya, dok?”“Besok pagi akan saya beritahu lagi. Untuk sementara, anak ibu akan kami pantau di bangsal bedah.”“Oh iya, dok, saya mengerti. Sekali lagi terima kasih, dokter Abian dan dokter Natasya.”“Sama-sama. Kalau begitu kami permisi. Mari.” Abian menarik tubuh Natasya masuk ke dalam ruang pertemuan dokter dan wali pasien. Ia menutup pintunya, “Nat, kamu mau menghancurkan nama baik rumah sakit?”“Bukannya kita harus jujur sama wali pasien apa aja yang terjadi di dalem ruang operasi tadi?”“Dengan mengatakan kamu si residen tahun kedua yang jadi dokter utama? Nat, wali pasien mungkin gak tahu aturan itu. Kalo dia bilang k
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

📌 108 : Takut Hamil

Sudah lima hari Abian tak pulang. Ia juga tidak ada di rumah sakit. Ia mengajukan cuti sebelum di rotasi ke rumah sakit daerah. Natasya yang kini jadi asisten dokter Farhan di poli, banyak diam. Ia jadi sering tidak fokus karena memikirkan nasib suaminya yang malang.“Dokter Natasya?”Perawat asisten poli menyikut Natasya.Natasya menoleh, “Kenapa, sus?”Dokter Farhan tersenyum, “Dokter Natasya perlu istirahat. Silakan ke ruang piket dulu.”“Saya gak papa kok, dok.”“Begitu? Saya mau lihat catatannya.” pinta dokter Farhan.Natasya melirik perawat yang berdiri disebelahnya, “Saya—gak mencatat apapun, dok, maaf.”“Artinya dokter Natasya kenapa-napa?”Natasya menunduk.“Tidak papa, istirahat saja dulu. Untuk operasi nanti sore juga tidak perlu ikut. Pulang saja untuk meredakan stress. Saya harap, besok, dokter Natasya bisa kembali beraktivitas dengan normal, mengingat akan dilakukan pencangkokan jantung pak Waluyo dan dokter Natasya jadi asisten operasi.”“Baik, dok. Kalau begitu saya
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

📌 109 : Pesta Nanas

Karena mendapat izin untuk istirahat hari ini, Natasya langsung pergi ke supermarket untuk memborong sesuatu. Ia sudah tak peduli dimana Abian berada. Respon Vina tenang-tenang saja. Setiap ia bertemu Irvan pun, sahabat barunya itu terlihat tidak panik. Artinya Abian baik-baik saja. Ia tahu, seberat apapun masalah yang dihadapi Abian, suaminya tak akan bunuh diri. “Pak, berhenti disini aja.” pinta Natasya pada supir taksi. “Ini masih jauh ke alamat yang mbak berikan.” “Gak papa, saya mau olahraga hehe.” Natasya membayar ongkos argo dan membawa sekeresek besar buah-buahan yang ia beli tadi. “Gue harus capek biar—dia—luruh.” Natasya merasa ucapannya jahat. Ia menggeleng, “Enggak, maksudnya—gue pengen olahraga. Iya, gitu.” Jalan--tempat dimana Natasya turun dari taksi cukup jauh dari rumah mama. Ia melangkah kesusahan karena buah yang dibeli bisa terhitung banyak dan berat untuk tubuhnya yang kurus. “Bertahan, Sya, ini demi—ah, gue kesannya kayak cewek apaan aja deh gak
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

📌 110 - Natasya Tumbang

Suara ambulance yang beradu terdengar sayup di telinga Natasya yang pingsan dua jam ini. Matanya mengerjap. Ketika tak tahu ruangan mana yang tengah ditempatinya, Natasya melirik kanan-kiri. Tak ada siapa-siapa disana.“Aw.” Natasya mengaduh ketika perih di perutnya kembali terasa.“Gue—di rumah sakit?”Natasya mengangkat tangannya yang terpasang selang infus. Kepalanya sedikit berat, ditambah mual dan perih yang menjalari seluruh area perutnya, membuatnya tak bisa bangkit.Ceklek.Mama buru-buru menghampiri ranjang, “Nat?”“Mama?”“Syukurlah kamu udah bangun. Bentar, mama panggil dokter dulu.”Natasya membuang nafas pelan. Ia tak butuh dokter, ia butuh Abian ada disini. “Bentar, mas Abian—tahu gak ya, gue disini?”Mama masuk dengan dokter perempuan yang ramah sekali.“Selamat malam, dokter Natasya.”“Malam, dok.”“Saya tidak perlu menjelaskan ‘kan?”Natasya tersenyum, “Iya, dok, dari gejala, saya mengalami peradangan lambung atau gastritis akut.”“Penyebabnya?”Nat
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status