Beranda / Fantasi / Sisa Takdir / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Sisa Takdir: Bab 41 - Bab 50

79 Bab

BAB 41 BAYANGAN MASA LALU

Cahaya keemasan matahari sore menembus jendela besar di perpustakaan keluarga Silvercrest. Debu-debu halus melayang-layang di udara, seperti menari dalam diam. Elian duduk di kursi berlapis kain beludru biru tua di dekat jendela, tangannya memegang sebuah buku tua dengan sampul berwarna cokelat pudar. Angin sore yang lembut menyelinap melalui celah jendela yang terbuka, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Langit di luar perlahan berubah warna, dari jingga keungu-unguan, menandakan senja yang hampir berakhir. Caine berdiri tegap di luar pintu perpustakaan, setia menjaga. Ethan, yang biasanya menemani Elian, sedang sibuk dengan urusan lain, meninggalkan suasana hening di ruangan yang penuh rak-rak tinggi berisi buku-buku berharga. Elian menghela napas panjang, matanya melayang ke langit yang mulai menggelap. Ada sesuatu yang menenangkan dalam kesunyian ini, meskipun hatinya terasa berat. Buku yang ada di tangannya tidak lagi menarik perhatiannya. Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

BAB 42 BAYANGAN GELAP DAN PENYESALAN

Cahaya bulan yang menyelinap melalui jendela perpustakaan, memantulkan bayangan samar pada rak-rak buku yang menjulai tinggi. Aroma buku tua bercampur dengan udara dingin yang menusuk kulit. Elian duduk terbungkus selimut, tubuhnya sedikit gemetar, meski napasnya perlahan mulai teratur. Caine, yang setia di sisinya, memandang tuan mudanya dengan tatapan penuh perhatian. “Tuan Muda, apakah Anda merasa lebih baik?” tanya Caine dengan lembut, suaranya seperti angin yang membawa ketenangan. Elian mengangguk lemah, mencoba menguasai dirinya. “Aku hanya butuh waktu,” jawab Elian pelan, hampir seperti bisikan. Namun, matanya yang biasanya tenang masih menyiratkan bayangan ketakutan. Caine mengangguk memahami. Dengan hati-hati, ia menuntun Elian untuk kembali duduk di kursi yang tadi ditinggalkannya. “Duduklah di sini, Tuan Muda. Saya akan menyalakan sedikit cahaya agar ruangan ini tidak terlalu gelap.” Elian tidak berkata apa-apa, hanya memperhatikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

BAB 43 LANGKAH KECIL MENUJU PERUBAHAN

Pagi menyapa kediaman keluarga Silvercrest dengan sinar matahari yang hangat dan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga dari taman keluarga. Elian membuka matanya perlahan, mengusir sisa-sisa kantuk yang masih menggantung. Ia menarik napas panjang, merasakan energi pagi yang segar mengalir ke tubuhnya. Hari ini, ia sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Elian turun dari tempat tidur, melangkah ke arah lemari, dan memilih pakaian yang lebih sederhana – sebuah kemeja putih bersih dengan celana panjang cokelat muda yang nyaman. Tidak ada mantel atau ornamen mewah seperti biasanya. Ia menginginkan kebebasan, sesuatu yang jarang ia rasakan sebagai anggota keluarga Silvercrest. Sambil melihat pantulan dirinya di cermin, ia tersenyum kecil, membayangkan bagaimana hari ini akan berbeda. Saat ia selesai berpakaian, pintu kamarnya diketuk. Ethan masuk dengan senyum khasnya, membawa nampan berisi sarapan ringan. “Tuan Muda, saya membawakan teh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

BAB 44 DUEL

Hari semakin siang, dan sinar matahari yang terik menambah intensitas suasana di arena latihan keluarga Silvercrest. Suara dentingan logam dan langkah kaki prajurit yang sebelumnya berlatih mulai mereda. Semua perhatian kini tertuju pada dua sosok yang berdiri berhadapan di tengah arena: Ronan dan Caine. Ketegangan terasa seperti udara panas yang menguar, membuat suasana semakin mendidih. Ronan, dengan tubuhnya yang kokoh dan mata yang penuh percaya diri, berdiri di tengah arena. Ia memutar pedang kayu di tangannya, memandang Caine dengan senyum menantang. “Caine, kau selalu punya mulut yang tajam. Sekarang buktikan dengan pedangmu,” ujarnya. Caine, yang lebih tenang dan penuh perhitungan, mengangkat pedangnya sambil tersenyum jahil. “Tentu, Tuan Ronan. Saya akan berusaha sebaik mungkin agar tidak membuat Anda kecewa.” “Kita lihat saja siapa yang lebih baik,” balas Ronan sambil mengambil posisi bertarung. Elian mencoba menyela, suaranya terden
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

BAB 45 RENCANA DAN KEPERGIAN

Elian merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya, membenamkan wajahnya ke bantal yang empuk. Rasa lelah menguasainya sepenuhnya, seolah seluruh energi telah terkuras dari tubuhnya. Pandangannya kosong, tatapannya kemudian beralih ke jendela besar di sisi kamar. Cahaya matahari yang terik menandakan bahwa waktu sudah beranjak siang. Ia mendesah berat, membiarkan pikirannya berkelana dalam hening. "Bagaimana aku harus membuat Caine melaporkan kegiatanku pada Azrael?" gumamnya lirih ke ruangan kosong di sekitarnya. Nada suaranya terdengar putus asa. "Aku sangat lelah," tambahnya pelan. Ketukan lembut di pintu membuyarkan lamunannya. Ethan, pelayan setianya, masuk dengan langkah tenang sambil membawa baskom berisi air hangat dan kain bersih. Tatapannya penuh perhatian saat ia mendekati Elian. "Tuan Muda, Anda terlihat sangat lelah. Izinkan saya membantu Anda membersihkan diri," ujar Ethan sambil menaruh baskom di meja kecil di samping ranjang. Elian h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

BAB 46 PERJALANAN KE AKADEMI

Pagi itu, Elian bangun lebih awal dari biasanya. Cahaya lembut matahari pagi menerobos tirai kamarnya, membangunkannya dari tidur yang gelisah. Ia menghela napas panjang, lalu segera bersiap-siap untuk perjalanan ke akademi bersama Damien. Mengenakan pakaian yang sudah dipersiapkan oleh Ethan, ia memandang dirinya di cermin, memastikan semuanya rapi. Di luar kamar, Damien sudah menunggu di depan rumah. Ayah mereka, Lucien, berdiri dengan tangan terlipat, menatap kedua putranya dengan campuran kebanggaan dan kekhawatiran. Ibu mereka, Elysia, memeluk Elian dan Damien bergantian, memberikan doa dan pesan agar mereka berhati-hati. Ronan, kakak pertama mereka, tersenyum sambil menepuk pundak Damien. "Jaga adikmu baik-baik," katanya tegas. Ethan dan Caine sudah menyiapkan kereta kuda. Caine, seperti biasa, tampak tenang meskipun ada ketegangan samar di matanya. Sementara itu, Ethan memastikan semua barang sudah dimuat dengan rapi. Damien ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

BAB 47 HAMPARAN BUNGA

Elian duduk termenung di atas ranjangnya, memandangi langit-langit kamar yang kosong. Waktu terasa berjalan begitu lambat. Suara Ethan dan Caine yang sedang sibuk membereskan barang bawaan di ruangan sebelah terdengar samar-samar, tapi itu hanya membuatnya semakin bosan. Ia melirik ke arah pintu, pikirannya mulai dipenuhi keinginan untuk keluar dan menjelajahi tempat baru ini. “Aku tidak bisa hanya duduk diam di sini,” gumam Elian. Dengan langkah mantap, ia mengenakan jubah panjang hitam yang sederhana namun elegan, memastikan bahwa penampilannya tidak akan terlalu menarik perhatian. Tanpa memberi tahu Ethan maupun Caine, ia keluar dari kamar asrama dan mulai menyusuri lorong-lorong akademi. Akademi tempat ia berada adalah salah satu institusi pendidikan terbesar di wilayah itu. Bangunan-bangunannya megah, dengan aula dan koridor yang dihiasi ukiran indah. Akademi ini dibagi menjadi beberapa bagian, masing-masing dengan fokus yang berbeda. Terdapat Akademi Kedokt
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

BAB 48 JEJAK INGATAN

Elian mengamati wajahnya lebih dekat. Ingatan samar-samar mulai muncul di pikirannya, sebuah bayangan dari masa lalunya yang ia coba lupakan. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu. Gadis itu tampak bingung, lalu menggeleng perlahan. "Saya tidak yakin, Tuan. Saya baru pertama kali melihat Anda." Elian tidak menjawab. Ia hanya mengangguk singkat, meskipun hatinya yakin bahwa ia pernah bertemu dengannya di suatu tempat. “Siapa namamu?” Gadis itu menggigit bibirnya sejenak sebelum menjawab, “Nama saya Lyanna… Lyanna Veridienne.” Nama itu menyalakan kilatan ingatan di benak Elian. Kini ia tahu mengapa gadis itu terasa begitu familiar. Lyanna adalah seorang wanita yang, dalam kehidupannya yang lalu, dikenal sebagai dokter luar biasa. Keahliannya dalam pengobatan begitu diakui hingga ia menjadi salah satu orang yang dihormati di akademi. Namun, perjalanan Lyanna penuh tragedi. Ia bergabung dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

BAB 49 MAKAN MALAM

Elian duduk di kursi kayu berukir dalam kamar asramanya yang redup. Lampu kecil di meja hanya memberi penerangan samar, mempertegas bayangan di wajahnya. Sebuah buku terbuka di atas meja, tetapi pikirannya mengembara. Lyanna Veridienne, nama itu terus terulang di benaknya. Ada sesuatu pada gadis itu. Di seberang ruangan, Caine berdiri tegap, menunggu perintah. Elian akhirnya menghela napas pelan sebelum membuka suara. “Caine, aku ingin kau menyelidiki sesuatu untukku,” ucapnya dengan nada tenang namun penuh kewibawaan. Caine langsung mencondongkan tubuhnya sedikit, menunjukkan kesiapannya. “Tentu, Tuan muda. Apa yang perlu saya lakukan?” “Cari tahu tentang keluarga Lyanna Veridienne,” kata Elian, menatap Caine dengan serius. “Aku ingin tahu siapa mereka, terutama adiknya. Fokuskan perhatianmu pada penyakit yang dideritanya.” Caine sedikit mengernyit, tapi ia tidak bertanya. Ia hanya mengangguk, memastikan perintah itu akan dijalankan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

BAB 50 KANTIN AKADEMI

Suasana di kantin akademi masih ramai dengan gelak tawa dan percakapan para siswa. Namun, di sudut ruangan, suasana antara Elian, Lyanna, Damien, dan Lyra terasa berbeda. Lyra mencoba menyusup ke dalam pembicaraan dengan pertanyaan yang tampaknya acak tetapi diarahkan pada Elian. “Jadi, Elian, berapa usiamu sebenarnya?” Elian memiringkan kepalanya sedikit, menatap Lyra dengan sorot mata datar. Jemarinya mengetuk meja pelan, seperti mencari cara untuk mengakhiri pembicaraan itu. Elian mengangkat alis tanpa banyak reaksi. Tatapannya dingin, seperti tak ingin repot-repot menjawab. Namun, ia akhirnya membuka suara dengan nada datar, “Delapan belas.” Lyra tersenyum kecil, mencoba memancing percakapan lebih jauh. Sebenarnya, Lyra tidak hanya terpesona oleh wajah tampan Elian atau sikap dinginnya. Ada sesuatu dalam aura pemuda itu sesuatu yang membuatnya merasa tertantang dan penasaran. Dia yakin, jika bisa mendekati Elian, ia akan mendapatkan lebih dari sekad
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status