****** “Sayang, kamu di mana? Cepat, dong! Rara sudah menghubungi aku dari tadi, nih? Dia minta dijemput di kampusnya.” Suara Mas Diky terdengar panik. Ini adalah hari kedua dia memenuhi janjinya makan malam bareng adik tiriku, Rara. “Bentar, ya,Mas. Aku antar Ibu pulang dulu. Kalau memang kamu udah keluar kantor, kamu jemput aja dia ke kampus! Kita ketemu di restoran aja,” usulku sambil menggandeng tangan Ibu keluar dari ruangan Dokter Robin, Psikiater yang merawat Ibu. “Aduh, gawat, dong! Aku takut, ah! Nanti kalau Rara ngelendot-lendot lagi, gimana. Parfumnya nempel lagi di seragam aku.” “Aku percaya padamu, Mas. Habis gimana, dong? Aku harus ngantar Ibu dulu, lagian kasihan nenek sendirian di rumah. Atau gini, kamu tunggu di simpang kampusnya aja, aku langsung nyusul setelah ngantar Ibu!” “Ok, kalau gitu aku setuju. Hati-hati, ya! Ibu su
Last Updated : 2025-01-08 Read more