Share

📌 73 : Kecewa

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 08:35:47

Natasya jadi tak banyak bicara setelah mendengar kabar dari dokter Febri. Ia hanya mengangguk dan menggeleng menimpali ucapan Tika.

Mereka pamit pulang duluan, dan Natasya memilih untuk terus duduk disini memikirkan semua kemungkinan kenapa Alan sampai harus membohonginya. Kemanakah ia pergi? Kemanakah uang yang ia berikan?

Tika dan dokter Febri kembali.

“Ada apa? Ada barang yang ketinggalan, ya?”

Tika tersenyum, “Ini Natasyanya, dok.”

Natasya menoleh. Abian datang bersama Haikal.

“Terima kasih, dokter Tika.”

“Sama-sama, dok.”

Dokter Febri menepuk lengan Abian, “Jangan terlalu rewel sama dokter Natasya, kasian.”

Abian tersenyum, “Iya, saya lagi berusaha adaptasi.”

“Ya udah kalo gitu kita duluan. Mari dokter Abian, dokter Natasya dan—” dokter Febri melirik Haikal.

“Ical.”

“Oke, Ical. Have fun!”

Abian dan Haikal duduk dihadapan Natasya yang merasa mereka datang diwaktu yang salah. Perasaannya sedang tak karuan, tapi dua manusia yang senang menyusahkannya malah datang.

“Cal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pernikahan Bayaran    📌 74 : Mengabaikan Alan

    Kaki Natasya sudah sembuh benar. Ia mulai beraktivitas seperti biasa. Hari ini bahkan ia menjadi asisten operasi sebanyak dua kali. Tenaga Natasya memang sebanyak itu jika sedang sehat. “Nat, habis visit dateng ke rapat besar bahas pasien VIP. Sampe ketemu nanti.” tutur Vina sambil berjalan cepat mendorong kursi roda kosong untuk pasien yang akan pulang. “Oke.” Natasya berlari memasuki ruang bangsal untuk melakukan visit tanpa ditemani konsulen. Natasya mengecek laju infus dan menanyai beberapa keluhan pasien. “Dok, suami saya boleh ‘kan makan Duren? Sedikiiit aja.” rayu wali pasien yang membuat Natasya keder. “Bu, malem kata dokter jaga, suaminya udah makan Duren loh. Sekarang jangan lagi ya. Selain kurang baik untuk Hipertensi, nanti perut bapak jadi kembung. Bapak juga gak boleh makan dari luar dulu ya menjelang operasi.” Wali pasien cemberut, “Kasian suami saya, dok.” “Lebih kasian mana sama suami ibu yang jadwal operasinya harus di mundurin?” Pasien mengelus leng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Pernikahan Bayaran    📌 75 : Kembali pada Sifat Awal

    Abian keluar lebih dulu dari yang lain. Ia sangat marah ketika dokter konsulen lain mendesaknya untuk melakukan pembedahan.Natasya yang memiliki waktu istirahat tiga puluh menit, memilih ikut ke ruangan pribadi Abian.Abian melempar map berisi rekam medis pasien VIP ke meja dengan kasar, “Sialan!”Natasya mengangguk sopan pada para konsulen yang melewati ruangan Abian. Setelah yakin tidak ada lagi yang lewat, ia menutup pintu.Abian menendang ujung sofa dan menggerutu entah bicara apa.“Mas, tenang.”Abian membalikkan badan, suaranya sangat menggelegar dan sudah pasti menembus pintu ruangan, “Emang dokter bedah disini cuma saya? Kenapa harus saya yang bedah pasien?!”“Karena—mas Abian hebat.”“Jadi yang lain payah?!”Natasya membuang muka. Ia tidak kuat mendengar teriakkan Abian.Abian mengatur nafasnya, “Maaf.”“Mas—ambil aja operasi itu, aku akan jadi asisten utama.”Abian menatap Natasya.“Aku—pernah iseng liat daftar operasi yang mas lakuin sejak residen dan jadi dok

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Pernikahan Bayaran    📌 76 : Pertanyaan yang Tersimpan

    Mesin monitor terus berbunyi membuat keheningan di ruang operasi sedikit pecah. Sedari masuk kesini dan membedah dada pasien, Abian tidak membuka komunikasi kecuali untuk meminta alat dan menanyakan kondisi pasien pada dokter anastesi.Sebelum operasi dilakukan, Abian sempat mencoba memberikan suntikan Heparin dan Warfarin, tapi tak berhasil. Sedari awal ia langsung yakin penggumpalan darah yang terjadi sudah cukup parah. Pemasangan kateter pun tidak membantu banyak.“Dok, pecahan gumpalan selain masuk paru-paru juga mengenai liver.” Natasya berusaha membuat Abian bicara. Ia tahu jelas suaminya melihat itu sendiri.“Iya, ternyata infeksi sudah menyebar. Tolong pastikan pembuangan darah berikutnya bisa melalui balon kateter. Kita harus memakai ECMO. Saya akan fokus memperbaiki penyumbatan.”“Baik, dok.”Waktu sudah berjalan enam jam, operasi terlihat tak akan selesai dalam waktu dekat. Para perawat dan dokter anastesi yang sudah kelelahan hanya bisa membuang nafas ketika Abian bel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Pernikahan Bayaran    📌 77 : Abian yang Frustasi

    Natasya terperanjat bangun ketika baru sadar malah enak-enak tidur di ruang observasi, padahal pasien masih belum dilakukan tindakan tutup dada. Ia membuka pintu namun melirik meja ketika hendak keluar. Ada sekotak susu dan sepotong cake ekstra stroberi yang menggoda.“Ini kerjaan Vina?”Natasya duduk dan menemukan sebuah kertas catatan kecil tulisan Abian, “Makan dan minum ini dulu biar ada tenaga, habis itu segera masuk ruang operasi.”Ia tersenyum. Perhatian kecil seperti ini memang selalu membuatnya meleleh. Dengan cepat Natasya memakan kue dan meminum susu kotak. Setelah selesai ia baru berlari ke ruang operasi. Ketika aseptis, terdengar di dalam ruang bedah-- terdengar ramai dengan suara mesin dan sahutan para perawat. Natasya mempercepat mencuci tangan lalu memakai baju bedah.“Tanda vital pasien menurun, dok.” lapor dokter anastesi, “Ritme jantung melemah.”“Periksa ECMO!” teriak Abian. Natasya yang baru datang langsung memeriksa ECMO, “K

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Pernikahan Bayaran    📌 78 : Investigasi Lanjutan

    Abian langsung dilarikan ke UGD dan mendapatkan perawatan, sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang ranap VIP. Natasya mengambil cuti karena tak bisa meninggalkan Abian yang masih tidak mau makan dan terus meracau ketika tidur menyebut pasien yang belum siuman di hari ke lima pasca operasi.“Mas, makan dong, dikiiit aja. Aku udah makan dua mangkok, tapi kamu sesuap aja belum.”“Kamu aja.”“Aku udah gendut, mas!”Abian menoleh, “Pasien Rena gimana?”Natasya menaruh mangkuk berisi nasi yang sudah ia campurkan dengan sup ayam di nakas, “Masih belum ada perkembangan. Tanda vitalnya stabil tapi—ritme jantung dan saturasi oksigennya gak pernah mencapai angka lebih dari sembilan puluh lima.”Abian membuang nafas pelan.“Mas, aku udah nemuin keluarga pasien beberapa kali ditemenin dokter Farhan, atau sama prof Indra. Kelurganya—gak mempermasalahkan sama sekali kok. Tentu mereka mau Rena cepet bangun, tapi—mereka bilang ini operasi besar ke empatnya. Mere

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Pernikahan Bayaran    📌 79 : Menghibur Abian

    Natasya membuka pintu ruangan ranap Abian, tapi tak menemukan suaminya ada di ranjang atau sofa. Kamar mandi pun pintunya terbuka.“Mas?”Natasya mengelilingi ruangan yang sebesar kamar hotel ini, “Mas! Kamu dimana? Mas?”Mata Natasya menangkap Abian tengah berdiri didepan balkon. Selang infus tak lagi menempel pada tangannya. Ia mengatur nafasnya sebelum menyelamatkan sang suami yang akan melakukan bunuh diri. Ia berusaha tak mengerluarkan suara dan tahu-tahu menangkap tubuh Abian dari belakang.Tubuh Abian tak bergerak sama sekali. Tangannya menekan erat dindin pembatas.“Mas, jangan bunuh diri, aku mohon!” Natasya menarik tubuh Abian kencang dengan seluruh tenaganya yang dikerahkan sekaligus, “Aku—aku akan pikirin tawaran kamu soal anak, tapi kamu jangan bunuh diri. Kalo kamu mati, bibit anaknya mau dari siapa?!”Abian menoleh. Mukanya datar saja saat menatap wajah Natasya yang penuh dengan keringat ketakutan. Natasya memeluk Abian, “Aku—akan berusaha mencintai kamu, mas, t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Pernikahan Bayaran    📌 80 : Alan Masuk Rumah Sakit

    Abian menatap Natasya serius, “Kesalahan Natasya adalah... dia menerima telpon tidak penting saat bertugas.” Sepi. “Oh, iya, dok, maafkan saya. Saya janji tidak akan menelpon saat Natasya sedang bertugas. Sekali lagi saya minta maaf.” Abian mematikkan telpon. Natasya sempat menahan nafasnya beberapa detik. Ia baru berani menatap Abian setelah sambungan telpon dimatikan. “Kamu pikir saya akan segegabah itu?” Natasya merebut ponselnya, “Berhenti ikut campur urusan aku, karena aku pun gak pernah sedikit pun masuk ke dalam ranah mas Abian dan si Aca itu!” Natasya berjalan cepat sambil menangis meninggalkan lorong bangsal VIP. Ia benar-benar marah pada Abian yang berani merebut ponselnya dan berbicara dengan Alan. Meski Abian tak sedikit pun membocorkan rahasia mereka, ia tetap kesal. Kedepannya ia tak akan pernah membiarkan suami kontraknya bergerak sejauh ini. Ia menyesal sudah mengambil cuti beberapa hari untuk menemaninya yang tak tahu terima kasih. “Gue akan berhent

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Pernikahan Bayaran    📌 81 : Kesempatan untuk Alan

    Melihat Natasya begitu frustasi dengan kecelakaan yang di alami Alan, Abian secara khusus meminta dokter jaga dan perawat untuk membawa Alan ke bangsal VIP dan jangan sampai berita keberadaan pasien tersebar. Setelah sadar dan mendapat perawatan di UGD, Alan langsung dibawa ke ruang perawatan. Semua dilakukan secara tertutup hingga Vina tidak mengetahuinya. Entah jika ia dengar dari yang lain.Perawat mendekati ranjang, “Maaf, pak Alan, untuk walinya siapa, ya?”Natasya yang sedang mengontrol laju darah padahal tadi dokter jaga sudah mengatur semuanya, mendekati perawat, “Walinya sa—”“Saya walinya, sus.” Abian masuk ke dalam ruangan setelah hanya berdiam diri di ruang tunggu.Natasya dan Alan melirik Abian.“Oh, baik, dok, untuk semua urusan administratif, dan izin tindakkan akan saya sampaikan pada dokter Abian.”Abian mengangguk, “Semua berkasnya akan saya urus sendiri nanti. Terima kasih, sus.”Setelah hanya ada mereka bertiga disini, Abian duduk di sofa. Natasya dan Alan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14

Bab terbaru

  • Pernikahan Bayaran    📌 131 : Memutuskan Alan

    “Mulai hari ini kita putus, Alan!”Mata Alan merah. Wajahnya sangat terkejut. Ia tidak menyangka, pertengkarannya dengan Natasya akan berakhir dengan pemutusan hubungan seperti ini.“Anggep aja uang yang aku kasih ke kamu sebagai permintaan maaf. Kita impas sekarang.” Natasya membalikkan badannya. Ia akan pergi entah kemana. Pikirannya terlalu kalut menerima kenyataan bahwa selama ini, Alan ternyata sudah membohonginya. Ketika membaca ulang hasil tes, ia tidak menemukan hasil pemeriksaan yang menyebutkan jika Alan mengalami lumpuh permanen. Jadi bisa dikatakan, kakinya sulit berjalan saat itu adalah--karena tubuhnya masih butuh adaptasi untuk bergerak setelah koma dua tahun.“Sya, tunggu, aku bisa jelasin semuanya. Aku minta maaf.” Alan mengejar Natasya yang berjalan cepat meninggalkan pelataran bakery.Air mata Natasya kering seketika, setelah menyadari bahwa Alan tidak pantas di tangisi.“Sya, aku bisa jelasin semuanya. Sya!”Natasya memasuki taksi. Alan pun begitu. Taksi

  • Pernikahan Bayaran    📌 130 : Alan yang Sebenarnya

    Abian terus melirik Natasya yang tak berhenti senyum menjelang bertemu Alan. Apa ia tidak bisa memikirkan perasaannya setelah mendengar ucapan cinta satu jam lalau di kamar?“Nanti mas gak usah jemput aku pulang. Aku bisa naik taksi.”Abian melirik, “Geer. Siapa juga yang mau jemput istrinya yang selingkuh.”Natasya mendorong tubuh Abian, “Mas juga selingkuh.”“Aku udah ada usaha putusin Aca loh. Gak kayak kamu. Mana pernah kamu mutusin Alan sekalipun.”“Jangan sampe. Aku sayang banget sama Alan, meskipun sering banget kesel sama dia.”“Kesel kenapa?”“Fokus aja nyetir, jangan pengen tahu urusan orang lain.”Mobil berhenti didepan gedung mall.“Yakin gak mau ditemenin? Aku gak akan ngikutin kamu ke rumah Alan. Kamu cuma mau beli oleh-oleh buat dia ‘kan?”“Iya, tapi mas gak boleh ikut. Mas gak boleh tahu oleh-oleh apa yang mau aku beli buat Alan.”Abian menatap Natasya penuh curiga, “Kamu mau kasih—barang haram, ya?”“Mas! Aku keluar. Awas ya ngikutin aku.”“Aku ikutin. Ta

  • Pernikahan Bayaran    📌 129 : Detik Perpisahan dengan Abian

    Sejak pagi setelah selesai shift, Natasya terus berada dekat dengan Abian. Ia tak mau jauh-jauh dari suaminya.“Gak ada yang ketinggalan?”“Gak, mas, aman. Yuk.” Natasya menggandeng lengan Abian.Jika tak memakai baju dinas, mereka terlihat seperti pekerja kantoran. Penampilan Abian yang mengikuti zaman dan Natasya yang mulai mengubah penampilan, membuat mereka jadi idola baru di kalangan dokter ko-as.“Mau beli sesuatu dulu gak sebelum pulang?” tanya Abian.“Gak ah, aku capek, mau tidur.”“Kalo aku order diterima gak?”Natasya menggebug lengan Abian, “Jangan kenceng-kenceng ngomongnya.”Abian berbisik, “Aku mau order, bisa gak?”Natasya tertawa. Ia mendorong tubuh Abian yang tertawa juga, “Nyebelin!”Vina yang melihat kemesraan mereka dari kejauhan tersenyum, “Natasya udah menemukan kebahagiannya. Artinya Alan udah gak punya celah untuk masuk lagi ke hati elo, Nat.”Di parkiran basement, Abian membuka kan pintu mobil untuk Natasya, “Silakan masuk, nyonya Abian.”“Mas, jan

  • Pernikahan Bayaran    📌 128 : Curiga pada Natasya

    Natasya berjalan buru-buru setelah melakukan visit ke ruang ICU dan bangsal menuju ruangan Abian. Ia lupa pada titah suami kontraknya dan malah ngobrol ngalor-ngidul dengan Arsya di telpon. Ceklek.“Mas, hehe, maaf ya lama.”“Satu jam lebih bukan telat lagi sih.”Natasya manyun, “Segini juga dateng. Aku sibuk tahu.”“Sibuk apa? Bukannya yang jaga malam banyak?”Natasya menjatuhkan dirinya di sofa, “Aduh enaknya.”Abian bangkit dari kursi kerja dan duduk disebelah Natasya. Ia mengendus bau istrinya.“Mas, apaan sih.” Natasya menggeser tubuhnya karena risih.“Aku mau.”Natasya melotot, “Mas, ini di rumah sakit!”“Kita bisa kunci ruangannya."“Nggak!”“Aku bayar.”“Nggak mau.” Natasya berdiri, “Kalo aku diminta kesini buat ini, aku pergi.”“Oke-oke, nggak akan. Aku cuma mau kamu disini. Aku butuh temen ngobrol.”Natasya kembali duduk di sofa.“Gak mau semakin deket duduknya?”Natasya menggeleng.“Aku disini sampe lusa loh.”Mendengar itu, Natasya menatap Abian lama.

  • Pernikahan Bayaran    📌 127 : Menyelidiki Sesuatu

    Pov AbianHari ini Natasya mengikuti operasi bersama profesor Indra, sehingga yang jadi asisten poli adalah Vina. Sudah hampir seluruh pasien melakukan konsultasi. Ketika pasien terakhir belum masuk karena sedang pergi ke toilet, Abian jadi mengingat sesuatu yang ingin ditanyakan pada Vina.Di putar kursinya ke arah Vina. Suster Anna sedang berdiri di lawang pintu karena berbincang dengan perawat lain.“Vin?”“Iya, dok?”“Selesai praktek, kita bisa bicara?”“Bisa, dok. Soal—Natasya, ya?”Abian mengangguk, “Natasya gak akan selesai operasi secepatnya ‘kan?”“Kayaknya masih lama, dok. Pasiennya mengalami pelengketan serius, pasti butuh waktu lama.”“Oke, bagus.”“Pasien datang, dok.” seru suster Anna.Abian membaca hasil tes dengan wajah sangat serius, membuat pasien, suster Anna dan Vina jadi cemas.“Kenapa, dok?” tanya anak pasien, “Apa hasil tesnya—buruk?”Abian menatap pasien dan wali silih berganti, “Apa ibu sering mengalami serangan jantung?”“Saya baru datang dari

  • Pernikahan Bayaran    📌 126 : Tidak Sadar Diri

    Abian menatap Aca penuh pengertian, “Kamu masuk. Biar Natasya jadi urusan aku.”“Oke, sayang.” Aca tersenyum sinis ke arah Natasya sebelum menutup pintu.Natasya pergi. Ia sungguh tak habis pikir suaminya tega membohonginya berkali-kali mengenai Aca.“Nat, tunggu.” Abian mengejar Natasya yang berjalan amat cepat.Natasya tak menggubris panggilan Abian.“Nat!” Abian menarik lengan Natasya, “Dengerin aku dulu, dong.”Natasya terpaksa membalikkan badan, “Dengerin apa? Berkali-kali, mas, kamu bohongin aku dan ketemu Aca diem-diem. Aku harus dengerin apa lagi?” “Aku cuma gak tega Aca luntang-lantung karena kasus kemarin.”“Itu salah dia. Siapa yang suruh dia pura-pura hamil, labrak aku dan hancurin karirnya sendiri?”“Nat, kamu gak punya hati? Aca gak pernah berniat begitu. Dia cuma—”“Bercanda?”Abian membuang nafas pelan, “Kamu aneh. Kamu gak mau melanjutkan pernikahan kita dan terus memilih Alan, tapi kamu cemburu sama Aca. Apa bener yang Ical bilang, kalo kamu mencintai dua

  • Pernikahan Bayaran    📌 125 : Impas

    Tersisa dua hari lagi Abian bertugas di rumah sakit sebelum dipindahkan ke daerah. Natasya memakai waktu ini sebaik-baiknya untuk jadi istri sekaligus residen yang berbakti. “Ada lagi yang mau mas makan?” tanya Natasya ketika ia dan Abian baru bisa makan siang di malam hari, berdua di ruangan pribadi Abian.“Udah cukup. Ini aja banyak banget.”“Hehehe, aku lagi ngidam pengen semua ini.”“Kirain ngidam hamil.”Natasya melirik Abian sinis, “Jangan mulai deh.”“Nanti pulangnya gak bisa bareng. Aku ada perlu.”“Gak papa, aku juga ada perlu.”“Perlu apa?”“Jangan tanya, aku juga gak tanya mas ada urusan apa sama siapa.”Abian mendecek.Natasya menatap Abian, “Mas, nanti janji harus sering kesini. Aku juga janji bakal jengukin mas ke rumah sakit baru.”“Hm.”“Telinga dan jantung aku pasti akan kaget gak lagi mendengar bentakkan dan ucapan sarkasme mas.”“Kamu ini muji atau ngehina sih?”Drrrrt~Natasya merogoh ponselnya. Ia berhenti makan ketika membaca pesan yang entah di

  • Pernikahan Bayaran    📌 124 : Acara yang Aneh

    Kedatangan Natasya dan Abian disambut hangat oleh perawat dan dokter yang sudah lebih dulu tiba di balroom hotel. Vina dan Irvan pun ada disana. Suasana sangat meriah dengan dekor yang dibuat sedemikian rupa. Namun yang tak ditemukan Natasya adalah tulisan ‘Farewell Party’ atau ‘Selamat Bertugas ditempat Baru’, seperti yang sering ia lihat di acara perpisahan dokter lain. Meski begitu ia berusaha menikmati acara.“Dokter Abian, selamat ya.” dokter bedah umum senior menyalami Abian, “Saya tahu semua akan terjadi. Berkat dokter Abian, rumah sakit kita kembali mendapat penghargaan.”“Saya hanya melakukan tugas, dok.”“Meski begitu kami para dokter bedah sangat berterima kasih karena mendapat sumbangan alat-alat terbaru dari pak Waluyo, semua berkat dokter Abian.”Rumah sakit mendapat sumbangan dari pak Waluyo? Natasya mengernyit. Jadi pak Waluyo sudah di operasi? Oleh siapa? Ia terlalu fokus pada masalah Aca, Haikal dan Alan, sehingga tak pernah punya waktu untuk menanyakan hal ini

  • Pernikahan Bayaran    📌 123 : Memenuhi Undangan

    “Kerja bagus. Terima kasih untuk semuanya.” tutur dokter Farhan pada semua staf operasi.Natasya jadi orang terkakhir yang keluar setelah membantu perawat membereskan ruang operasi.“Dok, gak papa, ini biar saya yang beresin.”“Gak papa, sus.”“Dokter Natasya lagi seneng itu, sus, biarin aja.” kata perawat lain.Natasya tersenyum, “Enggak kok, biasa aja.”“Dokter Natasya, saya turut senang dengan kabar baik soal dokter Abian.”Natasya berhenti menutup dus kain kasa, “Ada—kabar baik apa soal dokter Abian?”Perawat yang bicara itu disikut perawat lainnya, “Hehehehe, enggak, dok.”“Ada apa?” desak Natasya.“Gak papa, dok. Dokter istirahat aja. Dokter Natasya gak boleh kecapean.” Perawat mendorong tubuh Natasya keluar dari ruang bedah.Natasya membuka sarung tangan karet, “Aneh banget sih. Ada kabar baik apa emang soal mas Abian? Kok gue gak tahu?”Sebelum keluar dari ruang operasi, Natasya membersihkan tangannya. Ia akan segera ke poli untuk menemani suaminya praktek rawat ja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status