Semua Bab Istri Pesanan CEO: Bab 111 - Bab 120

149 Bab

Raven Yang Suka Memaksa

Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Raven seketika memerangkap Kanya dalam kegugupan. Seharusnya ia sudah memprediksi sebelumnya. Tentu saja Raven akan merasa janggal. Mana ada pemilik usaha yang akan membiarkan bawahannya membawa anak ke tempat kerja. Lantas sekarang apa yang akan Kanya katakan? Apakah ini saatnya untuk jujur? Jika nanti Kanya sudah berterus terang apa Raven akan percaya? Mengingat selama ini Raven selalu saja memandang rendah dan menyepelekan Kanya.“Jawab aku, Kanya! Apa atasanmu nggak marah kalau kamu bawa Monic ke butik?” Raven mengulangi lagi pertanyaan yang belum Kanya jawab.Kanya lalu berdeham sebagai cara untuk menghilangkan kegugupannya. Mungkin inilah saatnya untuk jujur pada Raven tentang semuanya.Ditatapnya raut gagah laki-laki itu yang sedang memandangnya dengan intens. “Aku yang punya butik itu,” cetus Kanya pelan.Raven terdiam setelah mendengar jawaban Kanya. Lalu satu-satunya yang bisa ia berikan sebagai respon adalah,“Apa? Kamu?” Rave
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Ibu-ibu Beranak Dua Bukan Tipeku

Raven menyapukan matanya ke setiap sudut ruangan tempatnya duduk. Tempat tersebut mewah dan cozy, membuat siapa saja akan betah berada di sana. Saat ini laki-laki itu sedang berada di kantor Liberty Mobile, perusahaan atau operator jaringan seluler asal Amerika yang sedang mengepakkan sayapnya di Indonesia. Perusahaan tersebut dipimpin oleh Davva. Sudah sejak puluhan menit yang lalu Raven berada di ruang tunggu menanti Davva yang katanya sedang ada meeting. Detik waktu berjalan menuju menit keempat puluh lima saat Raven melirik jam tangannya. Diembuskannya napas kasar. Lelah menunggu Davva yang belum tampak batang hidungnya. Kalau bukan untuk mengurus sesuatu yang penting Raven tidak akan buang-buang waktu di tempat itu. Alasan Raven saat ini berada di kantor Liberty Mobile adalah karena ingin bicara pada Davva. Raven ingin memastikan sendiri lalu menyelesaikan masalah hutang piutang Kanya pada Davva yang bersangkutan dengan butik. Semalam setelah berpikir panjang Raven memutuskan u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Permintaan Maaf Raven

Raven terpaksa angkat kaki dari kantor Davva setelah gagal membujuk lelaki itu. Davva tetap menolak uang dari Raven. Dengan membawa kecamuk di dadanya Raven menyetir sendiri. Tujuannya adalah Monique Boutique. Sesuai dengan yang Kanya tawarkan kemarin, Raven menitipkan Ray di sana. Sampai sekarang Raven tidak tahu bagaimana kabar Ray. Entah menangis karena masih belum bisa menerima Kanya, atau mungkin Kanya sudah bisa mengatasinya.Ketika tiba di tempat yang dituju Raven langsung turun dari mobil. Ia sudah tidak sabar akan dua hal. Pertama, ingin mengetahui keadaan Ray selama tinggal dengan Kanya. Yang kedua, ia ingin menyelesaikan masalah butik yang tadi tidak selesai dengan Davva.Membuka pintu butik, Raven tidak menemukan Kanya. Malah Dita yang dihadapinya.“Mas Raven,” sapa gadis itu pelan.“Kanya mana?” tanya Raven to the point.“Ada di kamar anak-anak, Mas.”Di butik itu terdapat dua ruangan yang difungsikan sebagai kamar dan satu ruangan lagi digunakan sebagai ruang kerja Kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Pembalasan Aline

"Aline?!" Perempuan bersanggul itu terkejut saat melihat kemunculan Aline di rumahnya. Sudah sekian lama mereka tidak bertemu, lalu dengan tiba-tiba Aline muncul tanpa diduga."Tante Nira ..." Aline memeluk tantenya lalu menumpahkan air matanya di sana.Nira membalas dekapan Aline dengan sejuta tanda tanya di kepalanya tidak hanya karena kedatangan Aline yang begitu mendadak, tapi juga karena keponakannya itu menangis di dadanya."Ada apa, Lin?" tanyanya ingin tahu setelah tangis Aline reda.Aline mengusap matanya yang basah sambil menahan isak yang akan kembali meluncur."Tante, aku dan Raven udah pisah," akunya sesenggukan."Udah pisah gimana maksud kamu, Lin?" Nira ingin diperjelas. Penjelasan Aline yang setengah-setengah membuatnya tergelitik penasaran sekaligus rasa khawatir."Raven menceraikan aku, Tante. Dia udah buang aku.""Apa?" Nira terkejut. Setahunya hubungan Raven dan Aline baik-baik saja. Ia tidak pernah mendengar keduanya berselisih. Atau mungkin dirinya yang tidak t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Mempermalukan Diri Sendiri

“Ma, sini, Ma!” Raven melambaikan tangannya meminta agar Kanya mendekat.Kanya tersenyum kecut saat Raven memanggilnya dengan sebutan ‘Mama’ yang tentu saja maksudnya adalah untuk mengajari anak-anak. Kanya melangkah masuk, ikut duduk melantai bersama Raven dan anak-anak.Melihat Kanya datang, Monica langsung bergerak dari pangkuan Raven pada sang ibu. Jadilah mereka memangku anak masing-masing.“Udah nggak sibuk lagi?” tanya Raven mengawali percakapan.“Siapa bilang aku lagi sibuk?” jawab Kanya membantah.“Tapi tadi aku lihat lagi ramai.”“Sehari-hari memang begini, Rav.” Kanya menjawab tanpa bermaksud menyombong.Raven membalas dengan senyum. “I’m proud of you, Wife,” pujinya tulus.“Ex wife,” jawab Kanya mengoreksi ucapan Raven, tidak setuju dengan sebutan itu. Karena pada faktanya mereka sudah bercerai.Sekali lagi Raven melengkungkan bibir. Kali ini jauh lebih kecut. Andai saja waktu bisa diulang dan mereka bisa kembali ke masa-masa itu maka Raven bersumpah tidak akan pernah mela
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Sad Boy

Barulah Kanya bisa bernapas lega setelah Aline pergi dari butik. Kanya meminta maaf pada para pengunjung Monique atas ketidaknyamanan tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa Aline bukan pencuri. Dan yang terjadi hanyalah kesalahpahaman.“Sebaiknya sekarang kamu juga pergi, Rav,” kata Kanya pada Raven.“Aku mau menemani kamu di sini dulu, biar aku yang jaga anak-anak selama kamu kerja,” jawab Raven menolak.“Nggak usah, Rav, tapi sebaiknya kamu pulang karena aku pulangnya bakalan malam banget. Soal anak-anak nggak usah kamu pikirin, aku bisa menjaga mereka sambil kerja.” Sama dengan Raven yang menolak untuk pergi, Kanya juga menolak untuk ditemani.“Aku nggak peduli, aku bakal tunggu kamu sampai selesai.” Raven bertahan dengan pendiriannya meski sekuat apa pun Kanya mengusirnya.Kanya kehabisan cara untuk mengusir Raven. Yang bisa Kanya lakukan adalah memandang raut wajah lelaki itu. Andai saja Raven tahu betapa Kanya sangat mencintainya. Kanya ingin kembali dan membangun kehidupan yang ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Dicari Polisi

Beberapa hari belakangan Raven menitipkan Ray pada Kanya. Tidak hanya siang tapi juga malam hari. Raven membiarkan Ray bersama Kanya agar anak itu semakin mengenal ibu kandungnya. Dari hasil laporan Kanya pada Raven, Ray sudah tidak terlalu antipati padanya. Hanya saja Ray masih memanggil ‘Lang’ atau orang. Ray tidak mau memanggil mama karena dia masih menganggap ibunya adalah Aline.Setiap pagi sebelum berangkat kerja Raven akan selalu setor muka ke Monique. Bertemu dengan Kanya dan anak-anak mereka adalah asupan bergizi yang membuatnya bersemangat menjalani hari. Barulah setelah itu laki-laki tersebut menuju kantornya.“Pak, ada yang mau bertemu dengan Bapak,” lapor Laura, sekretarisnya, saat Raven baru saja tiba di kantor pagi itu.“Siapa?” tanya Raven heran. Masih sepagi ini sudah ada saja yang bertamu.“Namanya Pak Teja, Pak, katanya dia saudara Bapak,” jawab Laura seperti yang dikatakan tamu Raven padanya tadi.Raven terdiam sesaat. Ada saja orang yang mengaku-ngaku menjadi saud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Cobaan Yang Dihadapi Raven

Kanya syok berat setelah polisi membawa Raven pergi. Ray juga menangis saat menyaksikannya. Itu semua adalah akibat didikan buruk Aline. Dulu Aline selalu menakut-nakuti Ray akan melaporkan pada polisi jika anak itu berbuat nakal sedikit saja. Tapi ini adalah nakal versi Aline karena pada dasarnya tidak ada anak yang nakal. Yang ada hanyalah rasa ingin tahu mereka yang besar akan hal-hal baru.Sejak Raven pergi hari itu Kanya tidak pernah lagi bertemu dengannya. Raven tidak pernah datang. Setiap kali Kanya mencoba menelepon hanya suara operator yang menjawab panggilan darinya.“Gimana, Nya? Masih nggak dijawab juga?” tanya Dita saat melihat Kanya menjauhkan ponsel dari telinganya.Kanya menggeleng lemah. Ini entah sudah percobaan ke berapa dan hasilnya selalu nihil.“Aku harus gimana, Dit? Raven nggak ada kabar sama sekali,” ujar Kanya bingung. Sejujurnya setelah Raven dibawa polisi beberapa hari yang lalu Kanya tidak bisa tenang. Kanya takut terjadi sesuatu. Ingin mencari info yang a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Dilema

“Ada yang mau bertemu.”Raven terkesiap dari lamunan saat suara petugas yang memanggil terdengar olehnya. Raven bangkit dari lantai kemudian mengikuti langkah petugas menuju ruang temu tahanan.Dari jarak beberapa meter aroma parfum wanita yang sudah begitu familier terhirup oleh hidung Raven. Bersamaan dengan itu lensa matanya menangkap sosok Aline sedang duduk menantinya. Aline langsung berdiri saat melihat Raven muncul lalu menyongsong laki-laki itu.“Rav …” Tangan Aline terulur hendak memeluk Raven. Sebelum perempuan itu berhasil Raven lebih dulu memagari badannya. Raven menahan tangan Aline agar tidak menyentuhnya. Alhasil Aline hanya bisa menahan napas.“Kenapa ke sini?” tanya Raven saat mereka telah duduk. Sebelumnya Raven juga sudah melarang Aline untuk datang menemuinya pada kunjungan perempuan itu dua hari yang lalu.“Aku nggak mungkin membiarkan kamu begini, Rav. Aku nggak mungkin membiarkan kamu sendiri.”“Nyatanya aku memang sendiri.”“Kamu nggak sendiri, Rav, ada aku. To
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Pelukan Terakhir

Berita tentang Raven akhirnya menyebar dan terdengar oleh telinga Davva.Davva termenung setelahnya. Sudah cukup lama ia tidak menghubungi Kanya, lebih tepatnya setelah menyaksikan sendiri kebersamaan Kanya, Raven dan Monica di butik kala itu. Berita yang didengarnya membuat Davva menggerakkan kaki ke Monique Boutique. Ia harus memastikan sendiri kabar yang didengarnya dari mulut Kanya.Dan di sinilah Davva berada sekarang. Duduk berhadapan dengan Kanya yang tampak lesu.“Aku baru tahu tentang Raven. Aku ikut prihatin.” Davva menyampaikan kepeduliannya.Kanya menjawab dengan anggukan kepala.“Sekarang Raven masih ditahan?” tanya Davva lagi. Ia ingin Kanya bercerita banyak mengenai lelaki itu.“Masih.”“Gimana perkembangan kasusnya?”“Aku nggak tahu, dia ngelarang aku ke sana.” Sejak Raven melarangnya kala itu, Kanya mematuhinya. Kanya tidak pernah lagi mengunjungi Raven.“Kenapa dia ngelarang kamu?” tanya Davva penasaran.“Kata Raven lagi dia nggak mau aku ikut terlibat makanya aku ng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status