Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pernikahan Bayaran : Chapter 91 - Chapter 100

129 Chapters

📌 91 : Memergoki Alan

Natasya menuruni tangga setengah berlari. Ia memakai jaket dan memesan taksi online karena tidak tahu akan pulang kapan.“Nat, tunggu.” Abian mengejar.Langkah Natasya memelan ketika mendekati sofa ruang tamu. Mama ternyata belum tidur. Mama sedang membaca buku sambil mengelus rambut Haikal yang tidur dipahanya.“Nat? Mau kemana?” mama membuka kaca mata bacanya.Abian berdiri disamping Natasya, “Eum itu, ma, pasien yang Natasya pegang—anfal, kita mau ke rumah sakit.”“Ya ampun. Ya udah, kalian hati-hati ya. Kalian nginep aja disana, capek kalo bolak-balik.”“Iya, ma, ayo sayang.” Abian menuntun Natasya.“Ma, pergi dulu, ya? Ical—”Mama melirik Haikal, “Gak papa, yang penting besok kalian pulang. Kalian libur ‘kan?”Natasya mengangguk, “Kita pamit, ma.”Di teras, setelah menutup pintu, Natasya melepaskan tangan Abian, “Mau kemana?”“Saya anterin kamu.”“Gak usah. Makasih udah bantuin aku tadi. Tapi lebih baik mas pergi aja ke apartemen Aca, atau kemana lah, terserah.” Nata
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

📌 92 : Cerita Kelam Abian

Natasya harus ke rumah sakit saat masih pagi buta karena panggilan urgensi. Ia diminta membawa Abian, tapi ia tak bisa melakukan itu. Abian tak ada kabar. Ia pun tak bisa menanyakannya pada mama, karena mama tahunya Abian jaga malam di rumah sakit.“Kondisi pak Waluyo gimana?” tanya Natasya pada Tika yang berjaga semalaman memantau kondisi pasien.“Buruk, Nat. Harus segera dilakukan tindak operasi, tapi beliau keukeuh pengen dokter Abian yang melakukannya.”Natasya membuang nafas pelan. Ia harus melakukan sesuatu agar suaminya mau berbaik hati pada pasien.Pak Waluyo adalah pasien VIP yang sempat memakai jasa Abian untuk mengoperasi istrinya lima tahun lalu. Beliau memohon dengan sangat untuk melakukan itu padanya. Beliau rela membayar biaya berapa pun yang penting dokter bedah utamanya adalah Abian.Tapi Abian tidak memberikan jawaban apapun setiap didesak kepala bagian poli bedah kardiotoraks terkait ini. Padahal keuntungan jika ia melakukan itu tidak hanya berlaku untuk Abian,
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

📌 93 : Memohon pada Abian

Abian sudah bisa dihubungi. Ia mengatakan akan langsung ke rumah sakit untuk melakukan visit. Natasya jadi harap-harap cemas, karena memiliki amanah untuk membujuk Abian melakukan operasi cangkok jantung pada pak Waluyo dalam keadaan ia tahu titik sulit dan akar masalah yang menyebabkan suaminya tidak mau melakukan operasi lagi.Natasya berdiri didepan ruangan Abian, tersenyum melihat kedatangan suaminya, “Mas? Gimana kondisi Aca?”“Dia cuma butuh bedrest. Untungnya gak ada dislokasia bahu atau luka abdomen perut.”“Ah, iya, syukurlah.”Abian heran, kenapa Natasya peduli pada Aca. Ia tahu istrinya orang baik jika tidak diganggu duluan, tapi menurutnya aneh saja. Aca juga terlihat tak lagi membuat masalah pada istri kontraknya.Abian membuka pintu ruangannya.“Mas, udah makan?” Natasya membuntut masuk ke dalam.“Saya belum laper.”“Aku udah beliin bubur ayam. Masih anget, mas, yuk makan, aku juga belum makan.”Mereka duduk di sofa, memakan bubur masing-masing. Natasya selalu
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

📌 94 : Investigasi Lanjutan

Natasya tak sabar menunggu kedatangan Vina yang masih melakukan tindakan di UGD. Ia duduk dengan dua mangkuk sop iga pedas di meja pojok kantin.“Nah itu dia orangnya dateng. Vin, buruan!”Vina berlari menghampiri meja. Matanya terpukau melihat suguhan sahabatnya, “Kebetulan banget nih gue emang lagi pengen yang pedes-pedes.”Tanpa menunggu Natasya menyentuh pesanannya, Vina langsung menandaskan sop iga miliknya. Ia melirik sahabatnya yang hanya sibuk menatapnya.“Lo kenapa?”Natasya mendorong mangkuk miliknya, “Abisin, gue gak laper.”“Lo belum makan ‘kan? Kok di kasiin ke gue?”“Gue udah makan kok tadi pagi, dan belum laper. Abisin aja.”Vina menarik mangkuk itu dan memakannya pelan-pelan, “Ada apa?”Natasya mencondongkan tubuhnya ke meja. Wajahnya berbinar ketika sadar, kalau investigasi mereka akan segera menemukan titik terang.“Menurut lo, kenapa dalam kurun waktu tiga tahun gak operasi, mas Abian mau ngelakuin dua operasi itu empat bulan dan sebulan lalu?”Vina menge
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

📌 95 : Mengenang Anesia

Sudah dua jam Natasya dan Vina menunggu, Irvan tak menunjukkan batang hidungnya.“Gue balik ah. Ngapain kumpul sama nyamuk begini.” Vina bangkit.Natasya tak menahannya. Ia justru tidak enak karena menahan sahabatnya, padahal waktunya sangat berharga sebagai seorang ibu dan istri.“Gue balik. Lo juga. Kita bisa ketemu dia besok.” kata Vina sambil bersiap.Natasya hanya manyun karena sebenarnya ia pun ingin pulang.Belum sempat Vina membalikkan badan, pintu evakuasi bergerak. Irvan datang membawa dua jaket dan dua kopi. Matanya melirik ke arah Vina yang tak di kira ada disini.Senyum Natasya mengembang. Ia menyambut kedatangan sahabat barunya, “Van, sini.”Irvan memberikan dua kopi untuk Natasya dan Vina. Ia juga memberikan satu jaket pada Natasya.“Satu lagi.” tagih Vina, “Saya juga punya kulit dan saya perempuan.”Irvan membuang nafas pelan. Ia terpaksa memberikan satu jaket untuknya pada Vina, “Demi seorang ibu.”Mereka duduk melingkar di atas rooftop. Natasya memberikan k
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

📌 96 : Mengadukan Aca

Pov AbianAbian mengelap meja ruang pribadinya dan membereskan barang-barang yang tak dipakainya lagi. Ia baru saja datang dan tak menemukan Natasya. Ia ingin menemuinya sebelum praktek rawat jalan, tapi terlalu malu untuk menghubunginya seperti biasa.Ceklek.“Bi?” Irvan nyelonong masuk.“Hm?”“Gue udah denger keputusan rapat kemarin.”Abian tersenyum, “Udah saatnya gue keluar dari zona nyaman. Di daerah gak terlalu buruk lah.”“Gue akan hargai apapun keputusan lo.”Abian berhenti dari kegiatannya. Ia duduk di sofa disusul Irvan.“Tumben beres-beres?”“Sebulan lagi gue akan meninggalkan ruangan ini. Biar nanti tinggal pindah, gue harus nyicil beresin dan bersihin dari sekarang.”Irvan membuang nafas pelan.“Kenapa? Lo mau minta gue buat mencoba operasi?”“Gue gak ngomong apa-apa loh.”Mereka tertawa.“Bi?”Abian menoleh.“Udah saatnya lo—putusin Aca.”Abian tak bertanya dan memberikan respon apapun. Wajahnya datar saja.“Bro, kasian Natasya.”Abian tersenyum.“Di
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

📌 97 : Perhatian Khusus

Praktek rawat jalan sudah dimulai satu jam ini.“Dok, pasca operasi saya jadi sering meriang. Apa itu efek dari operasi kemarin, ya?” tanya pasien perempuan paruh baya usia enam puluhan.“Ibu suka berjemur?”Pasien melirik Natasya dan suster Anna silih berganti, “Engggg, enggak, dok.”“Minum vitamin B12 dan vitamin D?”“Nggggg... nggak juga, dok.”“Saya resepkan ya, bu vitamin pendukungnya, ditambah ibu ada PR untuk berjemur sekitar dua puluh menit sampai tiga puluh menit sehari. Jika saat kontrol berikutnya masih sering meriang, kita lakukan tes lanjutan, takutnya ada infeksi atau efek dari obat. Tapi menurut saya, dua hal tersebut langka terjadi.”“Baik, dok.”Abian menatap layar komputer, “Semua hasil tesnya baik, pembengkakkan berkurang signifikan. Kita ketemu lagi bulan depan. Jika ada keluhan mual muntah dan pusing boleh datang ke IGD. Terima kasih.”“Baik, dok, terima kasih kembali. Permisi.”Natasya melirik Abian yang tampak tenang dan kalem hari ini. Suami kontraknya
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

📌 98 : Permintaan Maaf Alan

Natasya berjalan santai di lobi rumah sakit saat shiftnya selesai. Ia sudah memesan taksi online. Tubuhnya sedang manja dan ingin istirahat selama di jalan. Ketika jarinya akan mengklik pesan, seseorang menyambar ponselnya, “Saya yang akan anterin kamu ketemu Alan.”“Mas?”Abian memasukkan ponsel ke tas ransel Natasya. Ia merangkul bahu istrinya, “Kita kemon.”Tubuh Natasya enggan bergerak, “Tunggu-tunggu, ini aku belum mengkonfirmasi loh, kok maen kemon aja?”“Jadi gak mau?”Natasya masih tak mau Abian tahu dimana rumah persembunyian Alan. Ia tahu suaminya tidak akan melakukan apapun, ia hanya waspada. Apapun yang menyangkut Alan tidak boleh diketahui Abian lagi.“Mending mas nemenin Aca.”“Saya gak mau.”“Ya aku juga gak mau ditemenin mas.”“Kenapa?”“Mas kenapa gak mau nemenin Aca?”Abian membuang nafas kesal, “Kayak Ical ya kamu lama-lama!”Natasya tertawa, “Aku pergi sendiri, gak akan lama kok. Dadah.”“Nat,
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

📌 99 : Haikal Tenggelam

Natasya menunggu kedatangan mobil Abian yang mengantarkan vitamin ke rumah papa dan membeli nasi bebek kesukaannya. “Itu mobilnya.” Natasya melambaikan tangannya, “Disini, pak, hahaha.” Mobil berhenti. Abian berlari untuk membuka pintu sebrang, “Silakan, nyonya Abian.” “Terima kasih, pak Tukimin.” “Ck.” Natasya mengelus pipi Abian, “Terima kasih mas Abian.” Setelah menutup pintu mobil, Abian berjalan lambat ke pintu sebrang. Ia menikmati degup jantung seru karena perlakuan manis Natasya. Di jalan, Natasya memutar radio. Ia ikut bernyanyi, membuat Abian tertawa melihat tingkah centil istrinya. Drrrrt~ “Pelanin dulu radionya, ada telpon dari Vina.” “Oke.” Abian menyentuh fitur mengangkat telpon di layar head unit mobil, “Halo, Vin, kenapa?” “Saya mau menyampaikan kabar, dok, kalau pak Wijaya mengalami serangan jantung. Ini sudah ketiga kalinya. Dokter Fa
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

📌 100 : Menyerahkan Diri

Natasya berlari kencang melepas sendal rumah demi bisa menyelamatkan Haikal yang tenggelam. Ia menuruni tangga seperti orang kesetanan. Matanya menangis deras. Ia tak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi apa-apa pada Haikal. Mama dan Abian juga pasti akan memarahinya habis-habisan karena dinilai tidak becus menjaga.“Ical!” Natasya berteriak ketika melihat tubuh Ical meronta minta tolong.“Pak, tolongin Ical, pak.” pinta Natasya pada pak Eman, supir rumah.“Bapak gak bisa renang, non.”“Pak, bapak aja, tolongin Ical.” pinta Natasya pada satpam rumah. “Saya gak bisa renang, saya juga punya asma, non.”Natasya menangis semakin kencang.“Gimana ini, non? Aduh, den Abian juga gak ada lagi.” mbok Iyem menangis disebelah Natasya.Dengan kaki bergetar, Natasya mendekati kolam renang. “Non bisa renang?” tanya mbok Iyem.Natasya menggeleng.“Ya udah, non, kita tunggu den Abian aja. Mbok takut non kenapa-napa.”“Terus Ical gimana?! Kalo Ical kenapa-napa gimana?!” bentak Nat
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status