Home / Rumah Tangga / Istri Pesanan CEO / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Istri Pesanan CEO: Chapter 51 - Chapter 60

146 Chapters

Usaha Yang Gagal

Raven langsung memandang pada Aline begitu mendengar celetukan spontannya. Aline tahu pasti Raven merasa heran atas keinginan tiba-tibanya itu. Semua tidaklah direncana. Ide impulsif itu melintas begitu saja di benaknya. Tapi tentu saja semua itu bukan tanpa tujuan. Dengan adanya anak itu memang tidak akan memenuhi syarat untuk mencairkan warisan papanya Raven. Tapi setidaknya membuat Raven teralihkan dari Kanya.“Rav, aku sungguh-sungguh. Aku kasihan ngeliat anak ini. Kita adopsi ya?”“Yang benar aja, Lin?” Raven kurang setuju dengan rencana itu, masalahnya sebentar lagi mereka juga akan memiliki anak dari Kanya.“Rav, mungkin ideku ini terkesan mendadak tapi aku kasihan sama anak ini. Dia masih kecil, umurnya masih hitungan hari tapi udah yatim piatu. Aku sedih ngeliat dia. Apalagi aku sendiri juga yatim piatu."“Tapi kita nggak tahu siapa orang tuanya, dia berasal dari mana dan entah dari keturunan siapa.” Raven tidak akan lupa betapa selama ini Aline dan Marissa begitu concern p
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Lavanya Mahaka

Setelah Raven tiba di rumah ponselnya masih terus berbunyi. Aline tidak berhenti meneleponnya. Raven sampai gerah dan memutuskan untuk mengabaikannya.Turun dari mobil, Raven langsung melangkah masuk ke rumah. Begitu baru saja tangannya menyentuh knop pintu, daun pintu terbuka lebih dulu dari dalam. Kanya yang membukanya.Raven refleks mengembangkan senyum. Melihat wajah Kanya membuatnya merasa tenteram dan menemukan kedamaian.“Kamu belum tidur?” tanya Raven mengetahui sudah selarut ini Kanya masih bangun.“Saya menunggu kamu pulang dulu,” jawab istrinya itu.“Harusnya nggak usah ditunggu. Kalau kamu sudah ngantuk tidur saja dulu."“Sudah ngantuk, tapi nggak bisa tidur kalau nggak ada kamu.” Jawaban itu terlontar dengan begitu saja dari bibir Kanya tanpa direncana. Kanya tidak akan tahu betapa Raven sangat gemas mendengarnya. Raven merangkul perempuan itu ke kamar lalu mengunci pintu. Hal yang sangat ingin Raven lakukan saat ini adalah beristirahat dengan tenang sambil memeluk Kany
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bertemu Davva

“Karena Bapak udah datang, saya tinggal dulu ya! Oh iya, bentar lagi kan gajian nih, jangan lupa shopping di Female Boutique ya. Lagi ada diskon gede-gedean lho, tapi cuma sampai weekend. Dan khusus buat kalian bakal ada diskon tambahan. Caranya tinggal tunjukin badge aja.” Aline pergi setelah mempromosikan butiknya yang disambut dengan senyum lebar dan cengiran para pegawai perempuan. Kerumunan para pegawai tersebut ikut bubar. Mereka kembali ke tempat masing-masing untuk bekerja.“Kamu sedang apa di sini, Lin?” tanya Raven yang berjalan ke ruangannya.“Aku cuma mau ngenalin anak kita sama pegawai kamu. Ada yang salah?” balas Aline yang merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Yang ia lakukan adalah hal yang wajar menurutnya.“Jelas saja salah. Dia bukan anak aku. Anak aku belum lahir dan saat ini masih dikandung ibunya. Kenapa kamu selancang ini?” Raven membuka pintu dengan keras menumpahkan rasa jengkelnya.“Apa kamu lupa, Rav? Aku udah ngizinin kamu untuk menikah lagi demi warisa
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bercinta

Kanya baru saja tiba di rumah dan saat ini sedang beristirahat di tempat tidur. Tadi setelah dari toko buku Kanya merealisasikan niatnya untuk melihat-lihat keperluan yang dibutuhkan. Nanti setelah rancangannya selesai ia akan membeli semuanya. Yang terpenting sekarang adalah mencari ide dulu.Sambil berbaring, Kanya memainkan iPad milik Davva. Kanya tidak menduga ternyata di dunia ini ada orang sebaik itu. Davva memberikan iPad miliknya seakan sedang berbagi cemilan pada Kanya. Kanya tidak tahu apa Davva mengetahui bahwa dirinya dipecat oleh Wanda, bukan mengundurkan diri. Tapi ya sudahlah, yang telah lewat tidak perlu diingat-ingat lagi. Kanya hanya perlu mengambil hikmah dan menepis semua rasa sakit dari semua itu.Membuka aplikasi desain yang ada di gadget, Kanya mulai mempelajarinya. Di awal Kanya memang bingung. Namun lama kelamaan ia mulai terbiasa. Ternyata tidak sulit.‘Astaga! Aku lupa bilang terima kasih.’Kanya baru ingat akan hal tersebut. Lagi pula tadi Davva sangat ter
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Don't Expect Too Much

Raven mengembuskan napas panjang lalu menghirup udara baru untuk mengisi paru-parunya. Raven tidak tahu harus senang atau sedih menyikapi hal mahapenting dalam kehidupannya saat ini.Hari ini pengadilan memutuskan untuk mengabulkan permohonan Aline untuk menjadi orang tua angkat Lavanya. Anak itu resmi menjadi anak mereka. Setelah melengkapi berbagai dokumen serta persyaratan yang dibutuhkan lainnya termasuk beberapa rangkaian wawancara intens sekitar empat bulan yang lalu, kini semuanya membuahkan hasil. “Aku bahagia banget, Rav. Akhirnya Lavanya resmi jadi anak kita,” ujar Aline memanjatkan syukur. Susah payah Aline meyakinkan Raven bahwa ia mampu dan tidak akan menelantarkan anak itu hingga akhirnya Raven percaya.Raven mengulas senyum. Dipandanginya bayi perempuan berumur empat bulan yang saat ini berada dalam dekapan Aline. Anak itu tidak bersalah. Dia bahkan terlalu suci dan tidak tahu apa-apa. Hanya saja sampai sejauh ini Raven masih belum bisa menerimanya. Bukan. Raven sama
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Detik-Detik Sebelum Melahirkan

Kanya terbangun dari tidurnya dengan tiba-tiba. Anak di dalam perutnya menendang dengan begitu kuat, membuatnya tidak tahan dan langsung membuka mata.“Rav … Raven …” Tangan Kanya menggapai-gapai mencari sosok suaminya. Namun tidak ada lelaki itu di sana. Yang ada hanyalah permukaan kasur yang kosong.“Duuhhhhh … sakit …” Kanya merintih ketika gelombang pasang itu tidak hanya berasal dari perutnya. Namun hampir seluruh bagian tubuhnya memberi perlawanan pada Kanya. Punggungnya bagai ditusuk-tusuk. Pinggangnya bagaikan akan patah. Ditambah lagi perutnya yang melilit dan mulas seperti akan buang air besar.“Raveeen …” Rintihan lirih Kanya tenggelam dalam suaranya sendiri.Sesaat kemudian barulah Kanya sadar bahwa Raven sedang tidak berada bersamanya.Kemarin Raven berangkat ke daerah guna meninjau perkebunannya. Masalah seakan tidak ada habis-habisnya menimpa. Jika dulu Raven dipusingkan oleh masalah kepemilikan lahan, penggelapan uang oleh oknum pegawai, maka kali ini masalah datang k
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Yang Dinanti Akhirnya Tiba

Suara deringan ponsel itu begitu keras dan sangat memekakkan telinga. Sudah berkali-kali deringan itu menggema. Tapi pemiliknya mengabaikan suara itu dan lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya.Namun ketika deringnya terasa semakin berisik dan begitu mengusik, pemiliknya merasa tidak bisa untuk tidak menggubrisnya.Aline, perempuan sang pemilik ponsel tersebut berdecak kesal karena merasa ketenangan tidurnya terganggu. Matanya langsung tertuju pada jam dinding. Waktu menunjukkan pukul setengah empat dini hari. Siapa yang usil menelepon pada jam segini?Apa mungkin Raven? Opsi itu hadir di kepalanya kemudian.Mengangkat sedikit badannya agar lebih memudahkan menjangkau ponsel, Aline mengambil benda itu. Keningnya berkerut dalam saat menyaksikan sendiri nama yang tertera di layar. Bukan Raven, suaminya, melainkan Titik, asisten rumah tangga di rumah Kanya. Aline memang menyimpan nomor Titik. Sesekali saat Raven tidak pulang Aline menelepon Titik guna memastikan keberadaan suaminya ter
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Tiga Hal Menyakitkan

Satu hari berlalu pasca melahirkan. Kondisi Kanya masih belum pulih. Beberapa jam setelah efek anestesi habis Kanya tak kuasa menahan tangis. Rasa sakitnya begitu menggigit. Kanya menanggung semua itu sendiri tanpa bisa berbagi dengan siapa pun, bahkan dengan suami sendiri karena sampai saat ini Raven masih belum bisa dihubungi.“Sus, apa saya boleh bertemu dengan anak saya?” tanya Kanya saat perawat masuk ke ruangannya. Sudah sejak kemarin Kanya merengek ingin bertemu tapi ia belum mendapat izin.“Tentu boleh, Bu, mari saya antar.” Kanya tersenyum lega. Akhirnya ia akan bertemu dengan sang buah hati.“Saya jalan kaki saja, Sus,” ucap Kanya ketika perawat akan menyiapkan kursi roda untuk membawanya.“Ibu sanggup berjalan?” Perawat terlihat bimbang.Kanya mengangguk pelan. Walau tidak begitu yakin namun ia harus mencobanya. Yang Kanya pelajari dari forum ibu hamil, dua puluh empat jam setelah melahirkan para ibu baru sebaiknya belajar berjalan.Suster dengan sabar menemani Kanya menuj
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Kondisi Kritis Baby Rayyan

Kanya berbaring dengan mata bengkak. Sudah sejak tadi ia menangis.Seharusnya hari ini Kanya sudah boleh pulang dari rumah sakit. Tapi Kanya minta dirawat satu hari lagi. Kanya mengatakan pada perawat tadi dirinya tidak sengaja jatuh terjerambab di lantai.“Gimana keadaan Ibu sekarang? Apa masih sakit?” Seorang perawat datang membawa makanan makan malam untuk Kanya lalu meletakkannya di atas meja.“Sedikit, Sus,” jawab Kanya.“Makanya lain kali Ibu harus hati-hati. Jangan dipaksakan kalau belum bisa berjalan.”Kanya hanya diam. Sementara pikirannya mereka ulang kejadian itu di kepalanya. Kanya tidak akan pernah melupakan hari ini. Semua perlakuan dan penghinaan Marissa serta Aline akan ia ingat selamanya. Kalau dulu Kanya bisa memaafkan mereka, maka untuk kali ini ia tidak bisa merendahkan hatinya. Luka batin Kanya terlalu dalam.“Ibu di sini sendiri? Siapa yang menemani Ibu di sini?” Pertanyaan itu menyentak Kanya. Sejak mengantarnya ke rumah sakit, Titik dan Rudi tidak pernah lagi t
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Usaha Mengambil Rayyan

Hari ini Kanya keluar dari rumah sakit. Sejujurnya, kondisi Kanya belum begitu pulih, tapi ia tidak mau lagi berada di sana. Sejak kemarin Kanya tidak bisa tidur. Perasaannya gelisah dan tidak tenang. Ingatannya tidak jauh-jauh dari anaknya. Suara tangisan bayi terus terngiang-ngiang di telinganya. Kanya khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya. Kanya takut jika Aline memperlakukan Rayyan dengan tidak baik.“Saya permisi dulu, Sus, terima kasih atas bantuannya.” Kanya berterima kasih pada perawat yang sudah banyak menolong selama dirinya berada di rumah sakit tersebut.“Hati-hati ya, Bu.” Perawat itu memandang prihatin pada Kanya saat berpamitan dengannya. Kanya hanya sendiri tanpa siapa-siapa. Tidak seperti pasien lain yang ditemani oleh keluarga mereka.Keluarga dari rumah sakit, Kanya langsung masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu. Taksi itu perawat tadi yang memesankannya.“Mau ke mana, Bu?” tanya supir taksi sambil memandang Kanya melalui spion tengah.Kanya kemudian m
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status