Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 110 - Natasya Tumbang

Share

📌 110 - Natasya Tumbang

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-28 09:51:54

Suara ambulance yang beradu terdengar sayup di telinga Natasya yang pingsan dua jam ini.

Matanya mengerjap. Ketika tak tahu ruangan mana yang tengah ditempatinya, Natasya melirik kanan-kiri. Tak ada siapa-siapa disana.

“Aw.” Natasya mengaduh ketika perih di perutnya kembali terasa.

“Gue—di rumah sakit?”

Natasya mengangkat tangannya yang terpasang selang infus. Kepalanya sedikit berat, ditambah mual dan perih yang menjalari seluruh area perutnya, membuatnya tak bisa bangkit.

Ceklek.

Mama buru-buru menghampiri ranjang, “Nat?”

“Mama?”

“Syukurlah kamu udah bangun. Bentar, mama panggil dokter dulu.”

Natasya membuang nafas pelan. Ia tak butuh dokter, ia butuh Abian ada disini.

“Bentar, mas Abian—tahu gak ya, gue disini?”

Mama masuk dengan dokter perempuan yang ramah sekali.

“Selamat malam, dokter Natasya.”

“Malam, dok.”

“Saya tidak perlu menjelaskan ‘kan?”

Natasya tersenyum, “Iya, dok, dari gejala, saya mengalami peradangan lambung atau gastritis akut.”

“Penyebabnya?”

Nat
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pernikahan Bayaran    📌 111 : Bertemu Mama Lagi

    “Dia—dia—temen aku, ma, sahabat. Aku sama Vina, sama titik ini sahabatan bertiga gitu.” jawab Natasya dengan wajah takut.“Namanya titik?” “Namanya Atik, ma, suka dipanggil titik soalnya dia—agak—kemayu.”“Ah, masa? Tapi pas ngobrol gak kemayu kok.”“Dia—udah hijrah, ma, lagi belajar jadi lakik.”Mama manggut-manggut, “Oh gitu.”Natasya membuang nafas lega karena mama percaya begitu saja pada karangannya.“Dia ngomong apa aja, ma?” tanya Natasya waspada.“Cuma nanyain kamu kemana aja, kok gak angkat telpon terus dari dia. Mama bilang aja kamu lagi pingsan.”“Ma!” Natasya melotot, “Terus—dia jawab apa?”“Dia tanya apa kamu dibawa ke rumah sakit atau gimana. Mama jawab dibawa ke rumah sakit.”“Terus?” tanya Natasya tak sabar.“Mama gak sempet jawab kita ke rumah sakit mana, soalnya hape kamu lowbatt, jadi langsung mati telponnya."Natasya menutup matanya. Untuk kedua kalinya ia merasa lega.“Mama udah chargerin hape kamu. Kamu mau pake sekarang?”“Enggak usah, ma, aku masih—lemes.”Mam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Pernikahan Bayaran    📌 112 : Asal-Usul Jadi Matre

    Natasya diam dipelukkan Abian ketika mereka sama-sama tidur di ranjang. Mama memutuskan pulang karena anaknya akhirnya datang kesini, padahal tadi ketika diminta menemani Natasya, Abian menolak.“Mas?”“Hm?”“Kamu gak tanya tadi—siapa?”“Kalian—mirip. Aku tahu tadi—mertua aku.”Tadi, begitu Abian menatap ibu kandung Natasya lama, mama pergi. Padahal Abian berniat baik ingin menyapa mertuanya di pertemuan perdana mereka.“Aku gak akan ngomong apa-apa, gak akan menghakimi dan sebagainya. Aku gak pernah tahu isi hati kamu kayak gimana.”Natasya keluar dari pelukkan Abian. Ia bangkit dan duduk, “Aku belum bisa memaafkan mama, mas. Apa itu salah?”Abian ikut duduk. Ia mengelus kepala Natasya lembut, “Yang pantes bilang salah atau nggak itu kamu sendiri, Nat.”“Kok aku?”“Kamu yang merasakan semuanya sendiri. Kamu yang menyaksikan mama kamu pergi tiga belas tahun lalu. Kamu juga yang tahu hal apa yang membuat—mama memilih pergi.”Kedua mata Natasya merah siap menangis.“Soal ora

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Pernikahan Bayaran    📌 113 : Abian Menghilang

    Sejak bangun tidur tadi pagi, Natasya tak mendapati Abian ada di ranjang dan diseluruh ruangan. Ia sudah bertanya pada perawat jaga. Mereka bilang Abian pergi dini hari setelah mengangkat telpon. Apa itu dari Aca?“Mungkin Abian ada urusan.” kata mama sambil menemani makan siang, sekalian menenangkan menantunya.“Urusan apa, ma?”“Gak tahu. Mama tanya Irvan juga dia gak bales. Mungkin Abian ngurusin perizinan rotasi ke rumah sakit daerah.”Natasya hanya memakan setengah porsi makan. Asam lambungnya yang belum membaik, makin parah karena stress memikirkan mama kandungnya yang kembali dan perginya Abian, sehingga jadwal kepulangan di mundurkan.Mama tak memaksa Natasya harus menghabiskan makan. Mama tahu Natasya sudah bertemu mama kandungnya dan butuh waktu untuk menerima semuanya.“Nat, sebentar lagi papamu dateng. Katanya harus nganterin pasien rujukan dulu ke luar kota, makannya baru bisa kesini.”“Iya, ma.”“Mama tinggal, ya? Kalo butuh apa-apa, telpon aja.”Sekeluarnya mam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Pernikahan Bayaran    📌 114 : Tetap Aca Pemenangnya

    Kondisi Natasya masih membutuhkan perawatan khusus, tapi ia memaksa ingin pulang. Karena takut stress, dokter Dwi memperbolehkan dengan catatan Natasya harus tetap bedrest di rumah.Di lobi rumah sakit, ketika pak Eman membawa mobil, Natasya yang duduk di kursi roda, hanya menatap kosong ke depan. Dua hari ini Abian hanya memberikan kabar lewat telpon. Ia tak datang lagi.Drrrrrt~ Ponsel mama berdering panjang.“Halo, sus? Saya masih di lobi. Ada apa, ya? Oh begitu? Ya udah saya ambil ke ruangan. Terima kasih informasinya, sus.” Mama menutup telpon, “Nat, ada barang kamu yang ketinggalan katanya. Mama ambil dulu, ya?”“Iya, ma.”Seperginya mama, Natasya mengayuh kursi roda ke samping agar tidak mengganggu pasien lain yang sedang menunggu jemputan juga.Ketika matanya mengerem kursi roda, Natasya melihat sepasang kaki jenjang berdiri di depannya. Perlahan, matanya menatap ke atas.“Hai, Natasya.” sapa Aca dengan suara yang dibuat seramah mungkin.“Aca?”“Uh, lo sakit, ya? Ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Pernikahan Bayaran    📌 115 : Mengancam Abian

    Sudah jam sebelas malam, tapi mata Natasya masih terjaga. Haikal terus menemaninya setelah pulang sekolah, tapi ia masih belum kembali ceria seperti sebelum sakit. Luka di hatinya cukup serius karena pengakuan kehamilan Aca tadi.Ceklek.“Sayang?”Natasya menatap Abian yang tersenyum menutup pintu dengan tatapan datar.Abian mencium pucuk kepala istrinya, “Ical mau tidur disini?”“Dari mana aja, mas?” tanya Natasya ketus.Abian duduk ditepian ranjang, “Rumah sakit.”“Ngapain?”“Ada yang harus aku urus.”“Beneran kamu di rumah sakit?”“Iya.”“Bukan ke apartemen Aca?”Abian tersenyum, “Kamu kenapa sih? Kok Aca?”“Jawab pertanyaan aku!” Haikal menggeliat bangun mendengar bentakkan Natasya, “Mami?”Natasya melirik Haikal, “Cal, tidurnya pindah ke kamar kamu.”“Tapi aku mau tidur sama mami dan papi malam ini. Lusa ‘kan aku udah pulang ke rumah orang tua aku.”Natasya membuang mukanya. Ia bangkit dari ranjang, “Kamu tidur sama papi aja, tadi mami udah nemenin Ical main dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 116 : Kabar Baik Baru?

    Setelah mama mendengar pertengkaran anak dan menantunya, mama tak melanjutkan pembicaraan apapun. Mama langsung pergi. Natasya juga. Ia membereskan semua barangnya dan pamit pada mama untuk menginap di rumah papa. Mama tentu mengizinkan, dengan syarat Natasya harus di antar pak Eman.Natasya berdiri di depan pintu rumah papa ketika selesai menelpon, meminta papa membuka kan pintu.“Sya? Masuk.”Natasya berjalan pelan menuju kamar.“Kamu langsung istirahat ya.”Dengan wajah sudah berantakkan, Natasya memeluk papa sambil menangis.“Sya.... apapun masalah kamu sama—nak Abian, jangan ambil keputusan terburu-buru ya. Jangan sampai kamu menyesal seperti papa.”“Aku—gak mau ketemu dia lagi, pa.”Papa mengelus belakang kepala Natasya, “Malam ini kamu tidur sama papa, ya?”Natasya mengangguk.Di ranjang, Natasya memunggungi papa. Ia tak tidur sama sekali meski sudah berhenti menangis. Papa pun tak bisa tidur karena khawatir pada pernikahan anaknya. Papa belum tahu kenapa besannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 117 : Aca Jadi Viral

    Natasya berusaha mati-matian bersikap biasa pada Abian di poli. Suaminya masih melakukan konsultasi rawat jalan menjelang kepindahannya ke rumah sakit cabang di daerah. Waktu masih tersisa sekitar satu minggu lagi.“...untuk jadwal operasi akan menyusul, segera setelah ibu rawat inap. Nanti untuk jalannya operasi, yang tidak boleh dilakukan, pengobatan dan lainnya akan dijelaskan perawat.”“Baik, dok, kalau begitu, terima kasih. Mari.”“Pasien selanjutnya persilakan masuk, sus.”“Baik, dok.” Suster Anna mendekati pintu, “Pasien berikutnya, Ibu Aida. Silakan, bu.”Pasien duduk didepan Abian, “Selamat pagi dok. Oyah, saya sudah rajin minum obat sesuai petunjuk dokter. Apakah operasi itu tidak perlu di lakukan lagi?”Abian diam sejenak. Ia tengah fokus menatap keseluruhan tes di layar komputer, “Akan sulit jika hanya mengandalkan obat, bu. Kondisi ini jika dibiarkan akan membuat ibu mengalami serangan jantung.”Pasien menatap Natasya, suster Anna dan Abian silih berganti, “Hehehe,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 118 : Jujur pada Alan

    “Aku—akan jelasin semuanya. Kita ketemu sekarang. Kamu bisa ke rumah sakit? Aku di kasih waktu istirahat, tapi—gak bisa lama.”“Oke, aku ke rumah sakit sekarang.”Natasya membuang nafasnya dengan berat ketika telpon ditutup. Ia harus menyiapkan diri ketika Alan akan marah besar dan memutuskannya.Natasya sudah menunggu Alan satu jam. Kekasihnya tak kunjung muncul di kafe samping rumah sakit. Ia terus dilirik beberapa pegawai dan pengunjung. Video viral itu membuatnya sulit bergerak.Ia pasti tengah sibuk di kasihani sebagai istri yang tertindas, apalagi video rekaman CCTV ketika ia menangis, terus jadi headline portal berita besar.“Sya?”Natasya tersenyum kaku. Ia mendekati kursi roda dan mendorongnya ke depan meja.“Maaf lama, aku tadi—agak kesusahan untuk bersiap.”Natasya menunduk di depan Alan.“Maaf aku cacat.”Natasya menatap Alan nanar, “Sayang...”“Kamu masih berani panggil aku sayang?” tanya Alan tenang.“Aku—” Natasya menunduk.“Ceritain kenapa bisa ada berita

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04

Bab terbaru

  • Pernikahan Bayaran    📌 131 : Memutuskan Alan

    “Mulai hari ini kita putus, Alan!”Mata Alan merah. Wajahnya sangat terkejut. Ia tidak menyangka, pertengkarannya dengan Natasya akan berakhir dengan pemutusan hubungan seperti ini.“Anggep aja uang yang aku kasih ke kamu sebagai permintaan maaf. Kita impas sekarang.” Natasya membalikkan badannya. Ia akan pergi entah kemana. Pikirannya terlalu kalut menerima kenyataan bahwa selama ini, Alan ternyata sudah membohonginya. Ketika membaca ulang hasil tes, ia tidak menemukan hasil pemeriksaan yang menyebutkan jika Alan mengalami lumpuh permanen. Jadi bisa dikatakan, kakinya sulit berjalan saat itu adalah--karena tubuhnya masih butuh adaptasi untuk bergerak setelah koma dua tahun.“Sya, tunggu, aku bisa jelasin semuanya. Aku minta maaf.” Alan mengejar Natasya yang berjalan cepat meninggalkan pelataran bakery.Air mata Natasya kering seketika, setelah menyadari bahwa Alan tidak pantas di tangisi.“Sya, aku bisa jelasin semuanya. Sya!”Natasya memasuki taksi. Alan pun begitu. Taksi

  • Pernikahan Bayaran    📌 130 : Alan yang Sebenarnya

    Abian terus melirik Natasya yang tak berhenti senyum menjelang bertemu Alan. Apa ia tidak bisa memikirkan perasaannya setelah mendengar ucapan cinta satu jam lalau di kamar?“Nanti mas gak usah jemput aku pulang. Aku bisa naik taksi.”Abian melirik, “Geer. Siapa juga yang mau jemput istrinya yang selingkuh.”Natasya mendorong tubuh Abian, “Mas juga selingkuh.”“Aku udah ada usaha putusin Aca loh. Gak kayak kamu. Mana pernah kamu mutusin Alan sekalipun.”“Jangan sampe. Aku sayang banget sama Alan, meskipun sering banget kesel sama dia.”“Kesel kenapa?”“Fokus aja nyetir, jangan pengen tahu urusan orang lain.”Mobil berhenti didepan gedung mall.“Yakin gak mau ditemenin? Aku gak akan ngikutin kamu ke rumah Alan. Kamu cuma mau beli oleh-oleh buat dia ‘kan?”“Iya, tapi mas gak boleh ikut. Mas gak boleh tahu oleh-oleh apa yang mau aku beli buat Alan.”Abian menatap Natasya penuh curiga, “Kamu mau kasih—barang haram, ya?”“Mas! Aku keluar. Awas ya ngikutin aku.”“Aku ikutin. Ta

  • Pernikahan Bayaran    📌 129 : Detik Perpisahan dengan Abian

    Sejak pagi setelah selesai shift, Natasya terus berada dekat dengan Abian. Ia tak mau jauh-jauh dari suaminya.“Gak ada yang ketinggalan?”“Gak, mas, aman. Yuk.” Natasya menggandeng lengan Abian.Jika tak memakai baju dinas, mereka terlihat seperti pekerja kantoran. Penampilan Abian yang mengikuti zaman dan Natasya yang mulai mengubah penampilan, membuat mereka jadi idola baru di kalangan dokter ko-as.“Mau beli sesuatu dulu gak sebelum pulang?” tanya Abian.“Gak ah, aku capek, mau tidur.”“Kalo aku order diterima gak?”Natasya menggebug lengan Abian, “Jangan kenceng-kenceng ngomongnya.”Abian berbisik, “Aku mau order, bisa gak?”Natasya tertawa. Ia mendorong tubuh Abian yang tertawa juga, “Nyebelin!”Vina yang melihat kemesraan mereka dari kejauhan tersenyum, “Natasya udah menemukan kebahagiannya. Artinya Alan udah gak punya celah untuk masuk lagi ke hati elo, Nat.”Di parkiran basement, Abian membuka kan pintu mobil untuk Natasya, “Silakan masuk, nyonya Abian.”“Mas, jan

  • Pernikahan Bayaran    📌 128 : Curiga pada Natasya

    Natasya berjalan buru-buru setelah melakukan visit ke ruang ICU dan bangsal menuju ruangan Abian. Ia lupa pada titah suami kontraknya dan malah ngobrol ngalor-ngidul dengan Arsya di telpon. Ceklek.“Mas, hehe, maaf ya lama.”“Satu jam lebih bukan telat lagi sih.”Natasya manyun, “Segini juga dateng. Aku sibuk tahu.”“Sibuk apa? Bukannya yang jaga malam banyak?”Natasya menjatuhkan dirinya di sofa, “Aduh enaknya.”Abian bangkit dari kursi kerja dan duduk disebelah Natasya. Ia mengendus bau istrinya.“Mas, apaan sih.” Natasya menggeser tubuhnya karena risih.“Aku mau.”Natasya melotot, “Mas, ini di rumah sakit!”“Kita bisa kunci ruangannya."“Nggak!”“Aku bayar.”“Nggak mau.” Natasya berdiri, “Kalo aku diminta kesini buat ini, aku pergi.”“Oke-oke, nggak akan. Aku cuma mau kamu disini. Aku butuh temen ngobrol.”Natasya kembali duduk di sofa.“Gak mau semakin deket duduknya?”Natasya menggeleng.“Aku disini sampe lusa loh.”Mendengar itu, Natasya menatap Abian lama.

  • Pernikahan Bayaran    📌 127 : Menyelidiki Sesuatu

    Pov AbianHari ini Natasya mengikuti operasi bersama profesor Indra, sehingga yang jadi asisten poli adalah Vina. Sudah hampir seluruh pasien melakukan konsultasi. Ketika pasien terakhir belum masuk karena sedang pergi ke toilet, Abian jadi mengingat sesuatu yang ingin ditanyakan pada Vina.Di putar kursinya ke arah Vina. Suster Anna sedang berdiri di lawang pintu karena berbincang dengan perawat lain.“Vin?”“Iya, dok?”“Selesai praktek, kita bisa bicara?”“Bisa, dok. Soal—Natasya, ya?”Abian mengangguk, “Natasya gak akan selesai operasi secepatnya ‘kan?”“Kayaknya masih lama, dok. Pasiennya mengalami pelengketan serius, pasti butuh waktu lama.”“Oke, bagus.”“Pasien datang, dok.” seru suster Anna.Abian membaca hasil tes dengan wajah sangat serius, membuat pasien, suster Anna dan Vina jadi cemas.“Kenapa, dok?” tanya anak pasien, “Apa hasil tesnya—buruk?”Abian menatap pasien dan wali silih berganti, “Apa ibu sering mengalami serangan jantung?”“Saya baru datang dari

  • Pernikahan Bayaran    📌 126 : Tidak Sadar Diri

    Abian menatap Aca penuh pengertian, “Kamu masuk. Biar Natasya jadi urusan aku.”“Oke, sayang.” Aca tersenyum sinis ke arah Natasya sebelum menutup pintu.Natasya pergi. Ia sungguh tak habis pikir suaminya tega membohonginya berkali-kali mengenai Aca.“Nat, tunggu.” Abian mengejar Natasya yang berjalan amat cepat.Natasya tak menggubris panggilan Abian.“Nat!” Abian menarik lengan Natasya, “Dengerin aku dulu, dong.”Natasya terpaksa membalikkan badan, “Dengerin apa? Berkali-kali, mas, kamu bohongin aku dan ketemu Aca diem-diem. Aku harus dengerin apa lagi?” “Aku cuma gak tega Aca luntang-lantung karena kasus kemarin.”“Itu salah dia. Siapa yang suruh dia pura-pura hamil, labrak aku dan hancurin karirnya sendiri?”“Nat, kamu gak punya hati? Aca gak pernah berniat begitu. Dia cuma—”“Bercanda?”Abian membuang nafas pelan, “Kamu aneh. Kamu gak mau melanjutkan pernikahan kita dan terus memilih Alan, tapi kamu cemburu sama Aca. Apa bener yang Ical bilang, kalo kamu mencintai dua

  • Pernikahan Bayaran    📌 125 : Impas

    Tersisa dua hari lagi Abian bertugas di rumah sakit sebelum dipindahkan ke daerah. Natasya memakai waktu ini sebaik-baiknya untuk jadi istri sekaligus residen yang berbakti. “Ada lagi yang mau mas makan?” tanya Natasya ketika ia dan Abian baru bisa makan siang di malam hari, berdua di ruangan pribadi Abian.“Udah cukup. Ini aja banyak banget.”“Hehehe, aku lagi ngidam pengen semua ini.”“Kirain ngidam hamil.”Natasya melirik Abian sinis, “Jangan mulai deh.”“Nanti pulangnya gak bisa bareng. Aku ada perlu.”“Gak papa, aku juga ada perlu.”“Perlu apa?”“Jangan tanya, aku juga gak tanya mas ada urusan apa sama siapa.”Abian mendecek.Natasya menatap Abian, “Mas, nanti janji harus sering kesini. Aku juga janji bakal jengukin mas ke rumah sakit baru.”“Hm.”“Telinga dan jantung aku pasti akan kaget gak lagi mendengar bentakkan dan ucapan sarkasme mas.”“Kamu ini muji atau ngehina sih?”Drrrrt~Natasya merogoh ponselnya. Ia berhenti makan ketika membaca pesan yang entah di

  • Pernikahan Bayaran    📌 124 : Acara yang Aneh

    Kedatangan Natasya dan Abian disambut hangat oleh perawat dan dokter yang sudah lebih dulu tiba di balroom hotel. Vina dan Irvan pun ada disana. Suasana sangat meriah dengan dekor yang dibuat sedemikian rupa. Namun yang tak ditemukan Natasya adalah tulisan ‘Farewell Party’ atau ‘Selamat Bertugas ditempat Baru’, seperti yang sering ia lihat di acara perpisahan dokter lain. Meski begitu ia berusaha menikmati acara.“Dokter Abian, selamat ya.” dokter bedah umum senior menyalami Abian, “Saya tahu semua akan terjadi. Berkat dokter Abian, rumah sakit kita kembali mendapat penghargaan.”“Saya hanya melakukan tugas, dok.”“Meski begitu kami para dokter bedah sangat berterima kasih karena mendapat sumbangan alat-alat terbaru dari pak Waluyo, semua berkat dokter Abian.”Rumah sakit mendapat sumbangan dari pak Waluyo? Natasya mengernyit. Jadi pak Waluyo sudah di operasi? Oleh siapa? Ia terlalu fokus pada masalah Aca, Haikal dan Alan, sehingga tak pernah punya waktu untuk menanyakan hal ini

  • Pernikahan Bayaran    📌 123 : Memenuhi Undangan

    “Kerja bagus. Terima kasih untuk semuanya.” tutur dokter Farhan pada semua staf operasi.Natasya jadi orang terkakhir yang keluar setelah membantu perawat membereskan ruang operasi.“Dok, gak papa, ini biar saya yang beresin.”“Gak papa, sus.”“Dokter Natasya lagi seneng itu, sus, biarin aja.” kata perawat lain.Natasya tersenyum, “Enggak kok, biasa aja.”“Dokter Natasya, saya turut senang dengan kabar baik soal dokter Abian.”Natasya berhenti menutup dus kain kasa, “Ada—kabar baik apa soal dokter Abian?”Perawat yang bicara itu disikut perawat lainnya, “Hehehehe, enggak, dok.”“Ada apa?” desak Natasya.“Gak papa, dok. Dokter istirahat aja. Dokter Natasya gak boleh kecapean.” Perawat mendorong tubuh Natasya keluar dari ruang bedah.Natasya membuka sarung tangan karet, “Aneh banget sih. Ada kabar baik apa emang soal mas Abian? Kok gue gak tahu?”Sebelum keluar dari ruang operasi, Natasya membersihkan tangannya. Ia akan segera ke poli untuk menemani suaminya praktek rawat ja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status