Tok-Tok-Tok
โSya? Papa mohon kita bicara dulu.โ Papa mengernyit, โKok sepi, ya?โ Ceklek. โSya!โ papa melotot melihat Natasya pingsan, โSya, bangun, Sya!โ Papa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, โAngkat Abian, angkat.โ โHalo, pa?โ โBi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.โ kata papa dengan panik. โIya, pa, saya kesana sekarang.โ Papa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, โYa ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?โ Tak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya. โNat?โ Abian mendekati Natasya, โKapan Natasya pingsan, pa?โ โPapa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.โ โTadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.โ*** Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseoโNat! Jangan dipukul-pukul! Nat!โ Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. โNat?โ Vina memanggil lirih. โVin, tolong panggilin perawat!โ Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. โTenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.โ Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. โBu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem
Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. โMas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.โ Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. โMending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?โ โAku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.โ Abian tertawa, โKamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?โ โOh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.โ Natasya diam sejenak, โEnggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.โ Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat
Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.โMau apa lagi kamu kesini?โ tanya mama lugas.โMira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasaโtidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?โMama tertawa, โKembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!โPapa bersimpuh di kaki mama, โTolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.โMama tertawa lagi, โBukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!โโMir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.โMama melirik Abian sebelum pergi, โMama mau istirahat.โ
โTuh kan! Apa gue bilang? Pasti berhasil!โ seru Natasya dengan suara keras ketika sedang berjaga malam sendirian. โGilaaa, ini duitnya lumayan loh.โ Natasya bicara sendiri. โGak sia-sia gue jadi mamih buat diri sendiri.โ katanya cekikikkan. Dari arah ruang ranap, dokter ber-jas panjang berlari menghampiri Natasya. โSya, gue mau panggil konsulen. Lo tolong kasih resusitasi.โ โBentar, gue mau ngitung duit gue dulu,โ kata Natasya sibuk menghitung. โSya! Pasien bisa mati!โ teman sejawat Natasya itu berlari kencang meninggalkan meja jaga. Natasya bangkit dan berlari secepat kilat mendatangi ruang rawat inap. Ia mendekati ranjang, dimana pasien lelaki berusia enam puluh tahun sedang megap-megap. Istrinya dengan panik menangis dipinggir ranjang. โDok, tolong suami saya.โ Natasya langsung berdiri didekat pasien dan menekan dada sambil melirik jam dinding. Ia tengah memberikan pertolongan pertama berupa resusitasi jantung. Dari arah pintu, berlari seorang pria berwajah bule
โSedot!โ perintah Abian. Perawat memberikan alat sedot untuk mengambil darah yang terus keluar dari bagian katup Aorta. Abian menggeleng beberapa kali. Ia mengenadah dan membuang nafas saat bunyi monitor menunjukkan kondisi pasien masih jauh dari kata aman. Natasya yang menjadi asisten Abian terus menatapnya. โNat, tolong kamu sedot, saya akan gunting bagian Aorta. Sus, tolong siapkan pembuluh darah buatan.โ โBaik, dok.โ Natasya mengambil alih tugas Abian. Ia berkeringat hebat karena baru kali ini menjadi asisten utama, โDok, Katup Mitral juga mengalami penggelembungan.โ โKita akan atasi Aorta dulu. Tanda vital pasien bagaimana?โ โKesadaran semi koma, dok.โ lapor dokter Anastesi. Tangan Abian mendadak gemetar. Ia mundur dan mengambil nafas banyak-banyak. Natasya khawatir. Ia yang tidak tahu kenapa Abian tiga tahun terakhir tidak lagi melakukan operasi, meyakini sesuatu. Pasti pernah terjadi hal-hal yang membuatnya takut saat operasi dulu. Perawat beberapa kali m
Natasya mengucek matanya ketika baru bangun di ruang piket. Ia menguap lebar-lebar sambil mengumpulkan nyawa. โIni gak ada tiba-tiba duit sekoper gitu buat gue?โ Natasya turun dari ranjang tingkat. Ia menyambar handuk dan pouch berisi sabun dan alat kebersihan lainnya. Ia harus segera mandi karena satu jam lagi ada praktek rawat jalan menemani Abian. Untungnya kamar mandi sedang kosong, sehingga ia bisa mandi dengan cepat. Saat rambutnya masih berantakkan, ia buru-buru keluar untuk mengeringkan rambut. Namun baru sampai lorong, tubuhnya membeku melihat perempuan paruh baya yang pingsan. Natasya jongkok, ia memeriksa nadi tangan dan leher, โIbu! Bu, bisa dengar suara saya?โ Ketika ada perawat yang lewat, ia langsung minta bantuan untuk sama-sama membawa pasien ke UGD. Di depan UGD, dengan keadaan rambut masih basah dan belum menyisir, Natasya dikejutkan dengan suara panggilan dari dalam. Ia masuk dan menghampiri ranjang. โIbu sudah sadar?โ Ibu itu menggenggam kedua tang
Natasya berdiri kaku memakai dress yang termasuk dalam properti jasa sewa pacar. Ia menunggu aba-aba dari Abian yang akan memakai jasanya dan Irvan. โDok, buat bayaran saya, akan dokter transfer segera โkan?โ Irvan sibuk merapikan rambutnya, โAku udah transfer uangnya ke kamu, Sya. Oyah, jangan formal dong. Aku-kamu aja. Biar lebih meyakinkan kita saling panggilโsayang?โ Natasya mengangguk mengerti. โKita gladi resik dulu. Sayang, kamu udah makan โkan?โ Natasya tersenyum amat manis, โBelum, sayang, kalo kamu?โ Irvan membayangkan mereka tak hanya jadi pacar bohongan didepan Abian dan mamanya, tapi bisa jadi sepasang kekasih betulan seperti keinginannya sejak lama. Ponsel Irvan bergetar, โAbian udah suruh kita kesana, sayang.โ Natasya berjalan menggandeng tangan Irvan. Mereka seolah akan makan disini dan tidak sengaja bertemu Abian dan mamanya. โSayang, kita duduk disini aja?โ Irvan menunjuk meja yang tak jauh dari meja Abian. โIya, boleh, sayang.โ Mereka duduk.
Natasya mengoleskan minyak angin di leher dan dahinya banyak-banyak selesai menemani visit pasien. Pekerjaannya menumpuk sekali hari ini. โBaru keramas kemaren, udah lepek lagi nih rambut. Gini nih kalo pake sampo rakyat, gue harusnya maksain beli yang buat keturunan ningrat biar gak usah keramas satu minggu.โ Natasya duduk di pojok meja jaga. Ia sibuk mencatatat obat yang baru saja diberikan pada belasan pasien. Sambil menulis, tangannya sibuk merogoh ponsel. Ada notifikasi masuk dari aplikasi pacar sewaan. โMalam ini? Duh, gak bisa lagi. Gue jaga malam. Ini kliennya dokter disini juga โkan ya? Dokter apaan?โ Selama melihat profil singkat klien yang menyewanya malam ini, Natasya tak sadar sedang diperhatikan oleh Abian dari tadi. Ia nyaris berteriak ketika mereka beradu pandang. โDokter! Saya bisa dilariin ke UGD nih!โ โKamu bisa tidak, mengerjakan tugas dengan baik? Jangan sedikit-sedikit membuka pekerjaan sampingan kamu itu.โ Natasya menaruh ponselnya, โYang pent
Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.โMau apa lagi kamu kesini?โ tanya mama lugas.โMira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasaโtidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?โMama tertawa, โKembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!โPapa bersimpuh di kaki mama, โTolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.โMama tertawa lagi, โBukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!โโMir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.โMama melirik Abian sebelum pergi, โMama mau istirahat.โ
Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. โMas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.โ Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. โMending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?โ โAku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.โ Abian tertawa, โKamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?โ โOh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.โ Natasya diam sejenak, โEnggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.โ Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat
โNat! Jangan dipukul-pukul! Nat!โ Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. โNat?โ Vina memanggil lirih. โVin, tolong panggilin perawat!โ Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. โTenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.โ Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. โBu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem
Tok-Tok-TokโSya? Papa mohon kita bicara dulu.โ Papa mengernyit, โKok sepi, ya?โCeklek.โSya!โ papa melotot melihat Natasya pingsan, โSya, bangun, Sya!โPapa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, โAngkat Abian, angkat.โโHalo, pa?โโBi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.โ kata papa dengan panik.โIya, pa, saya kesana sekarang.โPapa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, โYa ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?โTak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.โNat?โ Abian mendekati Natasya, โKapan Natasya pingsan, pa?โโPapa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.โโTadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.โ***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo
โGimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?โโAca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu โkan, Ca?โAca menatap Natasya, โGue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gueโmenyesali perbuatan kemarin dan berniatโโAbian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.โ.Natasya menggeleng, โUdah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!โ ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.โMami!โ Haikal mengejar Natasya.โNat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.โ Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang
Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lainโpenuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, โIcal?โWajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, โBaju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?โNatasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, โTempelin, mi,
Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.โMas?โ Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, โMinum dulu.โโMakasih.โMereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.โIcal gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?โโEnggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.โAbian melirik Natasya, โKamu seneng hari ini?โNatasya tersenyum, โBanget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.โโPengennya pasti kamu menang di semua lomba.โNatasya melirik Abian dan mengangguk, โOh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya โkan lumayan.โโNanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.โSenyum Natasya luntur, โGak usah, mas, buat Ical aja.โHaik
โIcal kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?โ Natasya berusaha mengalihkan topik.โBanyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.โโSama-sama, Cal.โ Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.โYa udah kita ke lapang, mi, pi.โHaikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.โNat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.โโIya, mas.โโYa udah kita kesana.โ Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.โUntuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.โ panitia memberikan ar
Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. โBalik kemana sekarang?โ tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. โGak balik gue.โ Natasya sibuk menalikan sepatunya. โJangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.โ โGue mau ke suatu tempat.โ โKemana?โ Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, โAda aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.โ โIdih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, loโkapan kasih keputusan sama dokter Abian?โ Natasya diam. Vina menyikut, โJangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.โ โHah? Mereka gak tahu dia suami gue?!โ Vina tertawa, โLo tuh maruk amat