Share

Hari Pertama

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 11:38:40

Hari ini adalah hari pertama pembukaan Monique Boutique. Jauh sebelum subuh Kanya sudah membuka mata. Bukan karena sudah cukup tidur, melainkan lantaran sudah tidak sabar. Lebih tepatnya sudah sejak semalam debaran jantungnya menghentak dengan kencang. Perasaannya harap-harap cemas. Kanya khawatir jika acara tersebut tidak berlangsung dengan lancar. Ia takut jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan atau berada di luar kendalinya. Tapi seperti biasa, Davva adalah orang yang selalu ada untuk menghibur dan memotivasi.

“Gimana nanti kalau nggak ada pembeli? Gimana kalau misalnya nggak ada yang tertarik?” Kanya mengemukakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada Davva.

Davva menenangkan Kanya dengan menggenggam hangat tangannya sembari memberi pengertian.

“Kanya, coba dengar aku baik-baik,” ujar laki-laki itu meminta Kanya agar memandang padanya.

Kanya memakukan matanya di wajah Davva, menanti apa yang akan disampaikannya.

“Ini baru hari pertama jadi wajar kalau nggak ada pembeli
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mira Sauqi
raven kanya cepat bersatu,kasian kedua anaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Pesanan CEO   Bertemu Di Butik

    Raven mengerutkan dahi. Perkataan istrinya membuat Raven menolehkan kepala ke sebelah.“Saingan baru apa?”“Tadi anak-anak di butik chat aku, katanya ada butik baru di jalan Cendana.”Raven mengembuskan napasnya setelah mendengar penuturan Aline. Istrinya itu ada-ada saja. Selalu menganggap orang lain yang membuka usaha yang sama dengan mereka kalau bukan musuh ya sebagai saingan.“Kenapa kamu bilang saingan? Namanya juga orang mencari rezeki. Mereka kan juga butuh uang, bukan cuma kita,” kata Raven menasihati.“Kamu kok jadi ngebela dia, Rav? Aku nggak masalah mereka mau usaha apa saja asal jangan sama kayak kita,” kata Aline tidak terima.“Kenapa jadi kamu yang sewot? Setiap orang berhak untuk membuka usaha apa saja.”“Aku bukannya sewot, tapi kalau ada butik baru sama artinya dengan mengurangi peluang kita.”“Tapi kita juga nggak punya hak untuk ngelarang orang membuka usaha yang sama. Sudahlah, rezeki masing-masing orang sudah ditentukan sejak dia lahir. Daripada kamu marah-marah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Pesanan CEO   Ajakan Ke Rumah

    Raven mengerutkan dahi saat mendengar tangisan itu. Tidak salah lagi, suara tangisan tersebut berasal dari balik counter yang berasal tepat di hadapannya.Jadi ternyata ada bayi di sini. Tapi anak siapa?Sementara itu di hadapan Raven Kanya mulai terserang gugup karena tangisan sang putri bertambah keras. Dengan terburu-buru Kanya menyiapkan belanjaan Raven lalu memberikannya pada lelaki itu.“Ini, Pak,” ucapnya sembari menyebutkan total belanjaan Raven.Setelah membayar dan menerima belanjaannya Raven tidak langsung pergi. Kakinya seakan dipaku di tempat itu.“Maaf, Pak, apa masih ada lagi?” tanya Kanya yang sudah tidak sabar ingin menenangkan Monica tapi Raven tak kunjung beranjak dari hadapannya.Belum Raven menjawab, Dita muncul dan dengan inisiatifnya sendiri langsung mengangkat Monica dari stroller dan membawanya menjauh. Semua itu tidak luput dari pandangan Raven. Jadi benar ada bayi di sini. Tapi, anak siapa bayi itu? Dari pakaiannya yang Raven lihat sekilas anak tersebut ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Pesanan CEO   Menjadi Tamu Istimewa

    Saat ini Kanya sedang mengoleskan lipstick tipis-tipis ke bibirnya. Pemulas bibir berwarna baby pink itu begitu sesuai dengannya. Membuat Kanya terlihat manis dan benar-benar seperti belum pernah menikah. Hari ini Kanya akan mengunjungi rumah Davva. Sekitar setengah jam yang lalu laki-laki itu mengabari bahwa ia akan berangkat menjemput Kanya.“Um … um … um …” Suara Monica yang sedang berada di tempat tidur membuat Kanya buru-buru menyudahi dandanannya.“Iya, Sayang, sebentar ya …”Kanya bangkit dari kursi rias kemudian menghampiri tempat tidur dan mengangkat Monica dari sana.“Kita tunggu Om Davva di depan aja yuk.”Kanya menggendong Monica, lalu keluar dari kamar dan memutuskan untuk menanti di ruang tamu.Kanya tahu bahwa Wanda adalah orang yang baik. Namun tetap saja ia gagal mengendalikan detak jantungnya. Bel yang berbunyi membuat Kanya bangkit dari duduknya.“Itu pasti Om Davva yang datang. Kita buka pintunya yuk, Sayang.”Begitu daun pintu terbuka sesosok laki-laki muda berk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Pesanan CEO   Rasa Itu Masih Ada

    Davva keluar dari kamar meninggalkan Wanda yang bersungut-sungut. Ia kembali ke ruang tamu menemui Kanya yang bengong sendiri di sana sambil memegangi Monica.Davva tersenyum pada Kanya sambil menyembunyikan dalam-dalam kecamuk di dadanya.“Nya, kebetulan Mama agak sakit kepala, jadi nggak bisa nemenin kita di sini.” Davva membuat alasan. Davva harap Kanya memercayainya dan tidak mencurigai alasan yang mungkin terdengar janggal itu. Masalahnya tadi Wanda baik-baik saja, lalu tiba-tiba sudah sakit kepala.“Terus Bu Wandanya udah minum obat?” Kanya yang polos ikut khawatir.“Sudah, tapi ya itu, nggak bisa nemenin kita. Nggak apa-apa kan?”“Ya nggak apa-apa lah. Biar Ibu istirahat, nggak usah diganggu.”Sebenarnya Davva merasa bersalah membohongi Kanya. Namun mau bagaimana lagi. Hanya itu satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya saat ini. Kanya tentu akan curiga jika Wanda mengurung diri terus menerus di dalam kamar.“Kita jalan aja yuk, Nya?”“Ke mana?” “Ke mana aja yang kamu mau. Ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Pesanan CEO   Ternyata Dia Adalah Anakku

    Davva pulang ke rumah setelah mengantar Kanya ke apartemennya. Hari ini sangat menyenangkan. Sama seperti hari-hari lainnya jika itu bersama Kanya pasti sangat menyenangkan.Davva baru akan membuka pintu kamarnya ketika pintu kamar di sebelah lebih dulu terbuka. Wanda keluar dari sana.“Dari tadi Mama tunggu kamu pulang,” ucapnya lega saat mengetahu yang dinanti akhirnya tiba.“Nggak usah ditunggu sih, Ma, harusnya.”“Mama tuh mau bicara sama kamu, Dav, malah kamu ngomongnya begitu.”Davva mengikuti langkah Wanda untuk duduk bersama. Mereka benar-benar akan berbicara serius. Davva sudah menduga pasti ibunya itu ingin membahas mengenai Kanya dan segala ketidaksetujuannya.“Ke mana aja tadi udah malam begini baru pulang?” Wanda membuka percakapan setelah mereka sama-sama duduk. Sorot matanya yang jatuh di wajah Davva begitu penuh selidik.“Main, Ma.” Davva menjawab apa adanya tanpa berpanjang kali lebar.“Sama Kanya?”“Bertiga sama Monic.”Wanda terdiam sesaat sembari mengunci sang putr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Pesanan CEO   Jangan Ambil Monic

    Waktu saat itu menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Tiga puluh menit lagi butik akan tutup. Dita sudah Kanya suruh pulang duluan karena rekan kerja sekaligus temannya itu mendadak tidak enak badan.Sementara Kanya masih berkutat dengan sketsanya. Seorang pelanggan tetap Monique Boutique meminta Kanya membuatkan gaun yang akan dipakai pada hari pertunangannya nanti. Tapi sayang waktunya begitu mepet sehingga Kanya harus buru-buru menyelesaikannya. “Selamat datang, silakan masuk.” Kanya sontak mengangkat kepalanya dari buku sketsa kala mendengar suara itu. Setiap kali ada yang membuka pintu maka biasanya suara pemberitahuan tersebut akan menggema memenuhi ruangan.Kanya bersiap-siap untuk melayani pengunjung butiknya. Namun begitu bertemu mata dengan si tamu, jantungnya berdegup demikian kencang.Kanya berdiri mematung di tempatnya. Untuk apa Raven datang malam-malam di saat butiknya hampir tutup? Ingin membeli baju untuk Aline lagi kah?Kanya mulai menghitung mundur dari sepulu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Pesanan CEO   Wayback Into Love?

    Raven membelai kepala Ray yang sedang tidur di sebelahnya. Sudah sejak tadi ia melakukan hal tersebut pada anak itu. Rasa bahagia menyelimuti hatinya. Tidak hanya karena dianugerahi anak yang sehat dan menggemaskan seperti Ray melainkan karena ia baru mengetahui memiliki seorang anak lagi dari Kanya. Hidupnya terasa lengkap sekarang. Walau belum sempurna. Semuanya baru akan sempurna jika bersama Kanya.“Ternyata kamu di sini, dari tadi aku cariin ke mana-mana. “Itu suara Aline yang baru masuk ke kamar menyusul Raven.Raven memutar kepala menatap sang istri sesaat lalu kembali memusatkan atensinya pada sang putra.“Ray sakit?” tanya Aline setelah mendekat dan ikut memandangi anak itu.Raven menggeleng pelan. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Ray.“Ke kamar yuk, kasihan Ray-nya, nanti kebangun.” Aline menarik tangan Raven agar ikut dengannya kembali ke kamar mereka.“Kamu aja, Lin, aku tidur di sini sama Ray,” jawab Raven menolak.Jawaban yang didengarnya dari mulut Raven mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Pesanan CEO   Ajakan Untuk Kembali Bersama

    “Kamu di mana, Nya? Kenapa butik ditinggalin?” tanya Dita saat menelepon Kanya.Astaga! Kanya mengusap mukanya ketika menyadari apa yang telah dilakukanya. Tadi lantaran panik dan terburu-buru Kanya melupakan segalanya.“Sorry banget, Dit, tadi aku lupa. Tiba-tiba Monic badannya panas.” Hingga saat ini Kanya masih bisa merasakan kepanikannya tadi. Untuk kali ini saja Kanya merasa beruntung karena ada Raven.“Terus kamu di mana sekarang?”“Di rumah sakit. Kamu tolong urus butik dulu ya, aku harus jaga Monic di sini. Kata dokter Monic harus diopname.”“Ya ampun, Nya!” Dita terkejut mengetahui hal tersebut. Seingatnya kemarin gadis kecil itu berada dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. “Kenapa tiba-tiba gini sih, Nya? Kemarin Monic sehat-sehat kan ya?” Dita menyatakan keheranannya.“Makanya itu aku panik.”“Terus aku harus ke sana nggak sih?” tanya Dita menawarkan diri. Ia merasa khawatir dan kasihan pada Kanya. Di saat-saat genting begini pasti Kanya butuh seseorang untuk mendampingin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Istri Pesanan CEO   Happy Ending

    Raven termangu sekian lama sambil memandang nanar cincin yang diberikan Kanya langsung ke telapak tangannya.“Nggak bisa begitu, Nya. Kamu nggak bisa membatalkan pernikahan kita hanya karena Qiandra terbukti sebagai anak Davva. Kita sudah merencanakan semua ini dengan matang. Undangan sudah dicetak, gedung sudah di-booking, belum lagi yang lainnya,” tukas Raven tidak terima. Ini bukan hanya semata-mata perihal persiapan pernikahan, melainkan tentang perasaannya pada Kanya. Ia tidak rela melepas Kanya justru setelah perempuan itu berada di genggamannya.“Rav, mengertilah, aku nggak bisa,” jawab Kanya putus asa. Entah bagaimana lagi caranya menjelaskan pada Raven bahwa dirinya benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan mereka.“Kamu minta aku untuk mengerti kamu, tapi apa kamu mengerti aku? Alasan kamu nggak jelas. Kenapa baru sekarang kamu bilang nggak bisa menikah denganku? Kenapa bukan dari sebelum-sebelumnya? Kenapa setelah kedatangan Davva? Semua ini terlalu lucu untuk disebut hany

  • Istri Pesanan CEO   Cinta Saja Tidak Cukup

    Waktu saat ini menunjukkan pukul satu malam waktu Indonesia bagian barat, tapi tidak sepicing pun Kanya mampu memejamkan matanya. Adegan demi adegan tadi siang terus membayang. Saat ia bertemu dengan Davva, bicara berdua dari hati ke hati, serta mengungkapkan langsung kegalauannya pada laki-laki itu. Dan Davva dengan begitu bijak menjawab saat Kanya menanyakan apa ia harus memikirkan lagi hubungannya dengan Raven.“Aku rasa aku butuh waktu untuk mengkaji ulang hubungan dengan Raven. Aku nggak mau gagal lagi seperti dulu. Menurut kamu gimana kalau misalnya aku menunda atau membatalkan pernikahan itu?”Davva terlihat kaget mendengar pertanyaan Kanya. Ia memindai raut Kanya dengan seksama demi meyakinkan jika Kanya sungguh-sungguh bertanya padanya. Dan hasilnya adalah Davva melihat keraguan yang begitu kentara di wajah Kanya.“Aku bingung, aku nggak mau gagal lagi.” Kanya mengucapkannya sekali lagi sambil menatap Davva dengan intens.“Follow your heart, Nya. Ikuti apa kata hatimu. Dan ja

  • Istri Pesanan CEO   Kesadaran Yang Menghampiri

    Kanya tersentak ketika mendengar ketukan di depan pintu. Pasti itu Raven yang datang, pikirnya. Beberapa hari ini memang tidak bertemu dengan laki-laki itu. Bukan karena mereka ada masalah, tapi karena Kanya sedang butuh waktu untuk sendiri.Mengayunkan langkah ke depan, Kanya membuka pintu. Tubuhnya membeku seketika begitu mengetahui siapa yang saat ini berdiri tegak di hadapannya. Bukan Raven seperti yang tadi menjadi dugaannya, tapi ...“Dav ...”Davva membalas gumaman Kanya dengan membawa perempuan itu ke dalam pelukannya.“Aku baru tahu semuanya dari Raven. Aku minta maaf karena waktu itu ninggalin kamu. Aku nggak tahu kalau kamu hamil anak kita,” bisik Davva pelan penuh penyesalan.“Kamu nggak salah, Dav, aku yang salah. Aku pikir Qiandra anak Raven,” isak Kanya dalam dekapan laki-laki itu.Kenyataan bahwa Qiandra adalah darah daging Davva membuat Kanya begitu terpukul. Beberapa hari ini ia merenungi diri dan menyesali betapa bodoh dirinya yang tidak tahu mengenai hal tersebut.

  • Istri Pesanan CEO   Pulang

    Davva menegakkan duduknya lalu memfokuskan pendengarannya pada Raven yang menelepon dari benua yang berbeda dengannya.“Sorry, Rav, ini kita lagi membicarakan siapa? Baby girl apa maksudnya?” Davva ingin Raven memperjelas maksud ucapannya. Apa mungkin Raven salah orang? “Ini aku Davva. Kamu yakin yang mau ditelepon Davva aku? Atau mungkin Davva yang lain tapi salah dial?”“Aku nggak salah orang. Hanya ada satu Davva yang berhubungan dengan hidupku dan Kanya, yaitu kamu," tegas Raven.Perasaaan Davva semakin tegang mendengarnya, apalagi mendengar nada serius dari nada suara Raven.“Jadi maksudnya baby girl apa? Kenapa kasih selamat sama aku?” tanya Davva tidak mengerti. Justru seharusnya Davvalah yang menyampaikan ucapan tersebut pada Raven karena dialah yang berada di posisi itu.“Aku tahu semua ini nggak akan cukup kalau hanya disampaikan melalui telepon. Ceritanya panjang. Tapi aku harus bilang sekarang kalau Qiandra adalah anak kandung kamu, Dav. Dia bukan darah dagingku. Hasil tes

  • Istri Pesanan CEO   Karena Darah Lebih Kental Daripada Air

    Kanya mengajak Raven keluar dari ruangan dokter. Mereka tidak mungkin berdebat apalagi sampai bertengkar di sana.“Jawab pertanyaanku, Nya, siapa bapak anak itu?” Raven kembali mendesak setelah mereka tiba di luar.Kanya menggelengkan kepala. Bukan karena tidak tahu, tapi juga akibat syok mendapati kenyataan yang tidak disangka-sangka.“Jadi kamu nggak tahu siapa bapak anak itu? Memangnya berapa banyak lelaki yang meniduri kamu, Nya?” Kanya membuat Raven hampir saja terpancing emosi.“Jangan pernah menuduhkku sembarangan, Rav! Aku bukan perempuan murahan yang akan tidur dengan laki-laki sembarangan! Aku masih punya harga diri,” bantah Kanya membela diri.“Tapi hasil tes itu nggak mungkin berbohong, Kanya!” ucap Raven gregetan. “Ini rumah sakit internasional, tenaga medis di sini juga profesional. Mereka nggak akan mungkin salah menentukan hasil tes. Jangan kamu pikir mamaku yang mengacaukan agar hasilnya berbeda. Ini kehidupan nyata, Kanya, bukan adegan sinetron!”Suara tinggi Raven m

  • Istri Pesanan CEO   Hasil Tes DNA

    “Kanya, aku rasa sudah saatnya kita lakukan tes DNA. Aku nggak mau menunggu lagi. Aku nggak bisa melihat kamu mengurus anak-anak kita sendiri.”Kanya menolehkan kepalanya kala mendengar ucapan Raven.Hari ini baby Qiandra berumur satu bulan. Kanya sudah sejak lama pulang dari rumah sakit. Kondisinya pasca persalinan juga sangat baik.Setelah saat itu Raven datang ke rumah sakit, Davva pergi tiba-tiba. Padahal Raven ingin mengucapkan terima kasih padanya.“Siang ini aku harus pulang ke NY, Nya.” Itu alasan Davva saat Kanya menelepon menanyakan keberadaannya.“Tapi kenapa kamu pergi nggak bilang aku dulu?”“Maaf banget ya, Nya, aku ada panggilan mendadak dan nggak sempat bilang ke kamu.”Setelah hari itu Kanya tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Davva. Davva sibuk dengan pekerjaannya, Kanya juga sedang menikmati hari-harinya memiliki buah hati yang baru.“Kanya! Gimana?” tegur Raven meminta jawaban lantaran Kanya tidak menjawab.“Harus banget ya tes DNA itu?” Kanya masih merasa keber

  • Istri Pesanan CEO   Tahu Diri

    Pria itu baru saja keluar dari mobil lalu menarik langkah cepat. Ia mengangguk sepintas pada seseorang saat berpapasan. Entah siapa orang itu tidak terekam di benaknya. Ia hanya ingin segera tiba secepatnya di kamar lalu beristirahat sepuasnya.Smart lock kamarnya berbunyi kecil saat mendeteksi kesesuaian. Pintu kamar pun terbuka.Raven—lelaki itu langsung masuk. Begitu melihat hamparan kasur ia langsung menghambur. Hari ini begitu melelahkan. Pertemuan serta dengar pendapat dengan pemerintah daerah tadi siang berlangsung dengan alot. Pemerintah setempat memberi banyak tuntutan yang kurang masuk akal kepada para pengusaha yang sebagian besar tidak bisa mereka penuhi.Tatapan Raven berlabuh pada benda seukuran telapak tangan yang terselip di antara bantal. Ternyata Raven lupa membawa ponselnya yang ternyata berada dalam keadaan mati.Sambil berbaring Raven menyalakannya. Beberapa detik kemudian setelah mendapat sinyal, notifikasinya berdenting. Raven terkesiap ketika membaca pesan dari

  • Istri Pesanan CEO   Segalanya Untuk Kanya

    Sedikit pun tidak terlintas di pikiran Kanya bahwa dirinya akan menghadapi hal menakjubkan di dalam hidupnya, yaitu melakukan persalinan sendiri tanpa bantuan tenaga medis dan terjadi di tempat yang sama sekali tidak disangka-sangka.Setelah melahirkan di toilet SPBU ditemani Davva, Kanya mendapat pertolongan dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Cerita tentang persalinan di toilet tersebut menjadi buah bibir di sekitar tempat itu, tapi untung tidak sampai viral, karena Kanya tidak ingin populer dengan cara tersebut.Setelah proses observasi, saat ini Kanya berada di ruang rawat. Kondisi Kanya masih terlihat lemah karena kehilangan banyak energi. Tapi perasaan bahagia yang begitu dalam menyelimuti hatinya melihat bayi perempuan yang dilahirkannya begitu sehat, normal, serta lengkap seluruh organ tubuhnya. Bayi mungil itu saat ini berada di dalam box yang diletakkan di samping tempat tidur Kanya.Monic begitu gembira karena pada akhirnya keinginan anak itu untuk memiliki adik perempuan m

  • Istri Pesanan CEO   Melahirkan Anakmu Bersamamu

    “Kanya, maaf sekali, aku nggak bisa menemani kamu lahiran.”Kanya yang saat itu sedang menyesap juice apel refleks memandang ke arah Raven kala mendengar ucapan laki-laki itu. Bagaimana tidak, mereka sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Bahkan Raven sudah mem-booking rumah sakit terbaik untuk proses persalinan Kanya. Lalu dengan seenaknya sekarang Raven mengatakan tidak bisa.Raven mengangkat tangan sebagai isyarat bahwa ia akan menjelaskan alasannya pada Kanya sebelum perempuan itu mengajukan aksi protes.“Aku baru mendapat telepon dari asistenku di daerah. Dia bilang ada undangan untuk pertemuan dari pemerintah daerah setempat, dan itu nggak bisa diwakilkan. Bukan hanya aku tapi semua pengusaha sawit yang berada di sana,” jelas Raven menyampaikan alasannya.Kanya memahami argumen Raven. Dalam hal ini ia tidak boleh egois dengan memikirkan dirinya sendiri. Ia juga harus mendukung karir Raven.“Nggak apa-apa, Rav, pergilah,” jawab Kanya merelakan.Raven memindai wajah Kanya, mencoba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status