Semua Bab Pernikahan Bayaran : Bab 71 - Bab 80

129 Bab

📌 71 : Mengancam Aca

Natasya tersenyum manis pada Haikal, “Mami tahu banget Ical itu anaknya sopan. Tapi di rumah temen papi, kamu gak perlu begitu. Kamu harus jadi anak nakal yang nyebelin sampe temen papi itu marah.”“Oke. Temen papi itu—cowok ‘kan mi?”Natasya melirik Irvan.“Kita berangkat sekarang, mumpung jalan masih belum macet. Yuk.” Irvan menuntun Haikal keluar dari ruang pribadi Abian.Natasya tak akan mengadukan Aca yang sudah mendorongnya di tangga evakuasi, tapi ini bentuk balas dendamnya. Ia tak sudi membiarkan hidup Aca aman apalagi didatangi Abian dan mereka bermesraan di apartemen.“Ini baru permulaan, Ca. Kedatangan Ical gak ada apa-apanya dibanding kaki gue pincang karena ulah lo!”Haikal memainkan semua barang yang ada di dahsboard mobil Irvan, “Om kok belum nikah?”“Belum ketemu jodohnya.” jawab Irvan santai.“Cari dong, jangan males.”“Hm..”“Dokter itu emang aturannya harus nikah pas udah tua ya, kaya papi?”“Hei, jangan ngomo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

📌 72 : Kabar Lain Alan

Abian masih tak tahu kenapa Haikal bisa sampai ke apartemen Aca. Ia yang baru sampai rumah langsung masuk kamar dan tak menyapa mama dan Natasya yang baru pulang dari rumah sakit. “Cal, kamu habis dari mana sama papi?” tanya mama. “Habis ke apartemen temennya papi, oma.” “Siapa?” Haikal melirik Natasya, “Om siapa ya lupa namanya.” “Om Irvan?” “Iya kali. Aku mau mandi dulu.” Haikal membawa tasnya ke kamar. Mama melirik Natasya, “Kamu gak tidur?” “Aku malem bisa tidur kok, ma, di ruangan mas Abian. Jadi sekarang gak ngantuk.” “Hm begitu.” Mama melirik tangga, “Abian—berantem lagi sama Irvan?” “Nggak kok, ma. Kemarin mereka akur-akur aja pas ketemu. Lagian kenapa mereka masih berantem?” “Ya karena Abian cemburu. Meskipun—dia sendiri yang bilang kalo Irvan mantan kamu.” “Aku sama Irvan sekarang temenan aja, ma, kalo mas Abian marah sama dia karena itu, aku—
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

📌 73 : Kecewa

Natasya jadi tak banyak bicara setelah mendengar kabar dari dokter Febri. Ia hanya mengangguk dan menggeleng menimpali ucapan Tika.Mereka pamit pulang duluan, dan Natasya memilih untuk terus duduk disini memikirkan semua kemungkinan kenapa Alan sampai harus membohonginya. Kemanakah ia pergi? Kemanakah uang yang ia berikan?Tika dan dokter Febri kembali.“Ada apa? Ada barang yang ketinggalan, ya?”Tika tersenyum, “Ini Natasyanya, dok.”Natasya menoleh. Abian datang bersama Haikal.“Terima kasih, dokter Tika.”“Sama-sama, dok.”Dokter Febri menepuk lengan Abian, “Jangan terlalu rewel sama dokter Natasya, kasian.”Abian tersenyum, “Iya, saya lagi berusaha adaptasi.”“Ya udah kalo gitu kita duluan. Mari dokter Abian, dokter Natasya dan—” dokter Febri melirik Haikal.“Ical.”“Oke, Ical. Have fun!”Abian dan Haikal duduk dihadapan Natasya yang merasa mereka datang diwaktu yang salah. Perasaannya sedang tak karuan, tapi dua manusia yang senang menyusahkannya malah datang.“Cal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

📌 74 : Mengabaikan Alan

Kaki Natasya sudah sembuh benar. Ia mulai beraktivitas seperti biasa. Hari ini bahkan ia menjadi asisten operasi sebanyak dua kali. Tenaga Natasya memang sebanyak itu jika sedang sehat. “Nat, habis visit dateng ke rapat besar bahas pasien VIP. Sampe ketemu nanti.” tutur Vina sambil berjalan cepat mendorong kursi roda kosong untuk pasien yang akan pulang. “Oke.” Natasya berlari memasuki ruang bangsal untuk melakukan visit tanpa ditemani konsulen. Natasya mengecek laju infus dan menanyai beberapa keluhan pasien. “Dok, suami saya boleh ‘kan makan Duren? Sedikiiit aja.” rayu wali pasien yang membuat Natasya keder. “Bu, malem kata dokter jaga, suaminya udah makan Duren loh. Sekarang jangan lagi ya. Selain kurang baik untuk Hipertensi, nanti perut bapak jadi kembung. Bapak juga gak boleh makan dari luar dulu ya menjelang operasi.” Wali pasien cemberut, “Kasian suami saya, dok.” “Lebih kasian mana sama suami ibu yang jadwal operasinya harus di mundurin?” Pasien mengelus leng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

📌 75 : Kembali pada Sifat Awal

Abian keluar lebih dulu dari yang lain. Ia sangat marah ketika dokter konsulen lain mendesaknya untuk melakukan pembedahan.Natasya yang memiliki waktu istirahat tiga puluh menit, memilih ikut ke ruangan pribadi Abian.Abian melempar map berisi rekam medis pasien VIP ke meja dengan kasar, “Sialan!”Natasya mengangguk sopan pada para konsulen yang melewati ruangan Abian. Setelah yakin tidak ada lagi yang lewat, ia menutup pintu.Abian menendang ujung sofa dan menggerutu entah bicara apa.“Mas, tenang.”Abian membalikkan badan, suaranya sangat menggelegar dan sudah pasti menembus pintu ruangan, “Emang dokter bedah disini cuma saya? Kenapa harus saya yang bedah pasien?!”“Karena—mas Abian hebat.”“Jadi yang lain payah?!”Natasya membuang muka. Ia tidak kuat mendengar teriakkan Abian.Abian mengatur nafasnya, “Maaf.”“Mas—ambil aja operasi itu, aku akan jadi asisten utama.”Abian menatap Natasya.“Aku—pernah iseng liat daftar operasi yang mas lakuin sejak residen dan jadi dok
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

📌 76 : Pertanyaan yang Tersimpan

Mesin monitor terus berbunyi membuat keheningan di ruang operasi sedikit pecah. Sedari masuk kesini dan membedah dada pasien, Abian tidak membuka komunikasi kecuali untuk meminta alat dan menanyakan kondisi pasien pada dokter anastesi.Sebelum operasi dilakukan, Abian sempat mencoba memberikan suntikan Heparin dan Warfarin, tapi tak berhasil. Sedari awal ia langsung yakin penggumpalan darah yang terjadi sudah cukup parah. Pemasangan kateter pun tidak membantu banyak.“Dok, pecahan gumpalan selain masuk paru-paru juga mengenai liver.” Natasya berusaha membuat Abian bicara. Ia tahu jelas suaminya melihat itu sendiri.“Iya, ternyata infeksi sudah menyebar. Tolong pastikan pembuangan darah berikutnya bisa melalui balon kateter. Kita harus memakai ECMO. Saya akan fokus memperbaiki penyumbatan.”“Baik, dok.”Waktu sudah berjalan enam jam, operasi terlihat tak akan selesai dalam waktu dekat. Para perawat dan dokter anastesi yang sudah kelelahan hanya bisa membuang nafas ketika Abian bel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

📌 77 : Abian yang Frustasi

Natasya terperanjat bangun ketika baru sadar malah enak-enak tidur di ruang observasi, padahal pasien masih belum dilakukan tindakan tutup dada. Ia membuka pintu namun melirik meja ketika hendak keluar. Ada sekotak susu dan sepotong cake ekstra stroberi yang menggoda.“Ini kerjaan Vina?”Natasya duduk dan menemukan sebuah kertas catatan kecil tulisan Abian, “Makan dan minum ini dulu biar ada tenaga, habis itu segera masuk ruang operasi.”Ia tersenyum. Perhatian kecil seperti ini memang selalu membuatnya meleleh. Dengan cepat Natasya memakan kue dan meminum susu kotak. Setelah selesai ia baru berlari ke ruang operasi. Ketika aseptis, terdengar di dalam ruang bedah-- terdengar ramai dengan suara mesin dan sahutan para perawat. Natasya mempercepat mencuci tangan lalu memakai baju bedah.“Tanda vital pasien menurun, dok.” lapor dokter anastesi, “Ritme jantung melemah.”“Periksa ECMO!” teriak Abian. Natasya yang baru datang langsung memeriksa ECMO, “K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

📌 78 : Investigasi Lanjutan

Abian langsung dilarikan ke UGD dan mendapatkan perawatan, sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang ranap VIP. Natasya mengambil cuti karena tak bisa meninggalkan Abian yang masih tidak mau makan dan terus meracau ketika tidur menyebut pasien yang belum siuman di hari ke lima pasca operasi.“Mas, makan dong, dikiiit aja. Aku udah makan dua mangkok, tapi kamu sesuap aja belum.”“Kamu aja.”“Aku udah gendut, mas!”Abian menoleh, “Pasien Rena gimana?”Natasya menaruh mangkuk berisi nasi yang sudah ia campurkan dengan sup ayam di nakas, “Masih belum ada perkembangan. Tanda vitalnya stabil tapi—ritme jantung dan saturasi oksigennya gak pernah mencapai angka lebih dari sembilan puluh lima.”Abian membuang nafas pelan.“Mas, aku udah nemuin keluarga pasien beberapa kali ditemenin dokter Farhan, atau sama prof Indra. Kelurganya—gak mempermasalahkan sama sekali kok. Tentu mereka mau Rena cepet bangun, tapi—mereka bilang ini operasi besar ke empatnya. Mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

📌 79 : Menghibur Abian

Natasya membuka pintu ruangan ranap Abian, tapi tak menemukan suaminya ada di ranjang atau sofa. Kamar mandi pun pintunya terbuka.“Mas?”Natasya mengelilingi ruangan yang sebesar kamar hotel ini, “Mas! Kamu dimana? Mas?”Mata Natasya menangkap Abian tengah berdiri didepan balkon. Selang infus tak lagi menempel pada tangannya. Ia mengatur nafasnya sebelum menyelamatkan sang suami yang akan melakukan bunuh diri. Ia berusaha tak mengerluarkan suara dan tahu-tahu menangkap tubuh Abian dari belakang.Tubuh Abian tak bergerak sama sekali. Tangannya menekan erat dindin pembatas.“Mas, jangan bunuh diri, aku mohon!” Natasya menarik tubuh Abian kencang dengan seluruh tenaganya yang dikerahkan sekaligus, “Aku—aku akan pikirin tawaran kamu soal anak, tapi kamu jangan bunuh diri. Kalo kamu mati, bibit anaknya mau dari siapa?!”Abian menoleh. Mukanya datar saja saat menatap wajah Natasya yang penuh dengan keringat ketakutan. Natasya memeluk Abian, “Aku—akan berusaha mencintai kamu, mas, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

📌 80 : Alan Masuk Rumah Sakit

Abian menatap Natasya serius, “Kesalahan Natasya adalah... dia menerima telpon tidak penting saat bertugas.” Sepi. “Oh, iya, dok, maafkan saya. Saya janji tidak akan menelpon saat Natasya sedang bertugas. Sekali lagi saya minta maaf.” Abian mematikkan telpon. Natasya sempat menahan nafasnya beberapa detik. Ia baru berani menatap Abian setelah sambungan telpon dimatikan. “Kamu pikir saya akan segegabah itu?” Natasya merebut ponselnya, “Berhenti ikut campur urusan aku, karena aku pun gak pernah sedikit pun masuk ke dalam ranah mas Abian dan si Aca itu!” Natasya berjalan cepat sambil menangis meninggalkan lorong bangsal VIP. Ia benar-benar marah pada Abian yang berani merebut ponselnya dan berbicara dengan Alan. Meski Abian tak sedikit pun membocorkan rahasia mereka, ia tetap kesal. Kedepannya ia tak akan pernah membiarkan suami kontraknya bergerak sejauh ini. Ia menyesal sudah mengambil cuti beberapa hari untuk menemaninya yang tak tahu terima kasih. “Gue akan berhent
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status