Kaki Natasya sudah sembuh benar. Ia mulai beraktivitas seperti biasa. Hari ini bahkan ia menjadi asisten operasi sebanyak dua kali. Tenaga Natasya memang sebanyak itu jika sedang sehat. โNat, habis visit dateng ke rapat besar bahas pasien VIP. Sampe ketemu nanti.โ tutur Vina sambil berjalan cepat mendorong kursi roda kosong untuk pasien yang akan pulang. โOke.โ Natasya berlari memasuki ruang bangsal untuk melakukan visit tanpa ditemani konsulen. Natasya mengecek laju infus dan menanyai beberapa keluhan pasien. โDok, suami saya boleh โkan makan Duren? Sedikiiit aja.โ rayu wali pasien yang membuat Natasya keder. โBu, malem kata dokter jaga, suaminya udah makan Duren loh. Sekarang jangan lagi ya. Selain kurang baik untuk Hipertensi, nanti perut bapak jadi kembung. Bapak juga gak boleh makan dari luar dulu ya menjelang operasi.โ Wali pasien cemberut, โKasian suami saya, dok.โ โLebih kasian mana sama suami ibu yang jadwal operasinya harus di mundurin?โ Pasien mengelus leng
Abian keluar lebih dulu dari yang lain. Ia sangat marah ketika dokter konsulen lain mendesaknya untuk melakukan pembedahan.Natasya yang memiliki waktu istirahat tiga puluh menit, memilih ikut ke ruangan pribadi Abian.Abian melempar map berisi rekam medis pasien VIP ke meja dengan kasar, โSialan!โNatasya mengangguk sopan pada para konsulen yang melewati ruangan Abian. Setelah yakin tidak ada lagi yang lewat, ia menutup pintu.Abian menendang ujung sofa dan menggerutu entah bicara apa.โMas, tenang.โAbian membalikkan badan, suaranya sangat menggelegar dan sudah pasti menembus pintu ruangan, โEmang dokter bedah disini cuma saya? Kenapa harus saya yang bedah pasien?!โโKarenaโmas Abian hebat.โโJadi yang lain payah?!โNatasya membuang muka. Ia tidak kuat mendengar teriakkan Abian.Abian mengatur nafasnya, โMaaf.โโMasโambil aja operasi itu, aku akan jadi asisten utama.โAbian menatap Natasya.โAkuโpernah iseng liat daftar operasi yang mas lakuin sejak residen dan jadi dok
Mesin monitor terus berbunyi membuat keheningan di ruang operasi sedikit pecah. Sedari masuk kesini dan membedah dada pasien, Abian tidak membuka komunikasi kecuali untuk meminta alat dan menanyakan kondisi pasien pada dokter anastesi.Sebelum operasi dilakukan, Abian sempat mencoba memberikan suntikan Heparin dan Warfarin, tapi tak berhasil. Sedari awal ia langsung yakin penggumpalan darah yang terjadi sudah cukup parah. Pemasangan kateter pun tidak membantu banyak.โDok, pecahan gumpalan selain masuk paru-paru juga mengenai liver.โ Natasya berusaha membuat Abian bicara. Ia tahu jelas suaminya melihat itu sendiri.โIya, ternyata infeksi sudah menyebar. Tolong pastikan pembuangan darah berikutnya bisa melalui balon kateter. Kita harus memakai ECMO. Saya akan fokus memperbaiki penyumbatan.โโBaik, dok.โWaktu sudah berjalan enam jam, operasi terlihat tak akan selesai dalam waktu dekat. Para perawat dan dokter anastesi yang sudah kelelahan hanya bisa membuang nafas ketika Abian bel
Natasya terperanjat bangun ketika baru sadar malah enak-enak tidur di ruang observasi, padahal pasien masih belum dilakukan tindakan tutup dada. Ia membuka pintu namun melirik meja ketika hendak keluar. Ada sekotak susu dan sepotong cake ekstra stroberi yang menggoda.โIni kerjaan Vina?โNatasya duduk dan menemukan sebuah kertas catatan kecil tulisan Abian, โMakan dan minum ini dulu biar ada tenaga, habis itu segera masuk ruang operasi.โIa tersenyum. Perhatian kecil seperti ini memang selalu membuatnya meleleh. Dengan cepat Natasya memakan kue dan meminum susu kotak. Setelah selesai ia baru berlari ke ruang operasi. Ketika aseptis, terdengar di dalam ruang bedah-- terdengar ramai dengan suara mesin dan sahutan para perawat. Natasya mempercepat mencuci tangan lalu memakai baju bedah.โTanda vital pasien menurun, dok.โ lapor dokter anastesi, โRitme jantung melemah.โโPeriksa ECMO!โ teriak Abian. Natasya yang baru datang langsung memeriksa ECMO, โK
Abian langsung dilarikan ke UGD dan mendapatkan perawatan, sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang ranap VIP. Natasya mengambil cuti karena tak bisa meninggalkan Abian yang masih tidak mau makan dan terus meracau ketika tidur menyebut pasien yang belum siuman di hari ke lima pasca operasi.โMas, makan dong, dikiiit aja. Aku udah makan dua mangkok, tapi kamu sesuap aja belum.โโKamu aja.โโAku udah gendut, mas!โAbian menoleh, โPasien Rena gimana?โNatasya menaruh mangkuk berisi nasi yang sudah ia campurkan dengan sup ayam di nakas, โMasih belum ada perkembangan. Tanda vitalnya stabil tapiโritme jantung dan saturasi oksigennya gak pernah mencapai angka lebih dari sembilan puluh lima.โAbian membuang nafas pelan.โMas, aku udah nemuin keluarga pasien beberapa kali ditemenin dokter Farhan, atau sama prof Indra. Kelurganyaโgak mempermasalahkan sama sekali kok. Tentu mereka mau Rena cepet bangun, tapiโmereka bilang ini operasi besar ke empatnya. Mere
Natasya membuka pintu ruangan ranap Abian, tapi tak menemukan suaminya ada di ranjang atau sofa. Kamar mandi pun pintunya terbuka.โMas?โNatasya mengelilingi ruangan yang sebesar kamar hotel ini, โMas! Kamu dimana? Mas?โMata Natasya menangkap Abian tengah berdiri didepan balkon. Selang infus tak lagi menempel pada tangannya. Ia mengatur nafasnya sebelum menyelamatkan sang suami yang akan melakukan bunuh diri. Ia berusaha tak mengerluarkan suara dan tahu-tahu menangkap tubuh Abian dari belakang.Tubuh Abian tak bergerak sama sekali. Tangannya menekan erat dindin pembatas.โMas, jangan bunuh diri, aku mohon!โ Natasya menarik tubuh Abian kencang dengan seluruh tenaganya yang dikerahkan sekaligus, โAkuโaku akan pikirin tawaran kamu soal anak, tapi kamu jangan bunuh diri. Kalo kamu mati, bibit anaknya mau dari siapa?!โAbian menoleh. Mukanya datar saja saat menatap wajah Natasya yang penuh dengan keringat ketakutan. Natasya memeluk Abian, โAkuโakan berusaha mencintai kamu, mas, t
Abian menatap Natasya serius, โKesalahan Natasya adalah... dia menerima telpon tidak penting saat bertugas.โ Sepi. โOh, iya, dok, maafkan saya. Saya janji tidak akan menelpon saat Natasya sedang bertugas. Sekali lagi saya minta maaf.โ Abian mematikkan telpon. Natasya sempat menahan nafasnya beberapa detik. Ia baru berani menatap Abian setelah sambungan telpon dimatikan. โKamu pikir saya akan segegabah itu?โ Natasya merebut ponselnya, โBerhenti ikut campur urusan aku, karena aku pun gak pernah sedikit pun masuk ke dalam ranah mas Abian dan si Aca itu!โ Natasya berjalan cepat sambil menangis meninggalkan lorong bangsal VIP. Ia benar-benar marah pada Abian yang berani merebut ponselnya dan berbicara dengan Alan. Meski Abian tak sedikit pun membocorkan rahasia mereka, ia tetap kesal. Kedepannya ia tak akan pernah membiarkan suami kontraknya bergerak sejauh ini. Ia menyesal sudah mengambil cuti beberapa hari untuk menemaninya yang tak tahu terima kasih. โGue akan berhent
Melihat Natasya begitu frustasi dengan kecelakaan yang di alami Alan, Abian secara khusus meminta dokter jaga dan perawat untuk membawa Alan ke bangsal VIP dan jangan sampai berita keberadaan pasien tersebar. Setelah sadar dan mendapat perawatan di UGD, Alan langsung dibawa ke ruang perawatan. Semua dilakukan secara tertutup hingga Vina tidak mengetahuinya. Entah jika ia dengar dari yang lain.Perawat mendekati ranjang, โMaaf, pak Alan, untuk walinya siapa, ya?โNatasya yang sedang mengontrol laju darah padahal tadi dokter jaga sudah mengatur semuanya, mendekati perawat, โWalinya saโโโSaya walinya, sus.โ Abian masuk ke dalam ruangan setelah hanya berdiam diri di ruang tunggu.Natasya dan Alan melirik Abian.โOh, baik, dok, untuk semua urusan administratif, dan izin tindakkan akan saya sampaikan pada dokter Abian.โAbian mengangguk, โSemua berkasnya akan saya urus sendiri nanti. Terima kasih, sus.โSetelah hanya ada mereka bertiga disini, Abian duduk di sofa. Natasya dan Alan
Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.โMau apa lagi kamu kesini?โ tanya mama lugas.โMira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasaโtidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?โMama tertawa, โKembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!โPapa bersimpuh di kaki mama, โTolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.โMama tertawa lagi, โBukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!โโMir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.โMama melirik Abian sebelum pergi, โMama mau istirahat.โ
Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. โMas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.โ Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. โMending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?โ โAku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.โ Abian tertawa, โKamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?โ โOh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.โ Natasya diam sejenak, โEnggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.โ Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat
โNat! Jangan dipukul-pukul! Nat!โ Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. โNat?โ Vina memanggil lirih. โVin, tolong panggilin perawat!โ Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. โTenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.โ Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. โBu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem
Tok-Tok-TokโSya? Papa mohon kita bicara dulu.โ Papa mengernyit, โKok sepi, ya?โCeklek.โSya!โ papa melotot melihat Natasya pingsan, โSya, bangun, Sya!โPapa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, โAngkat Abian, angkat.โโHalo, pa?โโBi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.โ kata papa dengan panik.โIya, pa, saya kesana sekarang.โPapa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, โYa ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?โTak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.โNat?โ Abian mendekati Natasya, โKapan Natasya pingsan, pa?โโPapa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.โโTadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.โ***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo
โGimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?โโAca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu โkan, Ca?โAca menatap Natasya, โGue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gueโmenyesali perbuatan kemarin dan berniatโโAbian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.โ.Natasya menggeleng, โUdah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!โ ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.โMami!โ Haikal mengejar Natasya.โNat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.โ Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang
Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lainโpenuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, โIcal?โWajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, โBaju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?โNatasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, โTempelin, mi,
Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.โMas?โ Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, โMinum dulu.โโMakasih.โMereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.โIcal gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?โโEnggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.โAbian melirik Natasya, โKamu seneng hari ini?โNatasya tersenyum, โBanget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.โโPengennya pasti kamu menang di semua lomba.โNatasya melirik Abian dan mengangguk, โOh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya โkan lumayan.โโNanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.โSenyum Natasya luntur, โGak usah, mas, buat Ical aja.โHaik
โIcal kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?โ Natasya berusaha mengalihkan topik.โBanyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.โโSama-sama, Cal.โ Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.โYa udah kita ke lapang, mi, pi.โHaikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.โNat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.โโIya, mas.โโYa udah kita kesana.โ Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.โUntuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.โ panitia memberikan ar
Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. โBalik kemana sekarang?โ tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. โGak balik gue.โ Natasya sibuk menalikan sepatunya. โJangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.โ โGue mau ke suatu tempat.โ โKemana?โ Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, โAda aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.โ โIdih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, loโkapan kasih keputusan sama dokter Abian?โ Natasya diam. Vina menyikut, โJangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.โ โHah? Mereka gak tahu dia suami gue?!โ Vina tertawa, โLo tuh maruk amat