All Chapters of Ketika Adikku Inginkan Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

Bab 41. Pukulan Telak Buat Rara

***** Kembali  POV Mala Aku tak habis pikir melihat ibu mertuaku. Bagaimana bisa dia datang  ke rumah ini, padahal aku dan Mas Diky sedang tidak ada di rumah. Yang ada di rumah hanya Ibu dan Nenek. Dua wanita yang pernah ditolaknya saat kubawa ke rumahnya dulu. Dua orang perempuan sederhana yang pernah direndahkan bahkan dihina tanpa memikirkan perasaanku sedikit pun.  “Ky, tolong Mama, Nak! Tolong cari Papamu!” katanya memohon pada putrnya, tak sedikitpun dia melihat ke arahku. Padahal aku berdiri tegak di samping Mas Diky.  “Ma, tenang kenapa, sih! Papa udah sering kek gini, kan? Dua atau tiga hari enggak pulang, itu udah biasa Papa lakukan, kenapa sekarang Mama stress?” protes Mas Diky meski tetap berusaha   menenangkan hati ibunya.  “Tapi iasanya selalu pamit, Ky! P
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 42. Perselingkuhan Papa Mertua

***** “Kau di sini, Sayang?” Mas Diky terseyum lebar, sambil memelukku mesra di hadapan Rara.   “Kenapa kau lakuin ini ke aku, Mala!” gadis itu menatapku tajam. Tentu saja  suamiku langsung memalangkan tubuh untuk melindungiku. Dia pasti khawatir gadis itu kerasukan lalu tiba-tiba menyerang.  “Aku basah! Mala! Cepat kau keringkan!” teriaknya histeris. Benar dugaan kami. Rara menarik kasar jilbab instan yang melekat di kepalaku.  Mas Diky menyambar tangannya, lalu membuangnya dengan kasar. Hampir saja gadis itu tersungkur karena tenaga Mas Diky terlalu kuat.  “Jangan ganggu istriku! Sedikit saja kau sentuh dia, kulempar kau ke penjara! Paham!” ancam Mas Diky tegas.  Kasihan Rara. Jujur, masih ada sedikit rasa iba di
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 43. Rekaman Percakapan Duo Ulat Bulu

**** Rekaman Percakapan Duo Ulat Bulu“Mana hapemu, La? Biar aku fotoin dan rekam percakapan mereka! Mungkin kita akan butuhkan nanti,” usul Rani, segera kuserahkan ponselku. “Bodoh banget si Herman botak itu, kan, Ra? Dengan mudahnya menyerahkan mobil ini ke mama. Cuma dengan beberapa kali permainan di ranjang, dia sudah klepek-klepek, hehehehe ….” Mama Ratna mengikatkan sabuk pengaman di pinggangnya. “Mungkin, Tante Lena yang sok kecakepan itu, udah letoi, Ma! Enggak pernah lagi bisa nyenengin suaminya. Om Herman ngeliat bokong dan dada Mama, langsung melayang dan lupa segalanya, deh!” timpal Rara. Keduanya tertawa lepas, mobil itu pun mulai melaju. “Ikuti mereka, Mas! Biar kita tahu di mana mereka tinggal!” pintaku kepada Mas Andy saat moil Papa mertua yang kini dikuasai duo ulat bulu mulai bergerak. 
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

#Bab 44. Ular Membelit Papa Mertua

***** Mas Diky terlihat lemas lunglai. Kaki  dan tangan gemetar. Hampir saja ponselku yang masih berada di tangannya  terlepas dari pegangan. Segera kuraih benda pipih itu, kubimbing dia duduk di bibir ranjang. “Aku saja tak sanggup melihat ini, Tak percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana pula dengan Mama? Mama pasti akan hancur bila melihat  dan mengetahui perselingkuhan Papa dengan perempuan yang telah mati-matian ditolong dan dibelanya. Mala, tolong rahasiakan ini dari Mama!” Aku mengangguk, meski tidak sependapat dengannya. Biar bagaimanapun, Ibu mertuaku itu harus tahu yang sebenarnya. Ibarat menyembunyikan bangkai busuk, lambat laun pasti akan terendus juga. Tetapi, untuk mencari waktu yang tepat, mungkin akan diulur dulu. Kupenuhi permintaan Mas Diky. “Tega Papa membohongi kita semua. Membohongi Kak Rahma. Dia bilang mobilnya rusak parah
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 45. Papa mertua Kena Serangan Jantung

***** “Itu bukan Papa, Mala!”   “Ssst!” Kutempelkan telunjuk di bibirnya.  “Diam! Kita bisa ketahuan!” bisikku.  Kupapah suamiku agar berdiri.  “Aku gak bisa!” Itu Papaku, Mala!” Kali ini dia berbisik.   Suara cekikikan dari kamar semakin jelas terdengar. Kutarik paksa tangan Mas Diky menuju kamar.  Dengan lemas dia terpaksa mengikuti.  Kini kami berdua berdiri tepat di depan kamar. Suara cekikan tak lagi terdengar. Sunyi. Tak terdengar apa-apa. Hanya sesekali terdengar sayup suara erangan.  Kuraih ponsel dari dalam tas sandang, kuaktifkan perekam video. Ketika suara  erangan terdengar kian panjang dan jelas, saat itulah  Mas Diky kesetanan.  “Pa
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 46. Pembantu Baruku

***** “Mala! Coba kamu  berpikir dengan  waras! Sedikiiiit saja!” Gila, nih, perempuan sundal! Dia yang  berbuat maksiat, aku yang disuruh berpikir secara waras. Apa maksudnya, coba?  Kulirik dia sekilas.  Daster terbalik melekat ditubuhnya, rambut keriting awut-awutan dan, ah, tadi sempat kulihat pakaian dalam berserakan di lantai kamar. Apakah itu artinya dia saat ini tak mengengenakan pakaian dalam? Siapa yang tidak waras sekarang? “Kamu enggak kasihan pada Mama? Lihat Mama sekarang, Mala!” Matanya kini mengembun. Sepertinya dia kan mulai  episode baru sandiwaranya, openingnya dengan deraian air mata, tentu saja. “Waktu itu kau masih bayi merah. Mama yang merawatmu, mama yang meninabobokkanmu! Saat kau diserang demam, karena mulai tumbuh gigi, mama yang tidak tidur sing dan malam menjagamu, mengendongmu tiada henti,
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 47.  Raungan Mama Mertua

***** Mama mertua masih menunggu jawabanku. Wajahnya terlihat begitu serius, seolah ucapan yang akan keluar dari mulutku begtu penting baginya. Kuputar otak segera, berusaha mengumpulkan perbendaharaan kata, untuk kurangkai untuknya. “Mala! Kenapa jawab gitu, aja, mikir, sih? Bagaimana hasilnya? Papa enggak mau pulang? Masih merajuk juga?” “Bukan, begitu, Ma. Tapi –“ Belum selesai kuucapkan kalimatku, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari arah dapur. Repleks aku dan Mama mertua berlari ke sumber kegaduhan. Nenek tengah jambak-jambakan  dengan Ratna. Ya, Tuhan … Nenekku yang terlihat sudah begitu uzur, ternyata tenaganya sangat kuat. Untuk sesaat aku hanya melongo menonton pertunjukan.  Terpukau dengan kegesitan Nenek menghajar perempuan lacur itu. “Hentikan! Sudah!” Eit, Mama mertu
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 48.  Kejutan Dari Mama Mertua

*****  “Rahma!  Bisa kau jelaskan apa sebenarnya yang telah terjadi dengan papamu?” Mama mertua tiba-tiba menegakkan tubuh. Matanya berkilat dengan sorot tajam, menatap anak dan menantunya satu persatu. “Tidak ada apa-apa, Ma!  Mama tenanglah!” bujuk Kak Rahma mengelus punggung ibunya. “Diky! Kau juga tak mau berkata jujur!” tuntutnya kepada suamiku. Mas Diky bergeming. “Anwar! Kau juga tak mau jujur?”  Bang Anwar menatap istrinya, seolah minta persetujuan. Kak Rahma menggeleng. “Tinggal kau Mala! Kau juga tak mau menjelaskan pada Mama? Atau, jawaban ibumu adalah jawabanmu?” dia kini menatapku lekat. “Kak Rahma, Mas! Lebih baik kalian berterus terang saja! Untuk apa lagi, sih, kalian menyembunyikan hal
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 49. Suamiku Kumat Lagi

**** “Maaaa!  Mama kenapa senekat ini?” Mas Diky berteriak. Ratna ambruk, darah segar merembes membasahi dasternya yang terbalik. Mama mertuaku tersenyum seperti menyeringai. Ibu dan Nenek berlari dari kamar mereka. Menatap pemandangan yang tak diduga sama sekali. “Sudah, Ken! Sudah kutuntaskan dendammu! Aku tahu kau tidak pernah sakit, hatimulah yang terluka, bukan jiwamu! Tolong jaga Diky putraku, juga cucuku di perut putrimu! Biar aku saja yang menanggung semua ini. Kau di sini saja, jaga cucu kita, ya!” Mama menatap Ibu sendu. “Kak Lena? Kau? Jadi?” Ibu terperangah, dia kesulitan untuk berkata-kata. Bola matanya membulat sempurna. “Ya, Ken. Iya. Maaf, mengagetkanmu.” “Bang! Cepat bawa dia ke rumah sakit! Cepat!” perintahku kepada Bang Anwar. Segera
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 50. Ancaman Rara

*****  Jujur, aku mulai lelah menjalani rumah tangga ini. Sudah mulai timbul rasa bosan dalam  membina hubungan ini. Sikap dan watak Mas DIky teramat menyebalkan. Sifat kanak-kanaknya tak juga berubah. Gampang meledak-ledak seperti anak kecil, yang jiwanya belum matang. Aku masih harus terus menerus mempelajari sifat dan karakternya.  Harus berusaha memahami segala kekurangannya, dan berusaha menempa jiwanya  agar matang dan dewasa. Tetapi, kenapa hal ini tidak berlaku sebaliknya, coba? Harusnya dia juga berbuat yang sama! Dia juga harus memahami sifat dan karakterku. Bagaimana mungkin dia berfikir aku menelepon Reno, lalu mencurahkan isi hatiku, mengadukan keluh kesahku. Mala bukan type perempuan seperti itu, kan? Kenapa dia  langsung meledak-ledak menuduh? Jika  dia  menduga seperti itu, bukankah  harus bertanya dul
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status