Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 113 : Abian Menghilang

Share

📌 113 : Abian Menghilang

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2025-03-02 07:58:19

Sejak bangun tidur tadi pagi, Natasya tak mendapati Abian ada di ranjang dan diseluruh ruangan. Ia sudah bertanya pada perawat jaga. Mereka bilang Abian pergi dini hari setelah mengangkat telpon. Apa itu dari Aca?

“Mungkin Abian ada urusan.” kata mama sambil menemani makan siang, sekalian menenangkan menantunya.

“Urusan apa, ma?”

“Gak tahu. Mama tanya Irvan juga dia gak bales. Mungkin Abian ngurusin perizinan rotasi ke rumah sakit daerah.”

Natasya hanya memakan setengah porsi makan. Asam lambungnya yang belum membaik, makin parah karena stress memikirkan mama kandungnya yang kembali dan perginya Abian, sehingga jadwal kepulangan di mundurkan.

Mama tak memaksa Natasya harus menghabiskan makan. Mama tahu Natasya sudah bertemu mama kandungnya dan butuh waktu untuk menerima semuanya.

“Nat, sebentar lagi papamu dateng. Katanya harus nganterin pasien rujukan dulu ke luar kota, makannya baru bisa kesini.”

“Iya, ma.”

“Mama tinggal, ya? Kalo butuh apa-apa, telpon aja.”

Sekeluarnya mam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
cemploek
muter aja trs aca, abian, natasya ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Bayaran    📌 114 : Tetap Aca Pemenangnya

    Kondisi Natasya masih membutuhkan perawatan khusus, tapi ia memaksa ingin pulang. Karena takut stress, dokter Dwi memperbolehkan dengan catatan Natasya harus tetap bedrest di rumah.Di lobi rumah sakit, ketika pak Eman membawa mobil, Natasya yang duduk di kursi roda, hanya menatap kosong ke depan. Dua hari ini Abian hanya memberikan kabar lewat telpon. Ia tak datang lagi.Drrrrrt~ Ponsel mama berdering panjang.“Halo, sus? Saya masih di lobi. Ada apa, ya? Oh begitu? Ya udah saya ambil ke ruangan. Terima kasih informasinya, sus.” Mama menutup telpon, “Nat, ada barang kamu yang ketinggalan katanya. Mama ambil dulu, ya?”“Iya, ma.”Seperginya mama, Natasya mengayuh kursi roda ke samping agar tidak mengganggu pasien lain yang sedang menunggu jemputan juga.Ketika matanya mengerem kursi roda, Natasya melihat sepasang kaki jenjang berdiri di depannya. Perlahan, matanya menatap ke atas.“Hai, Natasya.” sapa Aca dengan suara yang dibuat seramah mungkin.“Aca?”“Uh, lo sakit, ya? Ma

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pernikahan Bayaran    📌 115 : Mengancam Abian

    Sudah jam sebelas malam, tapi mata Natasya masih terjaga. Haikal terus menemaninya setelah pulang sekolah, tapi ia masih belum kembali ceria seperti sebelum sakit. Luka di hatinya cukup serius karena pengakuan kehamilan Aca tadi.Ceklek.“Sayang?”Natasya menatap Abian yang tersenyum menutup pintu dengan tatapan datar.Abian mencium pucuk kepala istrinya, “Ical mau tidur disini?”“Dari mana aja, mas?” tanya Natasya ketus.Abian duduk ditepian ranjang, “Rumah sakit.”“Ngapain?”“Ada yang harus aku urus.”“Beneran kamu di rumah sakit?”“Iya.”“Bukan ke apartemen Aca?”Abian tersenyum, “Kamu kenapa sih? Kok Aca?”“Jawab pertanyaan aku!” Haikal menggeliat bangun mendengar bentakkan Natasya, “Mami?”Natasya melirik Haikal, “Cal, tidurnya pindah ke kamar kamu.”“Tapi aku mau tidur sama mami dan papi malam ini. Lusa ‘kan aku udah pulang ke rumah orang tua aku.”Natasya membuang mukanya. Ia bangkit dari ranjang, “Kamu tidur sama papi aja, tadi mami udah nemenin Ical main dar

    Last Updated : 2025-03-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 116 : Kabar Baik Baru?

    Setelah mama mendengar pertengkaran anak dan menantunya, mama tak melanjutkan pembicaraan apapun. Mama langsung pergi. Natasya juga. Ia membereskan semua barangnya dan pamit pada mama untuk menginap di rumah papa. Mama tentu mengizinkan, dengan syarat Natasya harus di antar pak Eman.Natasya berdiri di depan pintu rumah papa ketika selesai menelpon, meminta papa membuka kan pintu.“Sya? Masuk.”Natasya berjalan pelan menuju kamar.“Kamu langsung istirahat ya.”Dengan wajah sudah berantakkan, Natasya memeluk papa sambil menangis.“Sya.... apapun masalah kamu sama—nak Abian, jangan ambil keputusan terburu-buru ya. Jangan sampai kamu menyesal seperti papa.”“Aku—gak mau ketemu dia lagi, pa.”Papa mengelus belakang kepala Natasya, “Malam ini kamu tidur sama papa, ya?”Natasya mengangguk.Di ranjang, Natasya memunggungi papa. Ia tak tidur sama sekali meski sudah berhenti menangis. Papa pun tak bisa tidur karena khawatir pada pernikahan anaknya. Papa belum tahu kenapa besannya

    Last Updated : 2025-03-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 117 : Aca Jadi Viral

    Natasya berusaha mati-matian bersikap biasa pada Abian di poli. Suaminya masih melakukan konsultasi rawat jalan menjelang kepindahannya ke rumah sakit cabang di daerah. Waktu masih tersisa sekitar satu minggu lagi.“...untuk jadwal operasi akan menyusul, segera setelah ibu rawat inap. Nanti untuk jalannya operasi, yang tidak boleh dilakukan, pengobatan dan lainnya akan dijelaskan perawat.”“Baik, dok, kalau begitu, terima kasih. Mari.”“Pasien selanjutnya persilakan masuk, sus.”“Baik, dok.” Suster Anna mendekati pintu, “Pasien berikutnya, Ibu Aida. Silakan, bu.”Pasien duduk didepan Abian, “Selamat pagi dok. Oyah, saya sudah rajin minum obat sesuai petunjuk dokter. Apakah operasi itu tidak perlu di lakukan lagi?”Abian diam sejenak. Ia tengah fokus menatap keseluruhan tes di layar komputer, “Akan sulit jika hanya mengandalkan obat, bu. Kondisi ini jika dibiarkan akan membuat ibu mengalami serangan jantung.”Pasien menatap Natasya, suster Anna dan Abian silih berganti, “Hehehe,

    Last Updated : 2025-03-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 118 : Jujur pada Alan

    “Aku—akan jelasin semuanya. Kita ketemu sekarang. Kamu bisa ke rumah sakit? Aku di kasih waktu istirahat, tapi—gak bisa lama.”“Oke, aku ke rumah sakit sekarang.”Natasya membuang nafasnya dengan berat ketika telpon ditutup. Ia harus menyiapkan diri ketika Alan akan marah besar dan memutuskannya.Natasya sudah menunggu Alan satu jam. Kekasihnya tak kunjung muncul di kafe samping rumah sakit. Ia terus dilirik beberapa pegawai dan pengunjung. Video viral itu membuatnya sulit bergerak.Ia pasti tengah sibuk di kasihani sebagai istri yang tertindas, apalagi video rekaman CCTV ketika ia menangis, terus jadi headline portal berita besar.“Sya?”Natasya tersenyum kaku. Ia mendekati kursi roda dan mendorongnya ke depan meja.“Maaf lama, aku tadi—agak kesusahan untuk bersiap.”Natasya menunduk di depan Alan.“Maaf aku cacat.”Natasya menatap Alan nanar, “Sayang...”“Kamu masih berani panggil aku sayang?” tanya Alan tenang.“Aku—” Natasya menunduk.“Ceritain kenapa bisa ada berita

    Last Updated : 2025-03-04
  • Pernikahan Bayaran    📌 119 : Kecurigaan Alan

    “Ayo cek dulu, sayang. Kalo udah pasti uangnya berapa, aku mau langsung kabarin temen-temen aku.”Natasya menatap kedatangan Abian. Suaminya berdiri tak jauh dari meja mereka.Melihat kekasihnya terus menatap ke belakangnya, Alan membalikkan badan. Ia tersenyum pada Abian yang tersenyum kaku.Abian menghampiri meja, “Kamu harus segera kembali ke rumah sakit. Vina—cari kamu.”Natasya melotot, “Vina?” ia menatap Alan, “Sayang, aku—harus ke rumah sakit. Bahaya kalo Vina—liat kamu.”Alan mengangguk, “Iya, sayang.”Abian tak tahu apa yang sudah dibicarakan istrinya dengan Alan, “Kami permisi.”“Iya, dok. Tolong jaga—pacar saya.”Abian mengangguk. Ia melangkah pergi dari kafe lebih dulu.“Sayang, aku—pergi.”“Jangan lupa kamu cek dan transfer segera uangnya ya, sayang.”Natasya yang sudah berdiri dan menggeser kursi, melirik ke arah Abian yang menoleh. Suami kontraknya pasti mendengar dengan jelas suara Alan.Natasya pergi begitu saja. Ia menyamai langkah Abian, “Makasih, mas.

    Last Updated : 2025-03-04
  • Pernikahan Bayaran    📌 120 : Pesta Perpisahan dengan Haikal

    Natasya mengajukan cuti untuk bisa membuat pesta kecil-kecilan dengan Haikal karena ia akan segera pulang ke rumah orang tuanya. Abian pun begitu. Mereka akan menginap di villa keluarga di Bogor. Mama tidak ikut, karena harus membereskan urusan Aca.“Mama beneran gak mau ikut?” tanya Natasya sambil mengepak barang di ruang makan.“Beneran. Udah, kalian aja. Sekalian rehat sejenak dari—berita gila yang dibuat si manusia ular itu.”Natasya melirik Abian yang sedang membantu Haikal memasukkan beberapa mainan.“Kalian harus seneng-seneng disana. Jangan hiraukan mama atau berita apapun. Mama gak kenapa-napa kok soal berita kemarin. Mama malah merasa jauh lebih sehat setelah membalas kejahatan satu orang yang gak bisa dibiarin terus jadi benalu.”“Oke, siap. Ical tunggu di mobil duluan ya, nanti barangnya papi yang bawa semua.” titah Abian guna mengusir Haikal dengan halus.Haikal mengangguk. Ia menghampiri mama, “Oma, Ical pamit, ya? Nanti kita akan video call oma, biar gak kesepian.

    Last Updated : 2025-03-05
  • Pernikahan Bayaran    📌 121 : Enggan Menghapus Kontrak

    Natasya melambaikan tangan pada Haikal yang mobil keluarganya keluar pelan dari pelataran rumah. Ternyata ia merasakan kehilangan juga ketika Haikal tak akan lagi tinggal disini.Abian merangkul mama dan Natasya, “Ical pasti sesekali kesini.”Mama mengangguk, “Mama masuk dulu.”Natasya menyeka air matanya.Abian tersenyum, “Ical gak akan ngelupain kita kok. Kalo kita ketemu di luar, kita bisa main sama dia.” “Mas, aku mau ngomong sesuatu.”Wajah Abian berubah cerah. Ia merasa akan mendapatkan kabar baik setelah Natasya tahu jika ia dan Aca tidak pernah melakukan apapun.Natasya menatap Abian, “Aku—gak mau pernikahan kita—berubah. Kita—pertahankan aja kontrak itu.”Mata Abian merah, senyumnya luntur, “Ke-kenapa?”“Aku mencintai Alan, dan akan terus begitu.”“Kamu—udah gak perawan.”Natasya tersenyum, “Terus kenapa?”“Emangnya Alan—bisa menerima?”“Bisa. Seperti yang aku bilang, Alan mencintai aku. Apapun yang terjadi sama aku—dia bisa menerimanya.”Abian tak menjawab.“

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 169 : Akhir Cerita

    Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.“Mau apa lagi kamu kesini?” tanya mama lugas.“Mira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasa—tidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?”Mama tertawa, “Kembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!”Papa bersimpuh di kaki mama, “Tolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.”Mama tertawa lagi, “Bukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!”“Mir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.”Mama melirik Abian sebelum pergi, “Mama mau istirahat.”

  • Pernikahan Bayaran    📌 168 : Cerita yang Berbeda

    Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. “Mas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.” Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. “Mending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?” “Aku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.” Abian tertawa, “Kamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?” “Oh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.” Natasya diam sejenak, “Enggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.” Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat

  • Pernikahan Bayaran    📌 167 : Bukti Konkret

    “Nat! Jangan dipukul-pukul! Nat!” Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. “Nat?” Vina memanggil lirih. “Vin, tolong panggilin perawat!” Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. “Tenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.” Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. “Bu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem

  • Pernikahan Bayaran    📌 166 : Tak Bisa Bercerai

    Tok-Tok-Tok“Sya? Papa mohon kita bicara dulu.” Papa mengernyit, “Kok sepi, ya?”Ceklek.“Sya!” papa melotot melihat Natasya pingsan, “Sya, bangun, Sya!”Papa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, “Angkat Abian, angkat.”“Halo, pa?”“Bi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.” kata papa dengan panik.“Iya, pa, saya kesana sekarang.”Papa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, “Ya ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?”Tak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.“Nat?” Abian mendekati Natasya, “Kapan Natasya pingsan, pa?”“Papa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.”“Tadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.”***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo

  • Pernikahan Bayaran    📌 165 : Mantap Bercerai

    “Gimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?”“Aca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu ‘kan, Ca?”Aca menatap Natasya, “Gue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gue—menyesali perbuatan kemarin dan berniat—”Abian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.”.Natasya menggeleng, “Udah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!” ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.“Mami!” Haikal mengejar Natasya.“Nat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.” Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang

  • Pernikahan Bayaran    📌 164 : Kembali di Sakiti

    Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lain—penuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, “Ical?”Wajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, “Baju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?”Natasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, “Tempelin, mi,

  • Pernikahan Bayaran    📌 163 : Saling Jujur

    Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.“Mas?” Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, “Minum dulu.”“Makasih.”Mereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.“Ical gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?”“Enggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.”Abian melirik Natasya, “Kamu seneng hari ini?”Natasya tersenyum, “Banget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.”“Pengennya pasti kamu menang di semua lomba.”Natasya melirik Abian dan mengangguk, “Oh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya ‘kan lumayan.”“Nanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.”Senyum Natasya luntur, “Gak usah, mas, buat Ical aja.”Haik

  • Pernikahan Bayaran    📌 162 : Kebahagiaan Sehari

    “Ical kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?” Natasya berusaha mengalihkan topik.“Banyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.”“Sama-sama, Cal.” Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.“Ya udah kita ke lapang, mi, pi.”Haikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.“Nat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.”“Iya, mas.”“Ya udah kita kesana.” Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.“Untuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.” panitia memberikan ar

  • Pernikahan Bayaran    📌 161 : Tujuan yang Sama

    Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. “Balik kemana sekarang?” tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. “Gak balik gue.” Natasya sibuk menalikan sepatunya. “Jangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.” “Gue mau ke suatu tempat.” “Kemana?” Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, “Ada aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.” “Idih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, lo—kapan kasih keputusan sama dokter Abian?” Natasya diam. Vina menyikut, “Jangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.” “Hah? Mereka gak tahu dia suami gue?!” Vina tertawa, “Lo tuh maruk amat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status