Home / Fantasi / Sisa Takdir / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Sisa Takdir: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

BAB 31 BAYANGAN YANG MENGINTAI

Cahaya lembut dari lilin di meja kecil menerangi kamar Elian dengan temaram yang menenangkan. Udara malam yang sejuk menyelinap melalui celah jendela, membawa aroma tanah basah setelah hujan reda. Elian berbaring dengan tenang di tempat tidurnya, meskipun rasa nyeri masih menyelimuti tubuhnya. Setidaknya, malam ini ia bisa merasakan sedikit kenyamanan di antaraa luka-lukanya. Pintu kamar terbuka perlahan, dan Ethan muncul dengan nampan berisi secangkir cokelat panas di tangannya. Wajahnya terlihat cerah meskipun ada lingkaran gelap samar di bawah matanya akibat kurang tidur. "Tuan Muda, cokelat panas pesanan Anda sudah datang," ujar Ethan dengan nada menggoda sambil mengangkat cangkir cokelat itu seakan sedang memamerkan harta karun. Elian memutar bola matanya, tetapi senyum kecil muncul di wajahnya. "Kau membuatnya terlihat seperti harta karun langka, Ethan." Ethan tertawa pelan sambil berjalan mendekat. "Bagaimana tidak? Ini adalah permintaa
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

BAB 32 TAMU TAK TERDUGA

Suasana pagi yang lembut menyelimuti kediaman Silvercrest, membawa ketenangan yang seakan menjauhkan semua kekhawatiran. Cahaya matahari pagi yang menembus jendela kamar Elian memantulkan kilauan samar di lantai marmer yang dingin, memberikan suasana hangat yang menyentuh hati. Aroma bunga yang menguar dari taman yang terletak di belakang kediaman menyatu dengan angin pagi yang sejuk. Elian duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke luar jendela, berpikir tentang segala hal yang telah terjadi. Rasa letih yang menggelayuti tubuhnya tidak dapat disembunyikan meskipun usahanya untuk tampak baik-baik saja. Sejak kebangkitannya, semuanya terasa berbeda. Ada rasa tidak pasti yang menyelimuti hatinya, dan beban yang berat dari masa lalu yang tak bisa begitu saja dilupakan. Suara ketukan pintu yang lembut mengalihkan perhatian Elian dari lamunannya. Ethan, pelayannya yang setia, berdiri di ambang pintu. Wajahnya yang selalu cerah kini terlihat sedikit cemas, meskipun ia be
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

BAB 33 KEDATANGAN AZRAEL

Hari itu, kediaman Silvercrest terlihat lebih sibuk dari biasanya. Para pelayan berlarian dari satu sisi ke sisi lain, membawa hidangan dan menyiapkan segala sesuatu untuk kedatangan tamu penting yang akan segera tiba. Aroma rempah-rempah memenuhi udara, bercampur dengan wewangian bunga segar yang diletakkan di setiap sudut ruangan. Elian masih duduk di tepi ranjangnya, menatap ke luar jendela dengan pikiran yang melayang jauh. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, ada kegelisahan yang terus menggerogoti hatinya. Sore itu, langit di atas kediaman Silvercrest terlihat sedikit muram, dengan warna oranye keemasan yang mulai meredup menjelang malam. Angin yang berhembus pelan seolah membawa firasat buruk. Elian memandang jendela kamarnya, menatap luar dengan pandangan yang kosong. Sebuah perasaan tidak enak menggelayuti hatinya. Sesuatu yang tak terduga akan segera datang. Ethan masuk dengan langkah hati-hati, membawa setelan pakaian formal berwarna hitam dengan s
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

BAB 34 BAYANGAN DI BALIK SENYUMAN

Suasana di ruang makan Silvercrest masih dipenuhi ketegangan samar. Percakapan di antara keluarga berjalan dengan hati-hati, seperti berjalan di atas lapisan es yang tipis. Azrael, dengan senyum yang nyaris tidak pernah pudar dari wajahnya, mengetuk pelan gelas anggurnya, menarik perhatian semua orang. "Sebelum kita melanjutkan lebih jauh, aku ingin memperkenalkan seseorang kepada kalian," ucap Azrael dengan nada tenang namun mengandung wibawa yang tak terbantahkan. "Caine, masuklah." Pintu besar ruang makan terbuka perlahan, dan seorang pria bertudung melangkah masuk. Langkahnya tenang, namun ada aura gelap yang mengikutinya, membuat suasana ruangan mendadak lebih berat. Caine mengenakan jubah gelap yang memanjang hingga menyentuh lantai, dengan tudung yang menutupi sebagian besar wajahnya. Ia berhenti di ujung meja, di sisi Azrael, dan dengan gerakan perlahan, ia melepas tudungnya. Wajahnya akhirnya terlihat di bawah cahaya lilin yang berkelap-kelip.
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

BAB 35 JANJI DALAM BAYANGAN MALAM

Kamar Elian dipenuhi cahaya temaram dari lilin-lilin kecil yang berjejer di meja dekat jendela. Tirai berwarna kelabu tua bergoyang lembut, membiarkan angin malam yang dingin menyelinap masuk. Aroma kayu manis samar-samar tercium di udara, menambah kesan hangat namun penuh ketegasan di ruangan itu. Pintu kamar berderit pelan, membuka jalan bagi sosok bertudung hitam yang melangkah tanpa suara. Caine berdiri di ambang pintu, menatap tajam menangkap bayangan Elian yang tengah duduk di tepi tempat tidurnya. Cahaya lilin memantulkan kilauan merah di mata Elian, memberikan kesan seperti bara api yang bersembunyi di balik ketenangan. "Kau datang," ucap Elian dengan suara lembut, namun penuh kepastian. Caine melepas tudungnya, memperlihatkan wajah yang tegas dengan luka samar di pipinya. Matanya yang kelam memancarkan kehati-hatian. "Aku tidak pernah berjanji untuk datang," jawab Caine, suaranya dalam dan sedikit serak. Namun, langkahnya maju mendeka
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

BAB 36 KETIKA JALAN TERBELAH

Caine berjalan keluar dari kamar Elian, membawa nampan berisi puding mangga yang diberikan Elian untuknya. Setiap langkahnya terasa berat, seperti ada beban yang mengikat kakinya. Di luar, Bintang bertebaran menghias langit malam, tetapi pikirannya jauh lebih kelam. Meskipun Elian terlihat tenang, Caine tahu bahwa situasi ini jauh dari kata selesai. Ada sesuatu yang tak beres, dan dia harus bersikap baik di depan Azrael, menunjukkan bahwa ia masih loyal, meskipun hatinya kini mulai goyah. Namun, saat langkahnya semakin menjauh dari kamar Elian, Caine teringat kembali masa-masa sulit yang membawanya ke titik ini. Keluarganya terjerat hutang, dan kehidupan mereka hampir hancur karena kegagalan bisnis yang tak terhindarkan. Ayahnya, berusaha keras untuk melunasi hutang-hutang tersebut, tetapi semuanya sia-sia. Dalam keputusasaannya, Azrael datang menawarkan jalan keluar, tapi dengan harga yang sangat mahal. "Jika kau ingin keluargamu selamat, kau harus bekerja untuk
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

BAB 37 HADIAH DARI AZRAEL

Cahaya matahari pagi menembus tirai jendela besar di kamar Elian, memantulkan rona keemasan di lantai marmer yang dingin. Udara terasa segar, namun suasana di dalam kamar terasa sunyi dan dipenuhi ketegangan yang tak kasat mata. Ethan dengan hati-hati mengganti perban di punggung Elian, tangannya bergerak terampil meski ada semburat kekhawatiran di matanya. "Apakah masih terasa sakit, Tuan Muda?" tanya Ethan dengan suara lembutnya. Elian, yang duduk membelakangi Ethan, menggeleng pelan. Rambut hitamnya yang jatuh sedikit menutupi wajah pucatnya. "Aku baik-baik saja, Ethan." jawabnya singkat, meskipun ekspresinya jelas mencerminkan rasa sakit. Ethan menyelesaikan tugasnya dengan sigap, merapikan perban dan memastikan semuanya terpasang sempurna. Namun, ketukan di pintu mengalihkan perhatian mereka berdua. Tok... tok... tok... "Masuk," ujar Elian tanpa menoleh. Pintu kamar t
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

BAB 38 UNDANGAN TERSIRAT

Pintu kamar Elian tertutup pelan di belakang Azrael dan Caine. Langkah kaki mereka menggema pelan di sepanjang koridor panjang yang dingin. Azrael berjalan santai dengan tangan di belakang punggungnya, sementara Caine mengikuti setengah langkah di belakang, menjaga jarak yang sopan namun tidak terlalu dekat. Suasana di antara mereka terasa sunyi, namun ketegangan samar menggantung di udara. Setelah beberapa saat berjalan tanpa suara, Azrael akhirnya berbicara, memecah keheningan. "Bagaimana menurutmu Elian?" tanyanya tiba-tiba. Suaranya lembut, hampir kasual, tetapi dengan nada yang menyimpan sesuatu yang sulit diterjemahkan. Ia tidak menoleh, hanya terus memandang lurus ke depan. Caine melirik sekilas ke arah Azrael sebelum menjawab hati-hati, "Saya belum bisa memberi tanggapan, Tuan." Azrael meliriknya dengan sudut matanya, seulas senyum samar menghiasi wajahnya. "Hmm... Aku rasa dia sedikit berubah. Dia menjadi lebih... sulit dipahami." Cai
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

BAB 39 SENYUM DIBALIK BAYANGAN

Ruangan kerja Lucien memancarkan kehangatan yang kontras dengan langit kelabu di luar jendela besar. Meja kayu besar di depannya dipenuhi dokumen dan beberapa buku yang tertata rapi. Dinding ruangan dihiasi lukisan keluarga Silvercrest, memberikan sentuhan elegan namun penuh kehangatan. Lucien duduk di balik meja kerjanya dengan postur yang santai, tetapi tatapan matanya tetap memancarkan wibawa seorang kepala keluarga. Ia tengah memeriksa dokumen penting ketika suara ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatiannya. Tok… Tok… Tok… “Masuk,” ucap Lucien, menutup dokumen di tangannya. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan Azrael yang melangkah masuk dengan tenang. Senyum tipis tersungging di bibirnya, menciptakan kesan ramah meski sorot matanya sulit diterjemahkan. Ia membawa aura misterius yang selalu menyertainya, sesuatu yang membuat orang lain merasa ingin tahu namun waspada. Mata Lucien mengamati adiknya sesaat lebih lam, mencari tanda-tanda di bal
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

BAB 40 LANGKAH DI BALIK KEHANGATAN

Hari itu, awan kelabu menggantung rendah di langit, menyelimuti kediaman Silvercrest dengan bayangan samar. Hembusan angin dingin membawa aroma tanah basah, menambah kesan tenang. Di halaman utama yang luas, sebuah kereta kuda hitam berornamen perak berhenti dengan anggun. Keberadaan kereta itu menandai akhir dari kunjungan seseorang yang telah membawa kehadiran penuh teka-teki ke dalam keluarga Silvercrest. Azrael, dengan jubah gelap khasnya, berdiri di dekat kereta. Tubuhnya tegak, matanya tajam, namun wajahnya menampilkan senyuman yang sulit diartikan. Di sekitarnya, keluarga Silvercrest berkumpul untuk melepasnya dengan kehangatan yang tulus. Suasana ini terasa seperti momen kekeluargaan yang biasa, namun di balik senyuman dan sapaan sopan, tersembunyi lapisan emosi dan motif yang lebih dalam. Lucien maju selangkah, menatap adiknya dengan senyum kecil yang tulus. “Azrael, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung kesini. Aku harap kau tidak merasa b
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status