Beranda / Rumah Tangga / Istri Pesanan CEO / Don't Expect Too Much

Share

Don't Expect Too Much

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 11:53:08

Raven mengembuskan napas panjang lalu menghirup udara baru untuk mengisi paru-parunya. Raven tidak tahu harus senang atau sedih menyikapi hal mahapenting dalam kehidupannya saat ini.

Hari ini pengadilan memutuskan untuk mengabulkan permohonan Aline untuk menjadi orang tua angkat Lavanya. Anak itu resmi menjadi anak mereka.

Setelah melengkapi berbagai dokumen serta persyaratan yang dibutuhkan lainnya termasuk beberapa rangkaian wawancara intens sekitar empat bulan yang lalu, kini semuanya membuahkan hasil.

“Aku bahagia banget, Rav. Akhirnya Lavanya resmi jadi anak kita,” ujar Aline memanjatkan syukur. Susah payah Aline meyakinkan Raven bahwa ia mampu dan tidak akan menelantarkan anak itu hingga akhirnya Raven percaya.

Raven mengulas senyum. Dipandanginya bayi perempuan berumur empat bulan yang saat ini berada dalam dekapan Aline. Anak itu tidak bersalah. Dia bahkan terlalu suci dan tidak tahu apa-apa. Hanya saja sampai sejauh ini Raven masih belum bisa menerimanya. Bukan. Raven sama
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Pesanan CEO   Detik-Detik Sebelum Melahirkan

    Kanya terbangun dari tidurnya dengan tiba-tiba. Anak di dalam perutnya menendang dengan begitu kuat, membuatnya tidak tahan dan langsung membuka mata.“Rav … Raven …” Tangan Kanya menggapai-gapai mencari sosok suaminya. Namun tidak ada lelaki itu di sana. Yang ada hanyalah permukaan kasur yang kosong.“Duuhhhhh … sakit …” Kanya merintih ketika gelombang pasang itu tidak hanya berasal dari perutnya. Namun hampir seluruh bagian tubuhnya memberi perlawanan pada Kanya. Punggungnya bagai ditusuk-tusuk. Pinggangnya bagaikan akan patah. Ditambah lagi perutnya yang melilit dan mulas seperti akan buang air besar.“Raveeen …” Rintihan lirih Kanya tenggelam dalam suaranya sendiri.Sesaat kemudian barulah Kanya sadar bahwa Raven sedang tidak berada bersamanya.Kemarin Raven berangkat ke daerah guna meninjau perkebunannya. Masalah seakan tidak ada habis-habisnya menimpa. Jika dulu Raven dipusingkan oleh masalah kepemilikan lahan, penggelapan uang oleh oknum pegawai, maka kali ini masalah datang k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Istri Pesanan CEO   Yang Dinanti Akhirnya Tiba

    Suara deringan ponsel itu begitu keras dan sangat memekakkan telinga. Sudah berkali-kali deringan itu menggema. Tapi pemiliknya mengabaikan suara itu dan lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya.Namun ketika deringnya terasa semakin berisik dan begitu mengusik, pemiliknya merasa tidak bisa untuk tidak menggubrisnya.Aline, perempuan sang pemilik ponsel tersebut berdecak kesal karena merasa ketenangan tidurnya terganggu. Matanya langsung tertuju pada jam dinding. Waktu menunjukkan pukul setengah empat dini hari. Siapa yang usil menelepon pada jam segini?Apa mungkin Raven? Opsi itu hadir di kepalanya kemudian.Mengangkat sedikit badannya agar lebih memudahkan menjangkau ponsel, Aline mengambil benda itu. Keningnya berkerut dalam saat menyaksikan sendiri nama yang tertera di layar. Bukan Raven, suaminya, melainkan Titik, asisten rumah tangga di rumah Kanya. Aline memang menyimpan nomor Titik. Sesekali saat Raven tidak pulang Aline menelepon Titik guna memastikan keberadaan suaminya ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Istri Pesanan CEO   Tiga Hal Menyakitkan

    Satu hari berlalu pasca melahirkan. Kondisi Kanya masih belum pulih. Beberapa jam setelah efek anestesi habis Kanya tak kuasa menahan tangis. Rasa sakitnya begitu menggigit. Kanya menanggung semua itu sendiri tanpa bisa berbagi dengan siapa pun, bahkan dengan suami sendiri karena sampai saat ini Raven masih belum bisa dihubungi.“Sus, apa saya boleh bertemu dengan anak saya?” tanya Kanya saat perawat masuk ke ruangannya. Sudah sejak kemarin Kanya merengek ingin bertemu tapi ia belum mendapat izin.“Tentu boleh, Bu, mari saya antar.” Kanya tersenyum lega. Akhirnya ia akan bertemu dengan sang buah hati.“Saya jalan kaki saja, Sus,” ucap Kanya ketika perawat akan menyiapkan kursi roda untuk membawanya.“Ibu sanggup berjalan?” Perawat terlihat bimbang.Kanya mengangguk pelan. Walau tidak begitu yakin namun ia harus mencobanya. Yang Kanya pelajari dari forum ibu hamil, dua puluh empat jam setelah melahirkan para ibu baru sebaiknya belajar berjalan.Suster dengan sabar menemani Kanya menuj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Istri Pesanan CEO   Kondisi Kritis Baby Rayyan

    Kanya berbaring dengan mata bengkak. Sudah sejak tadi ia menangis.Seharusnya hari ini Kanya sudah boleh pulang dari rumah sakit. Tapi Kanya minta dirawat satu hari lagi. Kanya mengatakan pada perawat tadi dirinya tidak sengaja jatuh terjerambab di lantai.“Gimana keadaan Ibu sekarang? Apa masih sakit?” Seorang perawat datang membawa makanan makan malam untuk Kanya lalu meletakkannya di atas meja.“Sedikit, Sus,” jawab Kanya.“Makanya lain kali Ibu harus hati-hati. Jangan dipaksakan kalau belum bisa berjalan.”Kanya hanya diam. Sementara pikirannya mereka ulang kejadian itu di kepalanya. Kanya tidak akan pernah melupakan hari ini. Semua perlakuan dan penghinaan Marissa serta Aline akan ia ingat selamanya. Kalau dulu Kanya bisa memaafkan mereka, maka untuk kali ini ia tidak bisa merendahkan hatinya. Luka batin Kanya terlalu dalam.“Ibu di sini sendiri? Siapa yang menemani Ibu di sini?” Pertanyaan itu menyentak Kanya. Sejak mengantarnya ke rumah sakit, Titik dan Rudi tidak pernah lagi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Istri Pesanan CEO   Usaha Mengambil Rayyan

    Hari ini Kanya keluar dari rumah sakit. Sejujurnya, kondisi Kanya belum begitu pulih, tapi ia tidak mau lagi berada di sana. Sejak kemarin Kanya tidak bisa tidur. Perasaannya gelisah dan tidak tenang. Ingatannya tidak jauh-jauh dari anaknya. Suara tangisan bayi terus terngiang-ngiang di telinganya. Kanya khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya. Kanya takut jika Aline memperlakukan Rayyan dengan tidak baik.“Saya permisi dulu, Sus, terima kasih atas bantuannya.” Kanya berterima kasih pada perawat yang sudah banyak menolong selama dirinya berada di rumah sakit tersebut.“Hati-hati ya, Bu.” Perawat itu memandang prihatin pada Kanya saat berpamitan dengannya. Kanya hanya sendiri tanpa siapa-siapa. Tidak seperti pasien lain yang ditemani oleh keluarga mereka.Keluarga dari rumah sakit, Kanya langsung masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu. Taksi itu perawat tadi yang memesankannya.“Mau ke mana, Bu?” tanya supir taksi sambil memandang Kanya melalui spion tengah.Kanya kemudian m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Istri Pesanan CEO   Speechless

    Raven mengembuskan napas lega ketika mobil yang membawanya memasuki kawasan kota. Meski hanya kota kecil tapi ponselnya menangkap sinyal seluler di sana. Kota tersebut berjarak puluhan kilometer dari perkebunan milik Raven. Sudah semingguan ini Raven berada di area perkebunan dan selama itu pula ia putus komunikasi dengan siapa pun. Setelah melakukan pendekatan personal yang sangat pelik Raven akhirnya berhasil mengatasi masalah karyawan.Dengan tidak sabar Raven membuka chat room. Banyak pesan masuk di sana. Namun semuanya tidak berhasil menumbuhkan minat Raven. Ia hanya tertarik untuk mengetahui apa ada pesan dari istri kecilnya.Membuka chat room Kanya, dahi lelaki itu sontak berkerut. Ada pesan yang belum terbaca tapi sudah dihapus.Ada teks di sana dengan tanda forbidden: Pesan ini sudah dihapus. Raven keheranan lalu berpikir keras mencari jawaban. Kenapa Kanya menarik kembali pesannya? Apa salah kirim?Menutup aplikasi, Raven langsung menelepon Kanya. Tapi ia harus kecewa ketik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri Pesanan CEO   Bertemu

    Rumah megah dengan arsitektur mediterania itu tampak begitu ramai hari ini. Berbagai kendaraan tampak berbaris hingga tumpah ruah ke jalan. Deretan papan bunga juga berjajar rapi hingga bermeter-meter dari rumah tersebut. Isi papan bunga itu adalah ucapan selamat atas kelahiran putra pertama Raven dan Aline.Aline mengatakan pada orang-orang bahwa Rayyan adalah anak kandung mereka yang lahir melalui proses bayi tabung. Raven terpaksa menyetujui ide Aline itu semata-mata demi menunjukkan Rayyan pada dunia. Hari ini Rayyan berusia satu bulan. Setelah dirawat lebih kurang selama satu minggu di rumah sakit kini Raven bisa menggendong anak itu dengan leluasa.“Rav, kenapa masih di sini? Di luar udah pada banyak yang datang. Mereka pengen ketemu kamu.” Aline memberitahu setelah masuk ke kamar dan mendapati suaminya masih mengenakan baju harian. Sedangkan hari ini adalah hari syukuran kelahiran anak mereka.“Bentar lagi aku ke luar,” jawab Raven pelan. “Jangan lama-lama ya, Rav, udah ditun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri Pesanan CEO   Membawa Rayyan Kabur

    Kanya terpukau melihat Rayyan berada dalam gendongan Raven. Raven sangat bahagia yang terlukis dengan jelas di wajahnya. Raven berbicara dengan orang-orang yang menyapanya dan memberikan ucapan selamat sambil sesekali mencuri cium pipi baby Rayyan penuh kasih sayang. Perasaan haru seketika menyelimuti Kanya melihat interaksi ayah dan anak itu. Titik air mata dan senyum di bibirnya hadir di detik yang sama. Kanya merasa sangat bahagia walau hanya bisa menyaksikan semuanya dari jauh. Ia tidak mungkin mendekat dan menampakkan diri di hadapan mereka.Kebahagiaannya seketika binasa ketika baru menyadari ada Aline di sebelah Raven. Aline tak kalah bahagia dari suaminya. Senyum tak kunjung pudar dari bibirnya yang terus mencetak senyum baru. Andai saat ini Kanya yang berada di posisi Aline ...Andai Kanya yang saat ini mengaitkan tangannya di lengan Raven ...Acara akhirnya dimulai. Raven dan Aline duduk di singgasana khusus bagaikan raja dan ratu. Aline meletakkan Rayyan di pangkuannya. Ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Istri Pesanan CEO   Bukankah Untuk Bahagia Terkadang Kita Harus Terluka Dulu

    Kanya sedang melihat-lihat isi butik ketika dering ponsel menginterupsinya. Mengeluarkan benda itu dari saku, Kanya mendapati nama Davva tertera di sana. Dengan refleks Kanya menujukan matanya pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata masih pukul sepuluh pagi. Tadinya Kanya berpikir bahwa Davva menelepon untuk mengingatkannya agar jangan lupa menjemput Monica.Tidak ingin membiarkan Davva menunggu lama, Kanya langsung menjawab panggilan tersebut dengan mengusap tanda terima di layar.“Iya, Dav?”“Kamu di mana?”“Di Monique. Tumben nelfon jam segini? Yang semalam masih kupikirin, aku belum ada jawabannya, Dav,” kata Kanya. Ia pikir Davva menanyakan jawabannya mengenai tawaran untuk pindah ke NY. Hingga saat ini Kanya masih memikirkannya dan belum mampu memberi keputusan apapun. Kanya memiliki berbagai pertimbangan dan pikiran-pikiran di kepalanya.“Aku bukan mau nanya itu,” jawab Davva membantah dugaan Kanya. “Cuma lagi pengen dengar suara kamu.”Kanya tersenyum di ba

  • Istri Pesanan CEO   Kecewa

    Kanya mengawali hari dengan mengurus Monica serta menyediakan perlengkapan dan kebutuhan Davva. Mulai dari menyiapkan pakaian kerja Davva, memandikan Monica, memasangkan bajunya hingga memberinya makan.“Coba deh tebak, hari ini siapa yang antar Monic ke sekolah?” tanya Kanya sambil menyisir rambut panjang sang putri kemudian menyatukan setiap helainya dalam satu ikat rambut.“Pasti Papa. Iya kan, Ma?” Kanya mengangguk mengiakan tebakan Monica yang membuat anak itu bersorak senang.“Yeaay!!! Monic sekolah sama Papa. Tapi nanti pulangnya juga sama Papa kan, Ma?” “Mmm, kalau misalnya sama Mama aja gimana? Kan Papa harus kerja. Nanti kalau misalnya Papa lagi nggak kerja baru deh pulangnya sama Papa.”“Tapi nanti Mama jangan telat ya, Ma.”“Enggaak. Mama janji deh. Nanti Mama bakal tepat waktu. Kalau perlu nanti setengah jam sebelum pulang Mama udah nyampe di sekolah Monic,” kata Kanya menjanjikan.“Janji, Ma?” “Iya, Mama janji.” Kanya mengangkat kelingkingnya. Monica ikut melakukan h

  • Istri Pesanan CEO   Take It or Leave It

    Kanya terperanjat. Ia hampir saja menjatuhkan ponsel dari tangannya. Tidak tahu kenapa tiba-tiba Kanya langsung terserang gugup. “Rav, udah dulu ya, udah malam.” Kanya langsung memutus sambungan saat itu juga tanpa menanti jawaban dari Raven.“Happy banget kayaknya sampe ketawa-ketawa. Telfon dari siapa sih?” tanya Davva setelah Kanya meletakkan ponselnya. Tadi saat Davva baru masuk ke kamar ia mendengar Kanya berbicara sambil tertawa. Kanya terkesan begitu gembira. Kanya semakin gugup. Bukan maksudnya untuk berbohong pada Davva, tapi Kanya hanya khawatir jika suaminya itu menanggapi secara berbeda. Kanya tidak ingin Davva menjadi salah kaprah.“Dav, tadi aku telfonan sama Raven.” Kanya akhirnya memilih untuk berterus terang.Davva menyipit. Selama ini setahunya Kanya hampir tidak pernah berkomunikasi dengan lelaki itu. Lalu ketika tiba-tiba mereka kembali berhubungan tentu saja hal tersebut menumbuhkan pertanyaan besar di kepala Davva.“Tumben Raven nelfon kamu? Ada apa?” Davva men

  • Istri Pesanan CEO   Saling Memuji

    “Papaaa!!!”Monica berlari kecil saat melihat Davva begitu keluar dari kelas.Davva mengembangkan senyum, lalu membungkukkan badan sambil merentangkan tangan untuk menyambut sang putri. Begitu Monica sampai tepat di hadapannya, Davva langsung menggendong anak itu.“Udah boleh pulang kan?” tanyanya sambil melabuhkan kecupan lembut di pipi sang putri.“Udah, Pa,” jawab Monica singkat sambil membalas kecupan Davva di pipinya.Sambil tetap menggendong Monica, Davva membawa Monica ke mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Davva sengaja memarkirnya di sana—tidak masuk ke parkiran sekolah, agar nanti keluarnya tidak susah, mengingat begitu banyak kendaraan keluar masuk di area sekolah.Setelah menyeberang jalan dan tiba di mobilnya, Davva memasukkan Monica ke dalam mobil.“Papa, Monic senang deh Papa yang jemput Monic ke sekolah.”“Kan tadi Papa udah janji kalau nanti Papa yang bakalan jemput.” Berhubung Davva berhalangan mengantar Monica ke sekolah, maka sebagai gantinya Davva menjanjika

  • Istri Pesanan CEO   Stres

    Menikah hampir tiga tahun lamanya, Kanya dan Davva sudah melakukan banyak cara dan mengupayakan berbagai hal agar bisa memiliki anak atau keturunan. Terserah mau laki-laki atau pun perempuan. Namun sampai saat ini belum satu pun dari usaha tersebut yang membuahkan hasil, padahal ahli medis menyatakan pada keduanya bahwa mereka berada dalam keadaan sehat. Itulah sebabnya Davva sangat menyayangi Monica. Terlepas dari hal tersebut, perasaan Davva pada Monica tetap tidak akan berubah. Baginya anak sambungnya itu tak ubah statusnya bagai anak kandungnya sendiri.Setelah ucapan Kanya tadi Raven termangu di belakang kemudi. Tatapannya lurus dan terfokus pada jalan raya yang dilaluinya. Akan tetapi pikirannya mengembara jauh. Raven mengira-ngira seperti apa kehidupan Kanya saat ini dengan Davva. Apa mereka bahagia? Apa kehidupan pernikahan mereka harmonis? Dan terutama bagi Davva, apa ia bisa menikmati kehidupannya tanpa memiliki anak dari Kanya tapi malah membesarkan anak orang lain?Sementa

  • Istri Pesanan CEO   Berdua Denganmu

    Raven mendekati Kanya, menyentuh dahinya yang menjadi sasaran kenakalan sang putra. Lemparan Ray yang begitu kuat membuat dahi Kanya bengkak. Kepalanya juga pusing dan terasa berdenyut.Kejadian yang menimpa Kanya membuatnya otomatis memindahkan atensi orang-orang. Kanya dibawa ke ruangan guru untuk diobati di sana. “Biar saya saja, Bu,” kata Raven pada guru yang akan mengompres dahi Kanya. Raven mengambil alih. Dikompresnya dahi Kanya pelan-pelan.Kanya meringis, tangannya refleks mencekal pergelangan Raven.“Sakit?” tanya Raven melihat ringisan Kanya.Kanya mengangguk dengan perlahan. Kanya tidak habis pikir bagaimana mungkin anak seusia Ray bisa melakukan tindakan seperti tadi.“Maafin Ray ya, Nya. Dia nggak tahu kamu siapa. Dia memang manja, semua keinginannya harus dituruti, kalau ada yang nggak sesuai dengan hatinya dia akan ngamuk, contohnya seperti tadi. Awalnya dia nggak mau sekolah. Tapi dari pada terus berada di rumah aku pikir sebaiknya disekolahkan, apalagi teman-teman

  • Istri Pesanan CEO   After All These Years

    Keluar dari kamar Wanda, Davva melangkah menuju ruang tamu guna menemui Kanya yang sedang duduk menunggu di sana. Kanya tampak sedang mengawasi Monic bermain. Anak itu tidak betah duduk di pangkuan Kanya. Sedari tadi ia sibuk berjalan ke sana kemari mengeksplor apapun yang menarik perhatiannya.“Nya, ayo ke kamar Mama.”“Kamu udah kasih tahu aku ada di sini?”“Udah, yuk.” Davva kemudian melambaikan tangan pada Monic meminta agar gadis cilik itu mendekat. “Monic! Ayo sini sama Papa, Nak!” Sejak resmi menikahi Kanya, Davva mengajarkan agar anak sambungnya memanggil Papa padanya.Monic berlari kecil menghampiri Davva yang membungkuk sambil merentangkan tangan. Begitu anak itu berada dekat dengannya, Davva langsung membawa ke gendongannya.Jantung Kanya berdegup kencang begitu Davva merangkul punggungnya menuju kamar Wanda. Kanya menyiapkan diri untuk kemungkinan paling buruk termasuk jika nanti Wanda mengusirnya.Dengan Monic berada dalam gendongannya, tangan Davva memutar gagang pintu

  • Istri Pesanan CEO   Merasa Penasaran Tapi Gengsi

    Setelah mereka resmi menikah Davva mengajak Kanya pindah ke rumah. Menurut Davva rumah pribadi meskipun sederhana lebih ideal untuk membangun kehidupan berkeluarga dibandingkan dengan tinggal di apartemen. Davva membeli sebuah rumah yang nyaman untuk mereka bertiga. Ia menyerahkan pada Kanya untuk pemilihan lokasi, model dan tipe rumah beserta interior dan furniture di dalamnya. Davva memperlakukan Kanya bagai ratu sesungguhnya. Bahkan kadang Kanya berpikir semua ini terlalu berlebihan untuknya. Ia merasa tidak pantas untuk semua ini walaupun Davva sudah berkali-kali meyakinkannya bahwa Kanya berhak diperlakukan dengan istimewa.Dering suara ponsel Davva membangunkan Kanya pagi itu.Kanya membuka matanya. Lalu dengan perlahan Kanya menepis tangan Davva yang melingkarinya. Lelaki itu memeluk Kanya dari belakang. Mengangkat tubuh, Kanya menjangkau ponsel suaminya yang tergeletak di nakas. Begitu benda itu berada di tangannya Kanya melihat nama Tante Lilis tertera di sana. Kanya sontak

  • Istri Pesanan CEO   Gaya Bercinta Davva

    Malam semakin tua. Keheningan mulai juga semakin meraja. Namun di kamar mewah itu Davva dan Kanya masih betah membuka mata. Mereka baru saja selesai berdansa dan makan malam bersama sekitar satu jam yang lalu.Saat ini keduanya sama-sama berbaring di atas kasur yang dipenuhi taburan kelopak mawar merah. Tiada sepatah kata pun yang terlontar dari bibir keduanya. Hanya mata keduanya yang berbahasa.Keduanya berbaring miring berhadapan dengan jari-jemarinya Davva membelai wajah Kanya.Kanya tidak menyangka jika jalan hidup akan membawa dirinya pada titik ini. Setelah ditipu dan dijual oleh orang tuanya, Kanya menikah dengan lelaki asing yang tidak dikenalnya. Lalu menghadapi cobaan yang datang bertubi-tubi hingga akhirnya dipersatukan dengan Davva yang menjadi pendamping barunya.“Dav, apa Mama tahu hari ini kita menikah?”Belaian tangan Davva di wajah Kanya melambat saat mendengar pertanyaan istrinya itu.Sehari sebelum menikah Davva mencoba menelepon Wanda tapi tidak dijawab. Davva jug

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status