Home / Fantasi / Sisa Takdir / BAB 33 KEDATANGAN AZRAEL

Share

BAB 33 KEDATANGAN AZRAEL

Author: Rayna Velyse
last update Last Updated: 2025-01-05 21:01:36

Hari itu, kediaman Silvercrest terlihat lebih sibuk dari biasanya. Para pelayan berlarian dari satu sisi ke sisi lain, membawa hidangan dan menyiapkan segala sesuatu untuk kedatangan tamu penting yang akan segera tiba. Aroma rempah-rempah memenuhi udara, bercampur dengan wewangian bunga segar yang diletakkan di setiap sudut ruangan.

Elian masih duduk di tepi ranjangnya, menatap ke luar jendela dengan pikiran yang melayang jauh. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, ada kegelisahan yang terus menggerogoti hatinya. Sore itu, langit di atas kediaman Silvercrest terlihat sedikit muram, dengan warna oranye keemasan yang mulai meredup menjelang malam. Angin yang berhembus pelan seolah membawa firasat buruk. Elian memandang jendela kamarnya, menatap luar dengan pandangan yang kosong. Sebuah perasaan tidak enak menggelayuti hatinya. Sesuatu yang tak terduga akan segera datang.

Ethan masuk dengan langkah hati-hati, membawa setelan pakaian formal berwarna hitam dengan s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sisa Takdir   BAB 34 BAYANGAN DI BALIK SENYUMAN

    Suasana di ruang makan Silvercrest masih dipenuhi ketegangan samar. Percakapan di antara keluarga berjalan dengan hati-hati, seperti berjalan di atas lapisan es yang tipis. Azrael, dengan senyum yang nyaris tidak pernah pudar dari wajahnya, mengetuk pelan gelas anggurnya, menarik perhatian semua orang. "Sebelum kita melanjutkan lebih jauh, aku ingin memperkenalkan seseorang kepada kalian," ucap Azrael dengan nada tenang namun mengandung wibawa yang tak terbantahkan. "Caine, masuklah." Pintu besar ruang makan terbuka perlahan, dan seorang pria bertudung melangkah masuk. Langkahnya tenang, namun ada aura gelap yang mengikutinya, membuat suasana ruangan mendadak lebih berat. Caine mengenakan jubah gelap yang memanjang hingga menyentuh lantai, dengan tudung yang menutupi sebagian besar wajahnya. Ia berhenti di ujung meja, di sisi Azrael, dan dengan gerakan perlahan, ia melepas tudungnya. Wajahnya akhirnya terlihat di bawah cahaya lilin yang berkelap-kelip.

    Last Updated : 2025-01-06
  • Sisa Takdir   BAB 35 JANJI DALAM BAYANGAN MALAM

    Kamar Elian dipenuhi cahaya temaram dari lilin-lilin kecil yang berjejer di meja dekat jendela. Tirai berwarna kelabu tua bergoyang lembut, membiarkan angin malam yang dingin menyelinap masuk. Aroma kayu manis samar-samar tercium di udara, menambah kesan hangat namun penuh ketegasan di ruangan itu. Pintu kamar berderit pelan, membuka jalan bagi sosok bertudung hitam yang melangkah tanpa suara. Caine berdiri di ambang pintu, menatap tajam menangkap bayangan Elian yang tengah duduk di tepi tempat tidurnya. Cahaya lilin memantulkan kilauan merah di mata Elian, memberikan kesan seperti bara api yang bersembunyi di balik ketenangan. "Kau datang," ucap Elian dengan suara lembut, namun penuh kepastian. Caine melepas tudungnya, memperlihatkan wajah yang tegas dengan luka samar di pipinya. Matanya yang kelam memancarkan kehati-hatian. "Aku tidak pernah berjanji untuk datang," jawab Caine, suaranya dalam dan sedikit serak. Namun, langkahnya maju mendeka

    Last Updated : 2025-01-07
  • Sisa Takdir   BAB 36 KETIKA JALAN TERBELAH

    Caine berjalan keluar dari kamar Elian, membawa nampan berisi puding mangga yang diberikan Elian untuknya. Setiap langkahnya terasa berat, seperti ada beban yang mengikat kakinya. Di luar, Bintang bertebaran menghias langit malam, tetapi pikirannya jauh lebih kelam. Meskipun Elian terlihat tenang, Caine tahu bahwa situasi ini jauh dari kata selesai. Ada sesuatu yang tak beres, dan dia harus bersikap baik di depan Azrael, menunjukkan bahwa ia masih loyal, meskipun hatinya kini mulai goyah. Namun, saat langkahnya semakin menjauh dari kamar Elian, Caine teringat kembali masa-masa sulit yang membawanya ke titik ini. Keluarganya terjerat hutang, dan kehidupan mereka hampir hancur karena kegagalan bisnis yang tak terhindarkan. Ayahnya, berusaha keras untuk melunasi hutang-hutang tersebut, tetapi semuanya sia-sia. Dalam keputusasaannya, Azrael datang menawarkan jalan keluar, tapi dengan harga yang sangat mahal. "Jika kau ingin keluargamu selamat, kau harus bekerja untuk

    Last Updated : 2025-01-08
  • Sisa Takdir   BAB 37 HADIAH DARI AZRAEL

    Cahaya matahari pagi menembus tirai jendela besar di kamar Elian, memantulkan rona keemasan di lantai marmer yang dingin. Udara terasa segar, namun suasana di dalam kamar terasa sunyi dan dipenuhi ketegangan yang tak kasat mata. Ethan dengan hati-hati mengganti perban di punggung Elian, tangannya bergerak terampil meski ada semburat kekhawatiran di matanya. "Apakah masih terasa sakit, Tuan Muda?" tanya Ethan dengan suara lembutnya. Elian, yang duduk membelakangi Ethan, menggeleng pelan. Rambut hitamnya yang jatuh sedikit menutupi wajah pucatnya. "Aku baik-baik saja, Ethan." jawabnya singkat, meskipun ekspresinya jelas mencerminkan rasa sakit. Ethan menyelesaikan tugasnya dengan sigap, merapikan perban dan memastikan semuanya terpasang sempurna. Namun, ketukan di pintu mengalihkan perhatian mereka berdua. Tok... tok... tok... "Masuk," ujar Elian tanpa menoleh. Pintu kamar t

    Last Updated : 2025-01-09
  • Sisa Takdir   BAB 38 UNDANGAN TERSIRAT

    Pintu kamar Elian tertutup pelan di belakang Azrael dan Caine. Langkah kaki mereka menggema pelan di sepanjang koridor panjang yang dingin. Azrael berjalan santai dengan tangan di belakang punggungnya, sementara Caine mengikuti setengah langkah di belakang, menjaga jarak yang sopan namun tidak terlalu dekat. Suasana di antara mereka terasa sunyi, namun ketegangan samar menggantung di udara. Setelah beberapa saat berjalan tanpa suara, Azrael akhirnya berbicara, memecah keheningan. "Bagaimana menurutmu Elian?" tanyanya tiba-tiba. Suaranya lembut, hampir kasual, tetapi dengan nada yang menyimpan sesuatu yang sulit diterjemahkan. Ia tidak menoleh, hanya terus memandang lurus ke depan. Caine melirik sekilas ke arah Azrael sebelum menjawab hati-hati, "Saya belum bisa memberi tanggapan, Tuan." Azrael meliriknya dengan sudut matanya, seulas senyum samar menghiasi wajahnya. "Hmm... Aku rasa dia sedikit berubah. Dia menjadi lebih... sulit dipahami." Cai

    Last Updated : 2025-01-10
  • Sisa Takdir   BAB 39 SENYUM DIBALIK BAYANGAN

    Ruangan kerja Lucien memancarkan kehangatan yang kontras dengan langit kelabu di luar jendela besar. Meja kayu besar di depannya dipenuhi dokumen dan beberapa buku yang tertata rapi. Dinding ruangan dihiasi lukisan keluarga Silvercrest, memberikan sentuhan elegan namun penuh kehangatan. Lucien duduk di balik meja kerjanya dengan postur yang santai, tetapi tatapan matanya tetap memancarkan wibawa seorang kepala keluarga. Ia tengah memeriksa dokumen penting ketika suara ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatiannya. Tok… Tok… Tok… “Masuk,” ucap Lucien, menutup dokumen di tangannya. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan Azrael yang melangkah masuk dengan tenang. Senyum tipis tersungging di bibirnya, menciptakan kesan ramah meski sorot matanya sulit diterjemahkan. Ia membawa aura misterius yang selalu menyertainya, sesuatu yang membuat orang lain merasa ingin tahu namun waspada. Mata Lucien mengamati adiknya sesaat lebih lam, mencari tanda-tanda di bal

    Last Updated : 2025-01-11
  • Sisa Takdir   BAB 40 LANGKAH DI BALIK KEHANGATAN

    Hari itu, awan kelabu menggantung rendah di langit, menyelimuti kediaman Silvercrest dengan bayangan samar. Hembusan angin dingin membawa aroma tanah basah, menambah kesan tenang. Di halaman utama yang luas, sebuah kereta kuda hitam berornamen perak berhenti dengan anggun. Keberadaan kereta itu menandai akhir dari kunjungan seseorang yang telah membawa kehadiran penuh teka-teki ke dalam keluarga Silvercrest. Azrael, dengan jubah gelap khasnya, berdiri di dekat kereta. Tubuhnya tegak, matanya tajam, namun wajahnya menampilkan senyuman yang sulit diartikan. Di sekitarnya, keluarga Silvercrest berkumpul untuk melepasnya dengan kehangatan yang tulus. Suasana ini terasa seperti momen kekeluargaan yang biasa, namun di balik senyuman dan sapaan sopan, tersembunyi lapisan emosi dan motif yang lebih dalam. Lucien maju selangkah, menatap adiknya dengan senyum kecil yang tulus. “Azrael, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung kesini. Aku harap kau tidak merasa b

    Last Updated : 2025-01-12
  • Sisa Takdir   BAB 41 BAYANGAN MASA LALU

    Cahaya keemasan matahari sore menembus jendela besar di perpustakaan keluarga Silvercrest. Debu-debu halus melayang-layang di udara, seperti menari dalam diam. Elian duduk di kursi berlapis kain beludru biru tua di dekat jendela, tangannya memegang sebuah buku tua dengan sampul berwarna cokelat pudar. Angin sore yang lembut menyelinap melalui celah jendela yang terbuka, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Langit di luar perlahan berubah warna, dari jingga keungu-unguan, menandakan senja yang hampir berakhir. Caine berdiri tegap di luar pintu perpustakaan, setia menjaga. Ethan, yang biasanya menemani Elian, sedang sibuk dengan urusan lain, meninggalkan suasana hening di ruangan yang penuh rak-rak tinggi berisi buku-buku berharga. Elian menghela napas panjang, matanya melayang ke langit yang mulai menggelap. Ada sesuatu yang menenangkan dalam kesunyian ini, meskipun hatinya terasa berat. Buku yang ada di tangannya tidak lagi menarik perhatiannya. Se

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Sisa Takdir   BAB 45 RENCANA DAN KEPERGIAN

    Elian merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya, membenamkan wajahnya ke bantal yang empuk. Rasa lelah menguasainya sepenuhnya, seolah seluruh energi telah terkuras dari tubuhnya. Pandangannya kosong, tatapannya kemudian beralih ke jendela besar di sisi kamar. Cahaya matahari yang terik menandakan bahwa waktu sudah beranjak siang. Ia mendesah berat, membiarkan pikirannya berkelana dalam hening. "Bagaimana aku harus membuat Caine melaporkan kegiatanku pada Azrael?" gumamnya lirih ke ruangan kosong di sekitarnya. Nada suaranya terdengar putus asa. "Aku sangat lelah," tambahnya pelan. Ketukan lembut di pintu membuyarkan lamunannya. Ethan, pelayan setianya, masuk dengan langkah tenang sambil membawa baskom berisi air hangat dan kain bersih. Tatapannya penuh perhatian saat ia mendekati Elian. "Tuan Muda, Anda terlihat sangat lelah. Izinkan saya membantu Anda membersihkan diri," ujar Ethan sambil menaruh baskom di meja kecil di samping ranjang. Elian h

  • Sisa Takdir   BAB 44 DUEL

    Hari semakin siang, dan sinar matahari yang terik menambah intensitas suasana di arena latihan keluarga Silvercrest. Suara dentingan logam dan langkah kaki prajurit yang sebelumnya berlatih mulai mereda. Semua perhatian kini tertuju pada dua sosok yang berdiri berhadapan di tengah arena: Ronan dan Caine. Ketegangan terasa seperti udara panas yang menguar, membuat suasana semakin mendidih. Ronan, dengan tubuhnya yang kokoh dan mata yang penuh percaya diri, berdiri di tengah arena. Ia memutar pedang kayu di tangannya, memandang Caine dengan senyum menantang. “Caine, kau selalu punya mulut yang tajam. Sekarang buktikan dengan pedangmu,” ujarnya. Caine, yang lebih tenang dan penuh perhitungan, mengangkat pedangnya sambil tersenyum jahil. “Tentu, Tuan Ronan. Saya akan berusaha sebaik mungkin agar tidak membuat Anda kecewa.” “Kita lihat saja siapa yang lebih baik,” balas Ronan sambil mengambil posisi bertarung. Elian mencoba menyela, suaranya terden

  • Sisa Takdir   BAB 43 LANGKAH KECIL MENUJU PERUBAHAN

    Pagi menyapa kediaman keluarga Silvercrest dengan sinar matahari yang hangat dan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga dari taman keluarga. Elian membuka matanya perlahan, mengusir sisa-sisa kantuk yang masih menggantung. Ia menarik napas panjang, merasakan energi pagi yang segar mengalir ke tubuhnya. Hari ini, ia sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Elian turun dari tempat tidur, melangkah ke arah lemari, dan memilih pakaian yang lebih sederhana – sebuah kemeja putih bersih dengan celana panjang cokelat muda yang nyaman. Tidak ada mantel atau ornamen mewah seperti biasanya. Ia menginginkan kebebasan, sesuatu yang jarang ia rasakan sebagai anggota keluarga Silvercrest. Sambil melihat pantulan dirinya di cermin, ia tersenyum kecil, membayangkan bagaimana hari ini akan berbeda. Saat ia selesai berpakaian, pintu kamarnya diketuk. Ethan masuk dengan senyum khasnya, membawa nampan berisi sarapan ringan. “Tuan Muda, saya membawakan teh

  • Sisa Takdir   BAB 42 BAYANGAN GELAP DAN PENYESALAN

    Cahaya bulan yang menyelinap melalui jendela perpustakaan, memantulkan bayangan samar pada rak-rak buku yang menjulai tinggi. Aroma buku tua bercampur dengan udara dingin yang menusuk kulit. Elian duduk terbungkus selimut, tubuhnya sedikit gemetar, meski napasnya perlahan mulai teratur. Caine, yang setia di sisinya, memandang tuan mudanya dengan tatapan penuh perhatian. “Tuan Muda, apakah Anda merasa lebih baik?” tanya Caine dengan lembut, suaranya seperti angin yang membawa ketenangan. Elian mengangguk lemah, mencoba menguasai dirinya. “Aku hanya butuh waktu,” jawab Elian pelan, hampir seperti bisikan. Namun, matanya yang biasanya tenang masih menyiratkan bayangan ketakutan. Caine mengangguk memahami. Dengan hati-hati, ia menuntun Elian untuk kembali duduk di kursi yang tadi ditinggalkannya. “Duduklah di sini, Tuan Muda. Saya akan menyalakan sedikit cahaya agar ruangan ini tidak terlalu gelap.” Elian tidak berkata apa-apa, hanya memperhatikan

  • Sisa Takdir   BAB 41 BAYANGAN MASA LALU

    Cahaya keemasan matahari sore menembus jendela besar di perpustakaan keluarga Silvercrest. Debu-debu halus melayang-layang di udara, seperti menari dalam diam. Elian duduk di kursi berlapis kain beludru biru tua di dekat jendela, tangannya memegang sebuah buku tua dengan sampul berwarna cokelat pudar. Angin sore yang lembut menyelinap melalui celah jendela yang terbuka, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Langit di luar perlahan berubah warna, dari jingga keungu-unguan, menandakan senja yang hampir berakhir. Caine berdiri tegap di luar pintu perpustakaan, setia menjaga. Ethan, yang biasanya menemani Elian, sedang sibuk dengan urusan lain, meninggalkan suasana hening di ruangan yang penuh rak-rak tinggi berisi buku-buku berharga. Elian menghela napas panjang, matanya melayang ke langit yang mulai menggelap. Ada sesuatu yang menenangkan dalam kesunyian ini, meskipun hatinya terasa berat. Buku yang ada di tangannya tidak lagi menarik perhatiannya. Se

  • Sisa Takdir   BAB 40 LANGKAH DI BALIK KEHANGATAN

    Hari itu, awan kelabu menggantung rendah di langit, menyelimuti kediaman Silvercrest dengan bayangan samar. Hembusan angin dingin membawa aroma tanah basah, menambah kesan tenang. Di halaman utama yang luas, sebuah kereta kuda hitam berornamen perak berhenti dengan anggun. Keberadaan kereta itu menandai akhir dari kunjungan seseorang yang telah membawa kehadiran penuh teka-teki ke dalam keluarga Silvercrest. Azrael, dengan jubah gelap khasnya, berdiri di dekat kereta. Tubuhnya tegak, matanya tajam, namun wajahnya menampilkan senyuman yang sulit diartikan. Di sekitarnya, keluarga Silvercrest berkumpul untuk melepasnya dengan kehangatan yang tulus. Suasana ini terasa seperti momen kekeluargaan yang biasa, namun di balik senyuman dan sapaan sopan, tersembunyi lapisan emosi dan motif yang lebih dalam. Lucien maju selangkah, menatap adiknya dengan senyum kecil yang tulus. “Azrael, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung kesini. Aku harap kau tidak merasa b

  • Sisa Takdir   BAB 39 SENYUM DIBALIK BAYANGAN

    Ruangan kerja Lucien memancarkan kehangatan yang kontras dengan langit kelabu di luar jendela besar. Meja kayu besar di depannya dipenuhi dokumen dan beberapa buku yang tertata rapi. Dinding ruangan dihiasi lukisan keluarga Silvercrest, memberikan sentuhan elegan namun penuh kehangatan. Lucien duduk di balik meja kerjanya dengan postur yang santai, tetapi tatapan matanya tetap memancarkan wibawa seorang kepala keluarga. Ia tengah memeriksa dokumen penting ketika suara ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatiannya. Tok… Tok… Tok… “Masuk,” ucap Lucien, menutup dokumen di tangannya. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan Azrael yang melangkah masuk dengan tenang. Senyum tipis tersungging di bibirnya, menciptakan kesan ramah meski sorot matanya sulit diterjemahkan. Ia membawa aura misterius yang selalu menyertainya, sesuatu yang membuat orang lain merasa ingin tahu namun waspada. Mata Lucien mengamati adiknya sesaat lebih lam, mencari tanda-tanda di bal

  • Sisa Takdir   BAB 38 UNDANGAN TERSIRAT

    Pintu kamar Elian tertutup pelan di belakang Azrael dan Caine. Langkah kaki mereka menggema pelan di sepanjang koridor panjang yang dingin. Azrael berjalan santai dengan tangan di belakang punggungnya, sementara Caine mengikuti setengah langkah di belakang, menjaga jarak yang sopan namun tidak terlalu dekat. Suasana di antara mereka terasa sunyi, namun ketegangan samar menggantung di udara. Setelah beberapa saat berjalan tanpa suara, Azrael akhirnya berbicara, memecah keheningan. "Bagaimana menurutmu Elian?" tanyanya tiba-tiba. Suaranya lembut, hampir kasual, tetapi dengan nada yang menyimpan sesuatu yang sulit diterjemahkan. Ia tidak menoleh, hanya terus memandang lurus ke depan. Caine melirik sekilas ke arah Azrael sebelum menjawab hati-hati, "Saya belum bisa memberi tanggapan, Tuan." Azrael meliriknya dengan sudut matanya, seulas senyum samar menghiasi wajahnya. "Hmm... Aku rasa dia sedikit berubah. Dia menjadi lebih... sulit dipahami." Cai

  • Sisa Takdir   BAB 37 HADIAH DARI AZRAEL

    Cahaya matahari pagi menembus tirai jendela besar di kamar Elian, memantulkan rona keemasan di lantai marmer yang dingin. Udara terasa segar, namun suasana di dalam kamar terasa sunyi dan dipenuhi ketegangan yang tak kasat mata. Ethan dengan hati-hati mengganti perban di punggung Elian, tangannya bergerak terampil meski ada semburat kekhawatiran di matanya. "Apakah masih terasa sakit, Tuan Muda?" tanya Ethan dengan suara lembutnya. Elian, yang duduk membelakangi Ethan, menggeleng pelan. Rambut hitamnya yang jatuh sedikit menutupi wajah pucatnya. "Aku baik-baik saja, Ethan." jawabnya singkat, meskipun ekspresinya jelas mencerminkan rasa sakit. Ethan menyelesaikan tugasnya dengan sigap, merapikan perban dan memastikan semuanya terpasang sempurna. Namun, ketukan di pintu mengalihkan perhatian mereka berdua. Tok... tok... tok... "Masuk," ujar Elian tanpa menoleh. Pintu kamar t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status