Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pernikahan Bayaran : Chapter 111 - Chapter 120

129 Chapters

📌 111 : Bertemu Mama Lagi

“Dia—dia—temen aku, ma, sahabat. Aku sama Vina, sama titik ini sahabatan bertiga gitu.” jawab Natasya dengan wajah takut.“Namanya titik?” “Namanya Atik, ma, suka dipanggil titik soalnya dia—agak—kemayu.”“Ah, masa? Tapi pas ngobrol gak kemayu kok.”“Dia—udah hijrah, ma, lagi belajar jadi lakik.”Mama manggut-manggut, “Oh gitu.”Natasya membuang nafas lega karena mama percaya begitu saja pada karangannya.“Dia ngomong apa aja, ma?” tanya Natasya waspada.“Cuma nanyain kamu kemana aja, kok gak angkat telpon terus dari dia. Mama bilang aja kamu lagi pingsan.”“Ma!” Natasya melotot, “Terus—dia jawab apa?”“Dia tanya apa kamu dibawa ke rumah sakit atau gimana. Mama jawab dibawa ke rumah sakit.”“Terus?” tanya Natasya tak sabar.“Mama gak sempet jawab kita ke rumah sakit mana, soalnya hape kamu lowbatt, jadi langsung mati telponnya."Natasya menutup matanya. Untuk kedua kalinya ia merasa lega.“Mama udah chargerin hape kamu. Kamu mau pake sekarang?”“Enggak usah, ma, aku masih—lemes.”Mam
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

📌 112 : Asal-Usul Jadi Matre

Natasya diam dipelukkan Abian ketika mereka sama-sama tidur di ranjang. Mama memutuskan pulang karena anaknya akhirnya datang kesini, padahal tadi ketika diminta menemani Natasya, Abian menolak.“Mas?”“Hm?”“Kamu gak tanya tadi—siapa?”“Kalian—mirip. Aku tahu tadi—mertua aku.”Tadi, begitu Abian menatap ibu kandung Natasya lama, mama pergi. Padahal Abian berniat baik ingin menyapa mertuanya di pertemuan perdana mereka.“Aku gak akan ngomong apa-apa, gak akan menghakimi dan sebagainya. Aku gak pernah tahu isi hati kamu kayak gimana.”Natasya keluar dari pelukkan Abian. Ia bangkit dan duduk, “Aku belum bisa memaafkan mama, mas. Apa itu salah?”Abian ikut duduk. Ia mengelus kepala Natasya lembut, “Yang pantes bilang salah atau nggak itu kamu sendiri, Nat.”“Kok aku?”“Kamu yang merasakan semuanya sendiri. Kamu yang menyaksikan mama kamu pergi tiga belas tahun lalu. Kamu juga yang tahu hal apa yang membuat—mama memilih pergi.”Kedua mata Natasya merah siap menangis.“Soal ora
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

📌 113 : Abian Menghilang

Sejak bangun tidur tadi pagi, Natasya tak mendapati Abian ada di ranjang dan diseluruh ruangan. Ia sudah bertanya pada perawat jaga. Mereka bilang Abian pergi dini hari setelah mengangkat telpon. Apa itu dari Aca?“Mungkin Abian ada urusan.” kata mama sambil menemani makan siang, sekalian menenangkan menantunya.“Urusan apa, ma?”“Gak tahu. Mama tanya Irvan juga dia gak bales. Mungkin Abian ngurusin perizinan rotasi ke rumah sakit daerah.”Natasya hanya memakan setengah porsi makan. Asam lambungnya yang belum membaik, makin parah karena stress memikirkan mama kandungnya yang kembali dan perginya Abian, sehingga jadwal kepulangan di mundurkan.Mama tak memaksa Natasya harus menghabiskan makan. Mama tahu Natasya sudah bertemu mama kandungnya dan butuh waktu untuk menerima semuanya.“Nat, sebentar lagi papamu dateng. Katanya harus nganterin pasien rujukan dulu ke luar kota, makannya baru bisa kesini.”“Iya, ma.”“Mama tinggal, ya? Kalo butuh apa-apa, telpon aja.”Sekeluarnya mam
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

📌 114 : Tetap Aca Pemenangnya

Kondisi Natasya masih membutuhkan perawatan khusus, tapi ia memaksa ingin pulang. Karena takut stress, dokter Dwi memperbolehkan dengan catatan Natasya harus tetap bedrest di rumah.Di lobi rumah sakit, ketika pak Eman membawa mobil, Natasya yang duduk di kursi roda, hanya menatap kosong ke depan. Dua hari ini Abian hanya memberikan kabar lewat telpon. Ia tak datang lagi.Drrrrrt~ Ponsel mama berdering panjang.“Halo, sus? Saya masih di lobi. Ada apa, ya? Oh begitu? Ya udah saya ambil ke ruangan. Terima kasih informasinya, sus.” Mama menutup telpon, “Nat, ada barang kamu yang ketinggalan katanya. Mama ambil dulu, ya?”“Iya, ma.”Seperginya mama, Natasya mengayuh kursi roda ke samping agar tidak mengganggu pasien lain yang sedang menunggu jemputan juga.Ketika matanya mengerem kursi roda, Natasya melihat sepasang kaki jenjang berdiri di depannya. Perlahan, matanya menatap ke atas.“Hai, Natasya.” sapa Aca dengan suara yang dibuat seramah mungkin.“Aca?”“Uh, lo sakit, ya? Ma
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

📌 115 : Mengancam Abian

Sudah jam sebelas malam, tapi mata Natasya masih terjaga. Haikal terus menemaninya setelah pulang sekolah, tapi ia masih belum kembali ceria seperti sebelum sakit. Luka di hatinya cukup serius karena pengakuan kehamilan Aca tadi.Ceklek.“Sayang?”Natasya menatap Abian yang tersenyum menutup pintu dengan tatapan datar.Abian mencium pucuk kepala istrinya, “Ical mau tidur disini?”“Dari mana aja, mas?” tanya Natasya ketus.Abian duduk ditepian ranjang, “Rumah sakit.”“Ngapain?”“Ada yang harus aku urus.”“Beneran kamu di rumah sakit?”“Iya.”“Bukan ke apartemen Aca?”Abian tersenyum, “Kamu kenapa sih? Kok Aca?”“Jawab pertanyaan aku!” Haikal menggeliat bangun mendengar bentakkan Natasya, “Mami?”Natasya melirik Haikal, “Cal, tidurnya pindah ke kamar kamu.”“Tapi aku mau tidur sama mami dan papi malam ini. Lusa ‘kan aku udah pulang ke rumah orang tua aku.”Natasya membuang mukanya. Ia bangkit dari ranjang, “Kamu tidur sama papi aja, tadi mami udah nemenin Ical main dar
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

📌 116 : Kabar Baik Baru?

Setelah mama mendengar pertengkaran anak dan menantunya, mama tak melanjutkan pembicaraan apapun. Mama langsung pergi. Natasya juga. Ia membereskan semua barangnya dan pamit pada mama untuk menginap di rumah papa. Mama tentu mengizinkan, dengan syarat Natasya harus di antar pak Eman.Natasya berdiri di depan pintu rumah papa ketika selesai menelpon, meminta papa membuka kan pintu.“Sya? Masuk.”Natasya berjalan pelan menuju kamar.“Kamu langsung istirahat ya.”Dengan wajah sudah berantakkan, Natasya memeluk papa sambil menangis.“Sya.... apapun masalah kamu sama—nak Abian, jangan ambil keputusan terburu-buru ya. Jangan sampai kamu menyesal seperti papa.”“Aku—gak mau ketemu dia lagi, pa.”Papa mengelus belakang kepala Natasya, “Malam ini kamu tidur sama papa, ya?”Natasya mengangguk.Di ranjang, Natasya memunggungi papa. Ia tak tidur sama sekali meski sudah berhenti menangis. Papa pun tak bisa tidur karena khawatir pada pernikahan anaknya. Papa belum tahu kenapa besannya
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

📌 117 : Aca Jadi Viral

Natasya berusaha mati-matian bersikap biasa pada Abian di poli. Suaminya masih melakukan konsultasi rawat jalan menjelang kepindahannya ke rumah sakit cabang di daerah. Waktu masih tersisa sekitar satu minggu lagi.“...untuk jadwal operasi akan menyusul, segera setelah ibu rawat inap. Nanti untuk jalannya operasi, yang tidak boleh dilakukan, pengobatan dan lainnya akan dijelaskan perawat.”“Baik, dok, kalau begitu, terima kasih. Mari.”“Pasien selanjutnya persilakan masuk, sus.”“Baik, dok.” Suster Anna mendekati pintu, “Pasien berikutnya, Ibu Aida. Silakan, bu.”Pasien duduk didepan Abian, “Selamat pagi dok. Oyah, saya sudah rajin minum obat sesuai petunjuk dokter. Apakah operasi itu tidak perlu di lakukan lagi?”Abian diam sejenak. Ia tengah fokus menatap keseluruhan tes di layar komputer, “Akan sulit jika hanya mengandalkan obat, bu. Kondisi ini jika dibiarkan akan membuat ibu mengalami serangan jantung.”Pasien menatap Natasya, suster Anna dan Abian silih berganti, “Hehehe,
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

📌 118 : Jujur pada Alan

“Aku—akan jelasin semuanya. Kita ketemu sekarang. Kamu bisa ke rumah sakit? Aku di kasih waktu istirahat, tapi—gak bisa lama.”“Oke, aku ke rumah sakit sekarang.”Natasya membuang nafasnya dengan berat ketika telpon ditutup. Ia harus menyiapkan diri ketika Alan akan marah besar dan memutuskannya.Natasya sudah menunggu Alan satu jam. Kekasihnya tak kunjung muncul di kafe samping rumah sakit. Ia terus dilirik beberapa pegawai dan pengunjung. Video viral itu membuatnya sulit bergerak.Ia pasti tengah sibuk di kasihani sebagai istri yang tertindas, apalagi video rekaman CCTV ketika ia menangis, terus jadi headline portal berita besar.“Sya?”Natasya tersenyum kaku. Ia mendekati kursi roda dan mendorongnya ke depan meja.“Maaf lama, aku tadi—agak kesusahan untuk bersiap.”Natasya menunduk di depan Alan.“Maaf aku cacat.”Natasya menatap Alan nanar, “Sayang...”“Kamu masih berani panggil aku sayang?” tanya Alan tenang.“Aku—” Natasya menunduk.“Ceritain kenapa bisa ada berita
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

📌 119 : Kecurigaan Alan

“Ayo cek dulu, sayang. Kalo udah pasti uangnya berapa, aku mau langsung kabarin temen-temen aku.”Natasya menatap kedatangan Abian. Suaminya berdiri tak jauh dari meja mereka.Melihat kekasihnya terus menatap ke belakangnya, Alan membalikkan badan. Ia tersenyum pada Abian yang tersenyum kaku.Abian menghampiri meja, “Kamu harus segera kembali ke rumah sakit. Vina—cari kamu.”Natasya melotot, “Vina?” ia menatap Alan, “Sayang, aku—harus ke rumah sakit. Bahaya kalo Vina—liat kamu.”Alan mengangguk, “Iya, sayang.”Abian tak tahu apa yang sudah dibicarakan istrinya dengan Alan, “Kami permisi.”“Iya, dok. Tolong jaga—pacar saya.”Abian mengangguk. Ia melangkah pergi dari kafe lebih dulu.“Sayang, aku—pergi.”“Jangan lupa kamu cek dan transfer segera uangnya ya, sayang.”Natasya yang sudah berdiri dan menggeser kursi, melirik ke arah Abian yang menoleh. Suami kontraknya pasti mendengar dengan jelas suara Alan.Natasya pergi begitu saja. Ia menyamai langkah Abian, “Makasih, mas.
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

📌 120 : Pesta Perpisahan dengan Haikal

Natasya mengajukan cuti untuk bisa membuat pesta kecil-kecilan dengan Haikal karena ia akan segera pulang ke rumah orang tuanya. Abian pun begitu. Mereka akan menginap di villa keluarga di Bogor. Mama tidak ikut, karena harus membereskan urusan Aca.“Mama beneran gak mau ikut?” tanya Natasya sambil mengepak barang di ruang makan.“Beneran. Udah, kalian aja. Sekalian rehat sejenak dari—berita gila yang dibuat si manusia ular itu.”Natasya melirik Abian yang sedang membantu Haikal memasukkan beberapa mainan.“Kalian harus seneng-seneng disana. Jangan hiraukan mama atau berita apapun. Mama gak kenapa-napa kok soal berita kemarin. Mama malah merasa jauh lebih sehat setelah membalas kejahatan satu orang yang gak bisa dibiarin terus jadi benalu.”“Oke, siap. Ical tunggu di mobil duluan ya, nanti barangnya papi yang bawa semua.” titah Abian guna mengusir Haikal dengan halus.Haikal mengangguk. Ia menghampiri mama, “Oma, Ical pamit, ya? Nanti kita akan video call oma, biar gak kesepian.
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status