Home / Rumah Tangga / Istri Pesanan CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Pesanan CEO: Chapter 91 - Chapter 100

149 Chapters

Hari Pertama

Hari ini adalah hari pertama pembukaan Monique Boutique. Jauh sebelum subuh Kanya sudah membuka mata. Bukan karena sudah cukup tidur, melainkan lantaran sudah tidak sabar. Lebih tepatnya sudah sejak semalam debaran jantungnya menghentak dengan kencang. Perasaannya harap-harap cemas. Kanya khawatir jika acara tersebut tidak berlangsung dengan lancar. Ia takut jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan atau berada di luar kendalinya. Tapi seperti biasa, Davva adalah orang yang selalu ada untuk menghibur dan memotivasi.“Gimana nanti kalau nggak ada pembeli? Gimana kalau misalnya nggak ada yang tertarik?” Kanya mengemukakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada Davva.Davva menenangkan Kanya dengan menggenggam hangat tangannya sembari memberi pengertian.“Kanya, coba dengar aku baik-baik,” ujar laki-laki itu meminta Kanya agar memandang padanya.Kanya memakukan matanya di wajah Davva, menanti apa yang akan disampaikannya.“Ini baru hari pertama jadi wajar kalau nggak ada pembeli
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bertemu Di Butik

Raven mengerutkan dahi. Perkataan istrinya membuat Raven menolehkan kepala ke sebelah.“Saingan baru apa?”“Tadi anak-anak di butik chat aku, katanya ada butik baru di jalan Cendana.”Raven mengembuskan napasnya setelah mendengar penuturan Aline. Istrinya itu ada-ada saja. Selalu menganggap orang lain yang membuka usaha yang sama dengan mereka kalau bukan musuh ya sebagai saingan.“Kenapa kamu bilang saingan? Namanya juga orang mencari rezeki. Mereka kan juga butuh uang, bukan cuma kita,” kata Raven menasihati.“Kamu kok jadi ngebela dia, Rav? Aku nggak masalah mereka mau usaha apa saja asal jangan sama kayak kita,” kata Aline tidak terima.“Kenapa jadi kamu yang sewot? Setiap orang berhak untuk membuka usaha apa saja.”“Aku bukannya sewot, tapi kalau ada butik baru sama artinya dengan mengurangi peluang kita.”“Tapi kita juga nggak punya hak untuk ngelarang orang membuka usaha yang sama. Sudahlah, rezeki masing-masing orang sudah ditentukan sejak dia lahir. Daripada kamu marah-marah
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Ajakan Ke Rumah

Raven mengerutkan dahi saat mendengar tangisan itu. Tidak salah lagi, suara tangisan tersebut berasal dari balik counter yang berasal tepat di hadapannya.Jadi ternyata ada bayi di sini. Tapi anak siapa?Sementara itu di hadapan Raven Kanya mulai terserang gugup karena tangisan sang putri bertambah keras. Dengan terburu-buru Kanya menyiapkan belanjaan Raven lalu memberikannya pada lelaki itu.“Ini, Pak,” ucapnya sembari menyebutkan total belanjaan Raven.Setelah membayar dan menerima belanjaannya Raven tidak langsung pergi. Kakinya seakan dipaku di tempat itu.“Maaf, Pak, apa masih ada lagi?” tanya Kanya yang sudah tidak sabar ingin menenangkan Monica tapi Raven tak kunjung beranjak dari hadapannya.Belum Raven menjawab, Dita muncul dan dengan inisiatifnya sendiri langsung mengangkat Monica dari stroller dan membawanya menjauh. Semua itu tidak luput dari pandangan Raven. Jadi benar ada bayi di sini. Tapi, anak siapa bayi itu? Dari pakaiannya yang Raven lihat sekilas anak tersebut ada
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Menjadi Tamu Istimewa

Saat ini Kanya sedang mengoleskan lipstick tipis-tipis ke bibirnya. Pemulas bibir berwarna baby pink itu begitu sesuai dengannya. Membuat Kanya terlihat manis dan benar-benar seperti belum pernah menikah. Hari ini Kanya akan mengunjungi rumah Davva. Sekitar setengah jam yang lalu laki-laki itu mengabari bahwa ia akan berangkat menjemput Kanya.“Um … um … um …” Suara Monica yang sedang berada di tempat tidur membuat Kanya buru-buru menyudahi dandanannya.“Iya, Sayang, sebentar ya …”Kanya bangkit dari kursi rias kemudian menghampiri tempat tidur dan mengangkat Monica dari sana.“Kita tunggu Om Davva di depan aja yuk.”Kanya menggendong Monica, lalu keluar dari kamar dan memutuskan untuk menanti di ruang tamu.Kanya tahu bahwa Wanda adalah orang yang baik. Namun tetap saja ia gagal mengendalikan detak jantungnya. Bel yang berbunyi membuat Kanya bangkit dari duduknya.“Itu pasti Om Davva yang datang. Kita buka pintunya yuk, Sayang.”Begitu daun pintu terbuka sesosok laki-laki muda berk
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Rasa Itu Masih Ada

Davva keluar dari kamar meninggalkan Wanda yang bersungut-sungut. Ia kembali ke ruang tamu menemui Kanya yang bengong sendiri di sana sambil memegangi Monica.Davva tersenyum pada Kanya sambil menyembunyikan dalam-dalam kecamuk di dadanya.“Nya, kebetulan Mama agak sakit kepala, jadi nggak bisa nemenin kita di sini.” Davva membuat alasan. Davva harap Kanya memercayainya dan tidak mencurigai alasan yang mungkin terdengar janggal itu. Masalahnya tadi Wanda baik-baik saja, lalu tiba-tiba sudah sakit kepala.“Terus Bu Wandanya udah minum obat?” Kanya yang polos ikut khawatir.“Sudah, tapi ya itu, nggak bisa nemenin kita. Nggak apa-apa kan?”“Ya nggak apa-apa lah. Biar Ibu istirahat, nggak usah diganggu.”Sebenarnya Davva merasa bersalah membohongi Kanya. Namun mau bagaimana lagi. Hanya itu satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya saat ini. Kanya tentu akan curiga jika Wanda mengurung diri terus menerus di dalam kamar.“Kita jalan aja yuk, Nya?”“Ke mana?” “Ke mana aja yang kamu mau. Ke
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Ternyata Dia Adalah Anakku

Davva pulang ke rumah setelah mengantar Kanya ke apartemennya. Hari ini sangat menyenangkan. Sama seperti hari-hari lainnya jika itu bersama Kanya pasti sangat menyenangkan.Davva baru akan membuka pintu kamarnya ketika pintu kamar di sebelah lebih dulu terbuka. Wanda keluar dari sana.“Dari tadi Mama tunggu kamu pulang,” ucapnya lega saat mengetahu yang dinanti akhirnya tiba.“Nggak usah ditunggu sih, Ma, harusnya.”“Mama tuh mau bicara sama kamu, Dav, malah kamu ngomongnya begitu.”Davva mengikuti langkah Wanda untuk duduk bersama. Mereka benar-benar akan berbicara serius. Davva sudah menduga pasti ibunya itu ingin membahas mengenai Kanya dan segala ketidaksetujuannya.“Ke mana aja tadi udah malam begini baru pulang?” Wanda membuka percakapan setelah mereka sama-sama duduk. Sorot matanya yang jatuh di wajah Davva begitu penuh selidik.“Main, Ma.” Davva menjawab apa adanya tanpa berpanjang kali lebar.“Sama Kanya?”“Bertiga sama Monic.”Wanda terdiam sesaat sembari mengunci sang putr
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Jangan Ambil Monic

Waktu saat itu menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Tiga puluh menit lagi butik akan tutup. Dita sudah Kanya suruh pulang duluan karena rekan kerja sekaligus temannya itu mendadak tidak enak badan.Sementara Kanya masih berkutat dengan sketsanya. Seorang pelanggan tetap Monique Boutique meminta Kanya membuatkan gaun yang akan dipakai pada hari pertunangannya nanti. Tapi sayang waktunya begitu mepet sehingga Kanya harus buru-buru menyelesaikannya. “Selamat datang, silakan masuk.” Kanya sontak mengangkat kepalanya dari buku sketsa kala mendengar suara itu. Setiap kali ada yang membuka pintu maka biasanya suara pemberitahuan tersebut akan menggema memenuhi ruangan.Kanya bersiap-siap untuk melayani pengunjung butiknya. Namun begitu bertemu mata dengan si tamu, jantungnya berdegup demikian kencang.Kanya berdiri mematung di tempatnya. Untuk apa Raven datang malam-malam di saat butiknya hampir tutup? Ingin membeli baju untuk Aline lagi kah?Kanya mulai menghitung mundur dari sepulu
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Wayback Into Love?

Raven membelai kepala Ray yang sedang tidur di sebelahnya. Sudah sejak tadi ia melakukan hal tersebut pada anak itu. Rasa bahagia menyelimuti hatinya. Tidak hanya karena dianugerahi anak yang sehat dan menggemaskan seperti Ray melainkan karena ia baru mengetahui memiliki seorang anak lagi dari Kanya. Hidupnya terasa lengkap sekarang. Walau belum sempurna. Semuanya baru akan sempurna jika bersama Kanya.“Ternyata kamu di sini, dari tadi aku cariin ke mana-mana. “Itu suara Aline yang baru masuk ke kamar menyusul Raven.Raven memutar kepala menatap sang istri sesaat lalu kembali memusatkan atensinya pada sang putra.“Ray sakit?” tanya Aline setelah mendekat dan ikut memandangi anak itu.Raven menggeleng pelan. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Ray.“Ke kamar yuk, kasihan Ray-nya, nanti kebangun.” Aline menarik tangan Raven agar ikut dengannya kembali ke kamar mereka.“Kamu aja, Lin, aku tidur di sini sama Ray,” jawab Raven menolak.Jawaban yang didengarnya dari mulut Raven mem
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Ajakan Untuk Kembali Bersama

“Kamu di mana, Nya? Kenapa butik ditinggalin?” tanya Dita saat menelepon Kanya.Astaga! Kanya mengusap mukanya ketika menyadari apa yang telah dilakukanya. Tadi lantaran panik dan terburu-buru Kanya melupakan segalanya.“Sorry banget, Dit, tadi aku lupa. Tiba-tiba Monic badannya panas.” Hingga saat ini Kanya masih bisa merasakan kepanikannya tadi. Untuk kali ini saja Kanya merasa beruntung karena ada Raven.“Terus kamu di mana sekarang?”“Di rumah sakit. Kamu tolong urus butik dulu ya, aku harus jaga Monic di sini. Kata dokter Monic harus diopname.”“Ya ampun, Nya!” Dita terkejut mengetahui hal tersebut. Seingatnya kemarin gadis kecil itu berada dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. “Kenapa tiba-tiba gini sih, Nya? Kemarin Monic sehat-sehat kan ya?” Dita menyatakan keheranannya.“Makanya itu aku panik.”“Terus aku harus ke sana nggak sih?” tanya Dita menawarkan diri. Ia merasa khawatir dan kasihan pada Kanya. Di saat-saat genting begini pasti Kanya butuh seseorang untuk mendampingin
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bawakan Dia Untukku

Kanya melipat kedua tangannya di depan dada, berharap dengan gesturnya tersebut ia bisa mengintimidasi Raven yang sejak beberapa menit yang lalu hingga saat ini masih membungkam suara.Meski begitu, Kanya tidak akan berharap banyak. Ia hampir tahu apa jawaban Raven. Lelaki itu tidak bisa memilih antara Kanya atau Aline. Apa memang seberat itu?Kanya hampir saja keluar dari ruang rawat Monica demi mencari udara segar ketika Raven mencekal pergelangan tangannya.“Kanya, beri aku waktu, aku akan pikirkan tentang hal ini.”Entah mengapa jawaban Raven memberi celah kecewa di hati Kanya. Ternyata Raven tidak benar-benar menginginkannya. Sama seperti sebelumnya Raven seakan bisa membaca isi pikiran Kanya. Lelaki itu pun berucap, “Tolong jangan ragukan aku. Aku serius ingin membangun rumah tangga dengan kamu, lalu hidup bahagia dengan anak-anak kita. Tapi aku harus selesaikan dulu semuanya dengan Aline. Dan untuk menyelesaikannya aku butuh waktu,” kata Raven menerangkan.Raven memiliki beber
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status