Home / Fantasi / Sisa Takdir / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Sisa Takdir: Chapter 21 - Chapter 30

45 Chapters

BAB 21 PULANG

Kehampaan menyelimuti rumah besar keluarga Silvercrest. Suasana yang biasanya tenang dan megah kini terasa cemas dan berat, seolah seluruh kediaman itu menahan napas menunggu kedatangan mereka. Lampu-lampu di sepanjang lorong menyala dengan redup, menciptakan bayangan panjang di dinding batu yang dingin. Bahkan pelayan yang biasanya sibuk di dapur kini terlihat terdiam, masing-masing menunggu dengan cemas. Terlihat beberapa berlarian terlihat panik. Di ruang utama keluarga Silvercrest, suasana semakin tegang saat langkah kaki mereka semakin mendekat. Elysia, yang sebelumnya duduk di ruang tengah, kini berdiri dengan cemas di ujung tangga, matanya menatap pintu yang terbuka dengan harap-harap cemas. Ketika cahaya biru memudar, Lucien, Ronan, Damien, dan Elian muncul di ruang utama dengan langkah cepat, membawa serta beban yang semakin berat. Lucien terlihat tegang, tubuhnya bergerak cepat, namun hati-hati menahan tubuh Elian yang terkulai dalam pelukannya. Ro
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

BAB 22 PENJAGA MALAM

Adrian sang dokter, akhirnya berhasil menghentikan pendarahan yang mengancam nyawa Elian. Dengan sihir pengobatan yang sangat kuat, darah yang terus merembes keluar akhirnya bisa dihentikan, meskipun luka-luka di punggungnya masih tetap menganga lebar. Sihir itu tidak cukup untuk menyembuhkan luka-luka tersebut secara langsung, karena membutuhkan mana yang jauh lebih besar dan waktu yang panjang. Dengan napas berat dan keringat yang membasahi wajahnya, Adrian mengangkat wajahnya dan menatap Lucien dengan mata penuh kecemasan. "Pendarahan sudah berhenti, tapi lukanya terlalu dalam. Dibutuhkan waktu berhari-hari, mungkin lebih lama untuk benar-banar pulih.” Lucien mengangguk dengan serius, meskipun hatinya diliputi rasa cemas. "Apa yang harus kami lakukan?" "Untuk sementara, yang terpenting adalah menjaga agar luka tidak terbuka kembali. Jangan biarkan dia terlentang, karena itu akan memperburuk luka di punggungnya. Jangan mengenakan pakaian apapun yang b
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

BAB 23 BAYANGAN DI BALIK KABUT

Langit malam yang gelap menemani langkah cepat Ethan yang tengah menyusuri hutan dengan teliti. Awan kelabu menggantung rendah, seakan menambah kegelapan di sekitar pepohonan yang menjulang tinggi. Hawa dingin menusuk kulitnya, dan embusan angin membawa aroma tanah basah serta dedaunan yang hancur di bawah sepatu botnya. Cahaya bulan yang redup memantulkan kilauan samar pada pedang pendek yang terikat di pinggangnya. Bayangan kejadian beberapa jam lalu masih jelas di pikirannya, jeritan Elian, percikan darah, dan punggung tuannya yang lemah saat ia diseret ke dalam kegelapan. Rasa bersalah dan kemarahan membakar di dadanya. "Aku harus menemukan petunjuk..." gumamnya, hampir tak bersuara. Ethan berhenti di dekat batang pohon besar, matanya tajam menelisik jejak samar di tanah yang tampaknya baru saja diinjak seseorang. "Ada seseorang di sini... belum lama ini," bisiknya. Tiba-tiba, suara gemerisik dari semak belukar membuatnya sigap berdiri. Tangan Ethan
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

BAB 24 LANGKAH DI UJUNG KEGELAPAN

Hening menyelimuti kamar Elian, hanya suara napas Damien yang terdengar saat ia berusaha menenangkan dirinya. Cahaya redup dari lilin di sudut ruangan bergetar pelan, memantulkan bayangan temaram di dinding batu yang dingin. Damien duduk di sisi ranjang, kedua tangannya terkepal erat dipangkuannya. Napasnya terdengar berat setiap kali memandang wajah pucat adiknya yang terbaring lemah dengan tubuh penuh luka. Meskipun dokter telah memberikan perawatan terbaik, ketakutan masih menghantui benaknya. Damien, sebagai seorang kakak, merasa gagal melindungi adiknya dari nasib buruk ini. Kepalanya tertunduk, tetapi pandangannya tetap terpaku pada tubuh adiknya yang tak berdaya. Setiap helaan napas Elian yang tersendat membuat dadanya terasa sesak. Di sisi lain, Ethan baru saja kembali dari hutan. Pakaian yang ia kenakan kotor, berlumuran debu dan bercak darah kering yang mengeras di ujung lengan bajunya. Pedangnya masih tergenggam erat, terasa berat seperti beban yang me
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

BAB 25 BAYANGAN DI ANTARA CAHAYA

Malam itu, dalam keheningan kamar yang dipenuhi hanya dengan suara napas Elian yang terengah-engah, sesuatu yang jauh lebih mengerikan terjadi. Saat Damien hampir terlelap di samping ranjang, tubuh Elian yang terbaring di atas bantal menegang, seolah berjuang melawan bayangan-bayangan yang menyeretnya ke dalam kegelapan. Di dalam mimpinya, Elian berada di sebuah hutan yang gelap, dipenuhi pohon-pohon besar yang cabang-cabangnya menyentuh langit. Udara dingin menusuk kulitnya, dan suara-suara aneh bergema dari setiap sudut yang tak terlihat. Langkahnya tergesa-gesa, namun setiap kali ia bergerak, tanah yang diinjak terasa lengket, seolah ada sesuatu yang mengikutinya. Di kejauhan, Elian mendengar suara langkah berat yang semakin mendekat, suara seperti langkah kaki makhluk besar yang menghentak tanah. Tiba-tiba, dari balik pepohonan, sosok besar muncul. Seekor serigala hitam dengan mata merah menyala muncul dari bayang-bayang, tubuhnya yang kekar dan otot-ototnya
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

BAB 26 PERAWATAN DAN KETENANGAN SEJENAK

Pagi itu, udara sejuk menyusup melalui celah jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma embun dan kesejukan khas pagi hari. Sinar matahari yang lembut menyusup melalui tirai tipis, memantulkan cahaya samar di dinding kamar luas yang dipenuhi keheningan. Namun, di balik keheningan itu, terdengar napas lemah Elian yang masih terbaring tengkurap di ranjangnya. Tubuhnya terlihat pucat, wajahnya sedikit berkeringat, dan luka di tubuhnya masih memancarkan rasa sakit yang mendalam. Adrian, dokter keluarga yang berpengalaman, tengah duduk di tepi ranjang, menatap tubuh lemah Elian dengan sorot mata penuh keprihatinan. Kedua tangannya perlahan terangkat, cahaya lembut berwarna kebiruan memancar dari telapak tangannya, melingkupi luka-luka yang membekas di tubuh Elian. Ritual penyembuhan itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya Adrian menurunkan tangannya, menghembuskan napas panjang. Wajahnya tampak lelah, namun masih berusaha memancarkan ketenangan. "Seperti yang ku
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

BAB 27 BAYANGAN DALAM KEPATUHAN

Ruangan itu dipenuhi oleh aroma dupa yang menyengat, asapnya berkelok-kelok di udara sebelum lenyap di antara cahaya redup dari lampu gantung berwarna emas. Tirai beludru hitam menutupi jendela besar di salah satu sisi ruangan, menciptakan kesan suram dan rahasia. Di tengah ruangan, duduklah Azrael di sebuah kursi megah berukir naga yang tampak menelan tubuhnya dalam bayangan gelap. Kesan angkuh dan tidak terjamah terpatri pada setiap gerakan tubuhnya, seolah dia adalah kekuatan yang tak dapat diganggu gugat. Di hadapannya berdiri Caine, punggungnya tegap, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa pun, tatapannya kosong. Namun, kedua tangannya mengepal di balik punggungnya, menyembunyikan pergolakan yang berkecamuk di dalam hatinya. Caine merasa setiap detik di bawah tatapan Azrael yang tajam seolah membebani tubuhnya, membuatnya ingin melepaskan diri dari cengkraman ini, namun dia tahu itu mustahil. Azrael adalah pria yang memiliki banyak cara untuk membuat orang terjerat da
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

BAB 28 PERMINTAAN DI PAGI HARI

Damien berjalan cepat menuju halaman belakang kediaman, mencari Ethan yang sedang menata perlengkapan. Suara langkahnya yang terburu-buru menarik perhatian Ethan, yang langsung menegakkan tubuhnya dan menyambut Damien dengan senyuman ringan. Tanpa menunggu lama, Ethan mendekat dan bertanya dengan khawatir. "Tuan Damien, bagaimana keadaan Tuan Muda Elian?" tanya Ethan, suaranya penuh rasa peduli. Damien menoleh, ekspresinya serius namun tidak kehilangan kelembutan. "Kondisinya masih lemah, Ethan. Lukannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih. Saat ini, dia memerlukan banyak istirahat." Ethan mengangguk, sedikit merasa lega mendengar kabar itu. "Syukurlah. Ada yang bisa saya bantu, Tuan Damien?" Damien menghela napas pelan sebelum menyampaikan pesan Elian. "Oh… Elian memintaku untuk menyampaikan sesuatu padamu. Dia bilang dia ingin makan kue bunga yang bisa dia makan. Apakah kau bisa mendapatkannya?" Ethan terkejut sejena
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

BAB 29 KEPUTUSAN

Sesampainya di depan pintu ruangan kerja Lucien, Ethan memberi isyarat agar mereka menunggu sejenak. Ia mengetuk pintu dengan lembut, dan setelah mendengar suara persetujuan dari dalam, ia membukanya dan mempersilakan mereka masuk. "Masuk," terdengar suara berat namun tenang dari dalam ruangan. Di dalam, Lucien Silvercrest duduk di meja kerjanya, dikelilingi tumpukan dokumen dan surat-surat penting. Cahaya matahari pagi menerobos melalui jendela besar di sampingnya, memantulkan siluet wajah tegas dan tatapan bijaksana dari pria yang merupakan kepala keluarga Silvercrest itu. Begitu melihat mereka masuk, Lucien segera berdiri dan menyambut mereka dengan senyuman ramah. "Selamat pagi, Ny. Mirabel, Tn. Alistair," sapa Lucien dengan suara tegas namun penuh kehangatan. "Selamat pagi, Tuan Lucien," jawab Ny. Mirabel dan Tn. Alistair serempak, masing-masing membungkuk hormat. Ethan memberi sedikit ruang, memberikan kesempatan pada Ny.
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

BAB 30 KEJUTAN YANG MENANTI

Cahaya matahari mulai meredup, menyisakan semburat oranye di langit sore yang terlihat dari balik jendela kamar Elian. Udara di ruangan terasa sunyi, hanya diisi oleh suara napas pelan pemuda itu. Tubuhnya masih terasa lemah dan nyeri setiap kali ia mencoba bergerak. Luka di punggungnya belum sepenuhnya tertutup, meninggalkan rasa perih yang menusuk setiap kali ada gerakan kecil. Elian perlahan membuka mata. Pandangannya sempat buram sebelum akhirnya terbiasa dengan cahaya temaram di dalam kamar. Ia berbaring tengkurap di atas tempat tidur, dengan bantal kecil menyangga dadanya agar lebih nyaman. Tubuhnya tidak dibalut pakaian, hanya perban putih yang melintang menutupi luka di punggungnya. Setiap gerakan kecil terasa menyiksa, tetapi setidaknya rasa sakitnya mulai mereda sedikit dibandingkan sebelumnya. Pintu kamar berderit pelan, membuatnya menoleh dengan lemah ke arah sumber suara. Sosok Ethan muncul di ambang pintu, membawa nampan berisi semangkuk sup hanga
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status