All Chapters of Ketika Adikku Inginkan Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

62 Chapters

Bab 51. Solusi Dari Ibu

***** Aku segera meraih jaket dan jilbab instan yang tergantung di balik pintu kamar. Memasukkan ponsel  dan dompet ke dalam tas sandang, meraih kunci motor di atas nakas, lalu setengah berlari keluar dari kamar. “Mala!” Duh! Aku lupa di rumah ini aku tidak sendiri, meski suamiku berulah lagi. Masih ada Ibu dan Nenek yang begitu peduli. “Mau ke mana? Buru-buru amat?” tanya Ibu  seraya bangkit dari sofa di ruang tengah. Nenek mengalihkan tatapannya dari layar tv, kini menatapku dengan teliti. “Aku mau … eh, anu, Bu. Aku mau ….” “Mala …. Sayang? Kamu baik-baik saja, kan, Nak?” Ibu meraba pipiku. “Aku baik, Bu.  Aku  Cuma mau  ke rumah sakit, mau liat keadaan perempuan itu,” jawabku berdallih. 
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 52. Kapan Kau  Mencintaiku, Mala?

***** POV Diky Aku masih tak percaya dengan kenyataan yang terjadi sekarang ini. Papa berselingkuh dengan perempuan lain saja sudah membuatku sesak napas. Ternyata Papaku begitu menjijikkan. Saat aku ingin meminta pertanggung jawab, dia malah memilih pingsan. Serangan jantung, kata dokter. Padahal menurutku, itu hanya taktik diaa untuk lari dari masalah. Pasti dia enggan berurusan denganku setelah rahasianya terbongkar. Tertangkap basah lagi. Iya, tertangkap basahlah namanya, karena aku dan  istriku menangkap mereka dalam keadaan sudah basah. Basah karena peluh dan mungkin cairan lainnya. Yang menjijikkan tentu saja. Sekarang timbul lagi masalah yang jauh lebih rumit. Mamaku ternyata sama parahnya. Dia nekat menusuk selingkuhan Papaku yang juga  pernah menjadi selingkuhan Papa istriku. Rumit, ya? Mamaku menusuk mertua tiriku, yang ternyata selingkuh dengan papaku. Arrrrgh! Sakit kepalaku
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 53.  Diky Lolos Dari Jebakan Rara

****  Mala bolak-balik nelpon, tapi  kuhiraukan. Biar saja dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Masih terlalu dini untuk meminta maaf padanya sekarang.  Tetapi, panggilan dari Kak Rahma tak boleh kuhiraukan. Aku khawatir terjadi sesuatu dengan Papa, atau Tante Ratna. “Dik, kamu ke rumah sakit, deh, sekarang!” perintah Kak Rahma  mengagetkan. “Kenapa, Kak. Papa baik-baik aja, kan?” tanyaku was-was. “Papa baik,  kondisinya semakin stabil. Ini tentang Tante Ratna.” “Kenapa dia?” cecarku. “Kata Dokter, lukanya cukup dalam,  dia belum sadar juga, terlalu banyak ngeluarin darah. Tadi, putrinya si Rara nelpon ke hape Tante Ratna, aku angkat. Sekarang dia di sini, ngamuk-ngamuk gak jelas. Ngancam-ngancam gitu.” “Bilang aj
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 54. Malaku Ngidam

******  Masih diam terpaku, menatap tubuh menelungkup wanitaku. Bahu yang sedari tadi tak luput dari tatapan, terlihat mulai tenang. Tiada lagi goncangan. Isak, sedu  dan sedan, raib sudah. Mungkinkah dia sudah berhenti menangis? Sepertinya iya. Kepala yang tanpa kerudung itu terangkat sedikit, tangan kanan mengusap wajah. Apakah istriku sedang mengusap air mata? Sepertinya, iya.  Gegas aku bangkit dari bibir ranjang, berjingkat menuju pintu kamar, menggenggam handel pintu, membukanya pelan, berusaha tanpa derit.  Lalu melangkah  kembali keluar, menutup pintu dengan pelan, tetap berusaha agar tak menimbulkan deritan. Menarik napas panjang, lalu mengembuskannya pelan. Tiga kali, tiga kali aku melakukannya. Baru mulut bisa berucap.  “Assalamualaikum! Mala ….” “Waalaikumusalam, Mas …!”
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 55. Rara Meminta Bantuan Preman

***** Kembali ke POV Mala “Kamu enggak usah jenguk Papa ke rumah sakit, Sayang! Hari ini dia sudah boleh pulang. Kak Rahma akan membawa  Papa ke rumah Mama,” kata Mas Diky sambil mengenakan seragam. “Alhamdulillan, Mas. Papa cepat pulih.” “Ya, tapi dia belum boleh mikir, apalagi mendapat tekanan. Biar aja Kak Rahma yang merawat dia  di rumah.” “Ya, kita juga harus ikut merawat, kan?” “Tidak! Aku masih malas bertemu Papa! Bisa emosi aku nanti, kuhajar pula dia. Gawat, kan?” “Masalah ini tidak boleh dihadapi dengan kekerasan, Mas!” “Iya, tapi aku belum bisa, Sayang! Aku akan fokus ngurus kasus Mama, tadi malam Papamunelpon. Dia  ngajak ketemuan di kantor pagi ini. Semoga usulannya untuk menyelesaikan kasus
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 56.  Cinta itu masih ada di Hati Mama

***** “Ibu mau ke mana?” tanyaku lembut. “Kamar mandi, ibu kebelet.” Kulepas pegangan di lengannya. Mungkin benar ibu kebelet, karena ancaman para preman menakutkan barusan. Mudah-mudahan, bukan karena kedatangan Papa. “Apa ini, Nak Anto?” tanya Nenek seraya menerima bungkusan dari Papa. Anto adalah nama panggilan Papa. Nama sebenarnya adalah Ranto, konon ceritanya, nama itu sengaja diberikan Kakek Almarhum kepada Papa. Dengan harapan Papa akan pergi merantau meninggalkan kampung halamannya di Aceh. Merantau untuk menuntut ilmu, pun belajar berbisnis. Harapan Kakek  ternyata terwujud. “Ini ada martabak panas, rasa srikaya, makanan kesukaan –“ Papa tak melanjutkan ucapannya. Matanya menatap lurus ke arah pintu. Aku yakin, Ibulah yang sedang di carinya.   
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 57.  Rara Menggila Dengan Bos Preman

****** POV Rara “Apa maksud  Papa menempuh jalan damai?” tanyaku dengan nada ketus, setelah dia menyuruh menantunya  cepat-cepat pulang.  Mas Diky targetku malam telah lepas dari tangan. “Nak Rahma! Kamu ke ruangan Papamu saja! Biarkan Ratna ditunggui  oleh Rara!” katanya tak menghiraukan pertanyaanku. Sebel! Papa tak pernah menganggap aku ada, apa lagi setelah kedatangan si Niken sialan itu. “Aku putri Mama, satu-satunya keluarganya! Aku tak mau berdamai dengan keluarga pembunuh itu!” tegasku melotot pada lelaki yang terakhir ini sangat kubenci. “Kau tak perlu ikut campur! Usiamu masih bau kencur! Tau apa kau tentang hukum!” sanggahnya membalas dengan melotot. “Tante Lena menusuk Mama, Pa! Dia mau membunuh Mama!” “Tindakannya spon
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 58. Bekas di Leher

***** POV Rara Laki-laki itu menyenderkan tubuh di bagian kepala ranjang. Asap rokok mengepul di atas kepalanya. Dihisapnya dalam-dalam , lalu dikeluarkan kadang dari mulut, kadang dari hidung. Peluh masih membanjir di tubuhnya. Sorot kepuasan terpancar dari mata.  Tangan kanan masih memegang bagian tubuhku. Menepis pelan tangan kasar berotot itu, lalu beringsut turun dari kasur yang teramat kasar. Sakit di sekujur tubuh ini. Laki-laki  ini ternyata  lebih buas dari yang kubayangkan. Tenaganya melebihi macan. Tubuhku dilumat habis, tak ada sisi yang luput dari sergapannya. Tertatih aku  menuju kamar mandi sempit di sisi kamar, mengguyur seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki. Perih. Bekas gigitan di leher dan dada, terasa sangat pedih saat diterpa air dingin. Bekas gigitan itu tergambar jelas. Laki-laki menjijikkan itu sepertinya meninggalkan jeja
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 59. Rara Terjebak Di Warung Bakso

***** POV Rara Bagaimana ini? Preman jelek dan menjijikkan itu mengancamku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ke mana kau bisa bersembunyi? Anak buahnya tersebar di mana-mana. Tak aka nada tempat bersembunyi yang aman bila berurusan dengannya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ardo, tinggal dia satu-satunya harapanku. Kepada siapa lagi aku bisa berharap, selain  kepada dia. Mungkin dia bisa meminta maaf kepada Bang Gandi. Bukankah aku calon istrinya? Tentu dia mau melepaskan aku dari ancaman preman itu. Semoga Bang Gandi enggak membuka rahasia kalau kami pernah tidu bersama. Tidak! Tidak bisa dijamin  Bang Gandi menjaga rahasia itu. Kalau Ardo tahu, bukan pertolongan yang kudapat, malah kecolongan nanti. Aku hanya bisa menangis melolong. Untuk sekarang, aku bisa bersembunyi di rumah sakit ini, hingga Mama sembuh. Bila nanti disuruh pulang, a
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 60. Rara Dibawa Preman

***** Kembali POV Mala Sudah tiga hari Mama mertua tinggal di rumahku. Polisi membebaskannya berdasarkan permintaan keluarga korban, yaitu Papa.  Ucapan terima kasih tak henti terucap dari mulutnya. Papa yang sudah mulai sering berkunjung untuk menemui Ibu, menanggapinya dengan santai. “Saya khilap, Bang. Gak nyangka banget, si Ratna setega itu.  Saya sudah membela dia mati-matian di depan Abang waktu itu, kan? Berbulan-bulan dia dan anaknya itu saya kasih makan secara gratis, kok malah mencuri suami saya,” tuturnya saat baru pulang dari  penjara tiga hari lalu. “Iya, Dek Lena, tapi, lain kali, jangan pernah main senjata tajam lagi.  Masalah apapun, hadapilah  dengan kepala dingin. Seperti halnya sekarang. Cobalah menghadapi Herman dengan kepala dingin!” kata Papa,  sepertinya sengaja memancing isi hati Mama mertua.&
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status