Share

Bab 33. Senjata Makan Tuan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 07:01:30

*****

“Enggak singgah dulu, Mas?” tanyaku sembari turun dari boncengan.

“Enggak usah,” jawab Mas Diky singkat. Lelaki tampan   itu masih saja merengut.

“Jangan lupa besok, ya! Ingat, perjanjian kita seminggu, lho!” ucapku mengulas senyum.

“Iya, tapi jangan di restoran  yang seperti tadi. Di restoran biasa aja. Lebih mahal enggak apa!” sungutnya sambil memutar arah motor, langsung tancap gas.

Gak ada sopan-sopannya! Ok, hari ini kamu masih bolehlah sok jual mahal kek gitu, Mas Diky … suami kakakku tersayang …. Tapi, liat aja besok. Aku pastikan kau tergila-gila padaku. Seperti dulu Ibunya si Mala yang oon itu, tersingkir dari sisi Papa. Papa lebih memilih mempertahankan  Mamaku yang bertubuh bohai, dan pandai memuaskan Papa. Gak peduli gimana cara Mama menaklukkannya. Yang pent

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 34. Tamparan papa di Wajah Rara

    *****POV MalaRara tertidur dengan meletakkan kepala di atas meja. Gelas kosong terletak di samping kepala yang terkulai itu. Gelas dengan pipet berwarna pink seperti perintahnya. Pipetnya memang benar, tapi gelasnya yang telah tertukar. Maaf Rara, Sayang. Aku harus melindungi suamiku dari perempuan murahan seperti kamu.Yah, mungkin kau berpikir suamiku adalah sasaran empuk, karena keluguannya. Mas Diky memang sangat lugu dalam hal cinta. Dia tak punya pengalaman apa-apa dalam menghadapi penjahat asmara. Tak pernah dipelajarinya bagaimana strategi menghadapi ulat bulu yang suka menempel sambil melata-lata sepertimu. Yang dia pelajari adalah cara membasmi penjahat ketentraman masyarakat. Menjaga keamanan masyarakat, negara dan bangsa.Lelakiku buta dalam hal asmara. Perempuan satu-satunya yang di kenalnya hanya aku. Sejak dia tau apa itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 35. Serangan di Kamar Mandi

    *****Awas kau!” kembali Rara mengancamku sambil mengikuti langkah Papa yang menyeretnya dengan kasar. Kubalas dengan senyum miring.Aneh! Seharusnya dia malu karena ketahuan akal liciknya terhadap Mas Diky. Perempuan itu benar-benar sudah putus urat syaraf. Sama seperti ibunya, udah tahu kelakuan anak bejad, masih saja membela.“Kita juga pulang, Sayang, ayo!” Mas Diky memeluk bahuku.“Ya, urusan kita belum selesai! Kita selesaikan di rumah!” ancamku melepaskan tangannya. Dengan berjalan cepat, aku menuju parkiran, mengeluarkan motor meticku, lalu meluncur pulang.Nenek dan Ibu menyambut di teras. Kedua wanita itu terlihat semringah. Terutama Ibu. Rambut panjangnya di sanggul rapi ke belakang. Beberapa anak rambut itu lepas, menutupi sampai ke batas mata, mirip poni di keningnya.“Subhanallah … Ibu …,” ucapku langsung menghambur memeluknya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 36. Rumah Tanggaku Di Ujung Tanduk

    *****Mas Diky menyambar kunci kontak motornya dan jaket kulit yang tergantung di belakang pintu kamar.“Aku berangkat, ya, Sayang!” ucapnya mengecup keningku. Lalu melangkah pergi.“Berhenti!” teriakku tiba-tiba. Mas Diky terkejut, menghentikan langkah dan langsung berbalik menghadapku.“Ai …,” sergahnya masih tak percaya.“Dengar, Mas! Baru malam tadi kita berbaikan. Kita telah berhasil menghadapi masalah yang mendera hubungan kita. Pagi ini, kita akan merayakannya. Kenapa sekarang kau tiba-tiba ingin membatalkannya? Bahkan tanpa berpikir dua kali, kau langsung membuka peluang untuk munculnya masalah berikutnya!”“Apa maksudmu, Sayang?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 37. Suamiku Sayang

    ****Ketukan halus di pintu kamar membuatku tersadar, bahwa ada Ibu dan Nenek yang masih menuggu di luar. Menuggu untuk diajak jalan-jalan, seperti janjiku dan janji sang menantu.“Ibu, masuk!” kataku berusaha mengulas senyum. Kubalikkan wajah pura-pura merapikan sepre kasur, agar berkesempatan menyeka air mata yang sempat tumpah di pipi.“Kenapa Nak Diky pergi dengn terburu-buru, Nduk?” tanyanya meletakkan tubuh di bibir ranjang.“Oh, iya. Tiba-tiba dia dipanggil mendadak oleh ibunya. Sepertinya ada yang penting. Kita jadi, kan jalan-jalannya?” tanyaku membentuk ekspresi riang.“Ibu kok, mendadak males, ya. Maaf, ya, Mala! Ibu mau bertanam sayuran aja di halaman belakang, boleh?”“Maksud Ibu?” tanyaku kaget.“Ibu dan nenek gak biasa jalan-jalan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 38. Papa Mertua dan Mama Ratna  Menghilang

    ****“Mas Diky …! Mas sudah datang?”Aku dan Mas Diky kaget. Kami sangat kenal suara itu. Rara.“Tante! Kenapa Mas Diky disuruh pulang?” teriaknya sambil berlari ke arah Mama mertuaku.Mama Ratna hanya terpaku di depan gerbang. Sebuah keranjang belanjaan ditenteng di tangan kanan. Sepertinya mereka baru kembali dari pasar. Jadi ini sebabnya, aku tak mendengar suara mereka dari tadi. Pantas mertuaku bilang mereka menampungnya, rupanya dijadikan pembantu.“Tante, bukankah Tante menyuruh Mas Diky, datang sendiri? Kenapa ada Kak Mala dan Papa juga?” protesnya menatapku sinis. Kedua mertuaku hanya membisu.Papa melangkah menghampiri aku dan Mas Diky. “Diky, ada yang ingin Om tanya sama kam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 39. Besanku Selingkuhanku

    ******POV RatnaTertatih aku dan Rara menyusuri jalanan kompleks. Entah ke mana kaki ini akan kubawa melangkah. Pulang ke kampung, aku malu. Orang kampung tahunya aku adalah nyonya. Nyanyo Ranto, pedagang dari Aceh yang sukses di kota Medan. Bagaimana tanggapan mereka bila aku pulang dengan tangan hampa, perhiasan mewah yang biasa melekat di badan pun dipreteli oleh Bang Ranto.Kejam! Bang Ranto memang kejam nian, tak hanya talak yang dia berikan, tapi juga kemiskinan dia sematkan di pundakku. Rara juga ikut-ikutan. Ngapaian coba dia ikuti aku. Harusya dia tetap bertahan di rumah itu! Keberadaannya di sana bisa kujadikan alasan untuk sering datang berkunjung. Sekalian aku bisa tebar pesona lagi di hadapan Bang Ranto. Secara, aku adalah perempuan yang pernah membuatnya terlelap dalam lautan madu asmara. Kalau dia kangen akan dasyatnya permainanku, pasti dia minta rujuk. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 40. Surga dan Dunia

    *****POV Ratna“Maaf, Bang. Saya yang salah,” ucapku meniup tangannya. Kukecup lembut jari telunjuknya. Lelaki botak itu menggeliat. Spontan ditariknya telunjuk kasar dan besar itu dari mulutku.“Cukup, sudah sana!” usirnya.Aku mendongah, dasterku kian tak karuan. Kutatap tepat ke manik-manik mata tuanya. Bola mata itu menghindar bersetatap. Membuang pandangan kembali ke layar tv. Aku tahu, itu hanya trik. Sesungguhnya, kini dia gelisah, dadanya berdebar, terbukti dari napasnya yang kian tak teratur. Apa lagi melihat wajahnya yang kian memerah, kutahu dia sedang menahan hasrat.“Abang marah?” tanyaku sembari bangkit.“Tidak, hanya saja, mulai besok, kamu tak perlu lagi membuatkan aku kopi di malam hari. Aku merasa tidak nyaman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 41. Pukulan Telak Buat Rara

    *****Kembali POV MalaAku tak habis pikir melihat ibu mertuaku. Bagaimana bisa dia datang ke rumah ini, padahal aku dan Mas Diky sedang tidak ada di rumah. Yang ada di rumah hanya Ibu dan Nenek. Dua wanita yang pernah ditolaknya saat kubawa ke rumahnya dulu. Dua orang perempuan sederhana yang pernah direndahkan bahkan dihina tanpa memikirkan perasaanku sedikit pun.“Ky, tolong Mama, Nak! Tolong cari Papamu!” katanya memohon pada putrnya, tak sedikitpun dia melihat ke arahku. Padahal aku berdiri tegak di samping Mas Diky.“Ma, tenang kenapa, sih! Papa udah sering kek gini, kan? Dua atau tiga hari enggak pulang, itu udah biasa Papa lakukan, kenapa sekarang Mama stress?” protes Mas Diky meski tetap berusaha menenangkan hati ibunya.“Tapi iasanya selalu pamit, Ky! P

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 62. Rara Melompat Dari Motor, Kenapa?

    *****POV MalaBayangan saat Rara dibawa pergi oleh lelaki sangar itu tak bisa hilang juga. Sungguh aku tak habis pikir, kok mau-maunya si Rara pacaran dengan preman. Apa yang ada laki-laki yang lebih baik lagi?Usahaku membujuk Mama mertua juga sia-sia belaka. Percuma aku merekam percakapan antara Rara dengan Papa mertua di warung bakso tadi. Sedikitpun hati Mama tidak tersentuh. Dia hanya menatap layar dengan wajah membentuk segi delapan. Bibirnya mencibir, lalu mengembalikan ponselku tanpa ekspresi.Sudah tertutup rapat kah pintu hati wanita itu? Kenapa tiada maaf? Setelah pernikahan yang mereka bina selama puluhan tahun, tak bisa kah, dia mengesampingkan ego, demi Anak-anak dan cucu? Begitu sakitkah hatinya? Bukankah Papa mertuaku sudah meminta maaf?Kenapa Ibu bisa memaafkan Papa? Bukankah posisi mereka hampir sama? Sama-sama dihancurkan oleh Rat

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 61. Bang Gandi Menjual Rara

    *****POV RaraNyalang kutatap wajah perempuan yang berdiri di teras sudut warung. Sebenarnya aku sudah melihatnya sedari tadi, tak lama setelah Om Herman masuk ke dalam warung. Syal panjang dan lebar yang digunakannya untuk menutupi wajah dan sebagian tubuh, membuat aku tak mengenalinya. Kukira hanya seorang pelanggan warung bakso. Tanpa kusadari dia merekam semua pembicaraanku dengan Om Herman.Mereka keterlaluan! Sengaja menjebak aku rupanya. Om Herman juga, pura-pura jual mahal! Pura-pura tak perduli lagi pada Mama, rupanya karena takut pada Kak Mala dan Kak Rahma. Pasti mereka datang bersamaan tadi, sengaja untuk mempermalukan.Kak Rahma dan Kak Mala tersenyum puas. Panas rasa hatiku.“Oh, jadi kalian sengaja menjebakku! Om Herman bilang dia datang sendiri, dia sembunyi-sembunyi ke sini, padahal kalian sekongkol! Bangs*t kalian semua!” teriakku meradang. Semua meja yang

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 60. Rara Dibawa Preman

    *****Kembali POV MalaSudah tiga hari Mama mertua tinggal di rumahku. Polisi membebaskannya berdasarkan permintaan keluarga korban, yaitu Papa. Ucapan terima kasih tak henti terucap dari mulutnya. Papa yang sudah mulai sering berkunjung untuk menemui Ibu, menanggapinya dengan santai.“Saya khilap, Bang. Gak nyangka banget, si Ratna setega itu. Saya sudah membela dia mati-matian di depan Abang waktu itu, kan? Berbulan-bulan dia dan anaknya itu saya kasih makan secara gratis, kok malah mencuri suami saya,” tuturnya saat baru pulang dari penjara tiga hari lalu.“Iya, Dek Lena, tapi, lain kali, jangan pernah main senjata tajam lagi. Masalah apapun, hadapilah dengan kepala dingin. Seperti halnya sekarang. Cobalah menghadapi Herman dengan kepala dingin!” kata Papa, sepertinya sengaja memancing isi hati Mama mertua.&

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 59. Rara Terjebak Di Warung Bakso

    *****POV RaraBagaimana ini? Preman jelek dan menjijikkan itu mengancamku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ke mana kau bisa bersembunyi? Anak buahnya tersebar di mana-mana. Tak aka nada tempat bersembunyi yang aman bila berurusan dengannya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?Ardo, tinggal dia satu-satunya harapanku. Kepada siapa lagi aku bisa berharap, selain kepada dia. Mungkin dia bisa meminta maaf kepada Bang Gandi. Bukankah aku calon istrinya? Tentu dia mau melepaskan aku dari ancaman preman itu. Semoga Bang Gandi enggak membuka rahasia kalau kami pernah tidu bersama.Tidak! Tidak bisa dijamin Bang Gandi menjaga rahasia itu. Kalau Ardo tahu, bukan pertolongan yang kudapat, malah kecolongan nanti. Aku hanya bisa menangis melolong.Untuk sekarang, aku bisa bersembunyi di rumah sakit ini, hingga Mama sembuh. Bila nanti disuruh pulang, a

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 58. Bekas di Leher

    *****POV RaraLaki-laki itu menyenderkan tubuh di bagian kepala ranjang. Asap rokok mengepul di atas kepalanya. Dihisapnya dalam-dalam , lalu dikeluarkan kadang dari mulut, kadang dari hidung. Peluh masih membanjir di tubuhnya. Sorot kepuasan terpancar dari mata. Tangan kanan masih memegang bagian tubuhku.Menepis pelan tangan kasar berotot itu, lalu beringsut turun dari kasur yang teramat kasar. Sakit di sekujur tubuh ini. Laki-laki ini ternyata lebih buas dari yang kubayangkan. Tenaganya melebihi macan. Tubuhku dilumat habis, tak ada sisi yang luput dari sergapannya.Tertatih aku menuju kamar mandi sempit di sisi kamar, mengguyur seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki. Perih. Bekas gigitan di leher dan dada, terasa sangat pedih saat diterpa air dingin. Bekas gigitan itu tergambar jelas. Laki-laki menjijikkan itu sepertinya meninggalkan jeja

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 57.  Rara Menggila Dengan Bos Preman

    ******POV Rara“Apa maksud Papa menempuh jalan damai?” tanyaku dengan nada ketus, setelah dia menyuruh menantunya cepat-cepat pulang. Mas Diky targetku malam telah lepas dari tangan.“Nak Rahma! Kamu ke ruangan Papamu saja! Biarkan Ratna ditunggui oleh Rara!” katanya tak menghiraukan pertanyaanku. Sebel! Papa tak pernah menganggap aku ada, apa lagi setelah kedatangan si Niken sialan itu.“Aku putri Mama, satu-satunya keluarganya! Aku tak mau berdamai dengan keluarga pembunuh itu!” tegasku melotot pada lelaki yang terakhir ini sangat kubenci.“Kau tak perlu ikut campur! Usiamu masih bau kencur! Tau apa kau tentang hukum!” sanggahnya membalas dengan melotot.“Tante Lena menusuk Mama, Pa! Dia mau membunuh Mama!”“Tindakannya spon

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 56.  Cinta itu masih ada di Hati Mama

    *****“Ibu mau ke mana?” tanyaku lembut.“Kamar mandi, ibu kebelet.”Kulepas pegangan di lengannya. Mungkin benar ibu kebelet, karena ancaman para preman menakutkan barusan. Mudah-mudahan, bukan karena kedatangan Papa.“Apa ini, Nak Anto?” tanya Nenek seraya menerima bungkusan dari Papa.Anto adalah nama panggilan Papa. Nama sebenarnya adalah Ranto, konon ceritanya, nama itu sengaja diberikan Kakek Almarhum kepada Papa. Dengan harapan Papa akan pergi merantau meninggalkan kampung halamannya di Aceh. Merantau untuk menuntut ilmu, pun belajar berbisnis. Harapan Kakek ternyata terwujud.“Ini ada martabak panas, rasa srikaya, makanan kesukaan –“ Papa tak melanjutkan ucapannya. Matanya menatap lurus ke arah pintu. Aku yakin, Ibulah yang sedang di carinya.

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 55. Rara Meminta Bantuan Preman

    *****Kembali ke POV Mala“Kamu enggak usah jenguk Papa ke rumah sakit, Sayang! Hari ini dia sudah boleh pulang. Kak Rahma akan membawa Papa ke rumah Mama,” kata Mas Diky sambil mengenakan seragam.“Alhamdulillan, Mas. Papa cepat pulih.”“Ya, tapi dia belum boleh mikir, apalagi mendapat tekanan. Biar aja Kak Rahma yang merawat dia di rumah.”“Ya, kita juga harus ikut merawat, kan?”“Tidak! Aku masih malas bertemu Papa! Bisa emosi aku nanti, kuhajar pula dia. Gawat, kan?”“Masalah ini tidak boleh dihadapi dengan kekerasan, Mas!”“Iya, tapi aku belum bisa, Sayang! Aku akan fokus ngurus kasus Mama, tadi malam Papamunelpon. Dia ngajak ketemuan di kantor pagi ini. Semoga usulannya untuk menyelesaikan kasus

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 54. Malaku Ngidam

    ******Masih diam terpaku, menatap tubuh menelungkup wanitaku. Bahu yang sedari tadi tak luput dari tatapan, terlihat mulai tenang. Tiada lagi goncangan. Isak, sedu dan sedan, raib sudah. Mungkinkah dia sudah berhenti menangis? Sepertinya iya. Kepala yang tanpa kerudung itu terangkat sedikit, tangan kanan mengusap wajah. Apakah istriku sedang mengusap air mata? Sepertinya, iya.Gegas aku bangkit dari bibir ranjang, berjingkat menuju pintu kamar, menggenggam handel pintu, membukanya pelan, berusaha tanpa derit. Lalu melangkah kembali keluar, menutup pintu dengan pelan, tetap berusaha agar tak menimbulkan deritan.Menarik napas panjang, lalu mengembuskannya pelan. Tiga kali, tiga kali aku melakukannya. Baru mulut bisa berucap.“Assalamualaikum! Mala ….”“Waalaikumusalam, Mas …!”

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status