Semua Bab Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon): Bab 21 - Bab 30

82 Bab

21. Pria dari Masa Lalu

"Sudah sana, daripada kamu tertinggal pesawat." Jenar mengiyakan dan berjalan pergi, sampai Damar kembali berdiri di hadapan istrinya kemudian memeluk erat. "Maafkan aku." Damar melepaskan pelukannya, tak ingin membuat tidak nyaman. Jenar kemudian berjalan masuk ke pesawat. Sesungguhnya dia masih ingin bersama Damar, apalagi dia ingin mengenal jauh keluarga suaminya yang begitu baik. Sayang sekali memang pria sebaik Damar disakiti oleh mantan istrinya. Memerlukan waktu 1 jam 55 menit untuk sampai di komplek militer. Sesampainya di sana ada seseorang yang menghampiri, dia tak lain istri Dika, Prajurit yang Damar maksud tadi. Dia menjelaskan sedikit tentang pengajuan izin nikah dan persyaratan apa saja yang harus Jenar lakukan. Karena sore ini ada jadwal praktek, Jenar bicara sesampainya di rumah. "Dokter bisa membacanya di sini, jika ada yang bingung bisa tanyakan saya. Rumah saya di samping rumah ini, jadi Dokter bisa datang." "Baik. Bisakah panggil nama saja, aku tidak enak dipa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

22. Salah Lagi

"Ya, aku suaminya. Jangan kau lukai istriku, jika kau ingin hidup dengan tenang." "Bohong! Datanglah ke sini kalau kau memang suaminya," ucap pria itu dengan lantang, tak sungkan jika beberapa orang menatapnya yang bicara dari sambungan telepon. "Tunggu di tempatmu sekarang, jangan pergi." Setelahnya Leo menutup sambungan telepon dan Jenar mengambil ponselnya kembali. Asri, asisten Jenar, coba melindungi dengan menjadi penghalang. Menunggu beberapa menit, seseorang yang menjawab telepon Leo tadi datang. "Siapa kau berani menganggu istriku?" "Kau yakin dia istrimu?" Leo masih saja tidak percaya akan apa yang Jenar katakan tentang pernikahannya. "Kenapa tidak, apa mau mu datang menemui istriku. Pergi dari sini dan jangan kembali. Atau mau aku menyeretmu ke kantor polisi?" Jenar hanya diam ketika seseorang itu coba mengusir Leo. Karena tidak percaya, Leo menantang, namun gagal saat beberapa Prajurit datang untuk membantu. Leo yang takut segera pergi, tidak ingin babak belur denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

23. Menanti dengan Gelisah

"Apa kemarin Pak Danyon marah? Maaf saya cerita pada beliau karena memang saya ditugaskan menjaga Anda selama beliau di sana," jelas Dika."Ya begitu, tapi tidak apa-apa, Mas, kalau begitu aku berangkat saja, Mas. Jam praktekku 15 menit lagi."Sampai pagi pesan terakhir Jenar tidak dijawab oleh Damar. Dia sungguh marah dengan sikap Jenar, kenapa bisa hal seperti itu Jenar hanya diam.***"Dokter! Kenapa malah melamun? Apa Dokter sakit?" Asri memegang bahu Jenar yang menatap kosong. Tidak hanya sehari Damar tidak memberinya kabar, tapi 3 hari ini. Jahat untuk Jenar, ketika dia dibuat bingung dan ingin sekali bertemu dengan tidak membalas atau menjawab pesan darinya."Aku baik-baik saja. Sedikit pusing, mungkin juga efek haid di hari pertama. Oh ya, apa hari ini jadwal sore diubah. Aku ingin pulang lebih cepat.""Jadwal sore ini kosong, jadi Dokter bisa pulang dan istirahat lebih cepat." Mendengar itu seperti angin segar untuk Jenar. Hari ini jujur saja dia malas untuk melakukan kegiata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

24. Mulai Timbul Rasa Cinta

"Mama–" rintihan lirih keluar dari mulut Jenar yang baru sadarkan diri. Matanya perlahan terbuka. "Apa masih terasa sakit?" Karena penglihatan Jenar belum begitu jelas, dia mengedipkan mata beberapa kali. Ingin segera pandangannya segera normal, karena penasaran suara seseorang yang ada di sampingnya begitu dia kenal. "Mas—" panggilnya lirih, aroma tubuh seseorang yang ada di sampingnya membuatnya tau siapa yang bersamanya. "Kamu itu, sudah tau sedang sakit, tapi tetap saja melakukan kegiatan. Ceroboh sekali." "Selalu saja di marahi. Apa tidak boleh aku memelukmu dulu baru marahi aku. Jahat sekali beberapa hari tidak ada kabar, dan sekarang malah marah lagi. Sudah saja usir sekalian aku dari sini," gerutu Jenar yang meluapkan kekesalannya pada Damar, suaminya. "Mau di usir ke mana? Lihat kamu sedang di mana sekarang." Mendengar itu, otak Jenar coba memproses. Dia melihat sekitar dan ada jarum infus yang menacam dilengan kirinya. Coba mengingat sedang di mana dia sekarang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

25. Cemburu Damar

Dari cerita yang Wulan katakan pada Damar, dia harus paham kondisi Jenar yang memiliki trauma akan sikap kasar mantan kekasihnya. Jenar menerima pelukan dari Damar, seketika dia menangis. Tidak peduli lagi jika orang lain akan melihatnya atau pun terganggu mendengar tangisnya. Dia sungguh merasa sesuatu hilang ketika tidak mendapat kabar dari Damar. "Memangnya salah jika aku mulai merasa rindu padamu, Mas?" tanyanya, dia mulai terbiasa dengan sikap Damar, kedekatan dan juga perhatian dia. Namun, itu seperti Jenar rasakan sendiri, karena suaminya malah mendiami bukan malah merayu dan membuktikan cintanya. "Tidak juga. Jika kamu tidak merasa rindu, maka aku akan lebih keras lagi membuatmu jatuh hati. Sekarang, perlahan rasa nyaman itu datang. Aku harap kamu tidak menyesal hidup denganku." Masih dalam pelukan suaminya, Jenar membalas pelukan suaminya. "Sudah ah ... aku malu di dengar orang." Setelah puas menangis dan membuat kemeja Damar basah, dia mendorong pelan tubuh suaminya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

26. Menjalani Proses Pengajuan Nikah

"Apa kamu biasa seperti itu, bersikap manis pada lawan jenis?""Dia teman sesama Dokter, Mas, salah lagi untuk ini? Masa iya aku memasang wajah ketus." Jenar sudah di mobil dengan Damar yang terus menggerutu."Aku bertanya, apa aku sedang mengataimu kenapa jawabanmu seperti itu.""Dari cara Mas bicara, terdengar marah. Bilang saja cemburu selesai.""Ya kalau memang cemburu kenapa, apa kamu lupa lagi arti cincin di jari manismu itu?" Damar menatap tak terima akan jawaban yang isterinya lontarkan."Ah ... bisakah besok-besok saja mendebatkan hal yang jelas tidak seperti Mas pikirkan? Moodku sedang buruk, ini hanya akan membuat kita berdebat saja." Matanya sudah berkaca-kaca, sejak tadi apa yang Damar katakan seperti menantang emosinya.Sesampainya di rumah dan membawakan masuk jajanan yang Jenar beli, Letkol tampan itu segera pamit. Sebelum pergi, dia mencium kening isterinya lama, tanpa bicara apapun. Hal itu sepertinya akan menjadi kebiasaan untuk Damar sekarang."Jam berapa besok kit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

27. Jangan Samakan Aku dengan Mata Isterimu

"Kalau aku membiarkanmu pergi, apa kamu tidak akan bersikap manis lagi padanya?" tanya Damar dengan tatapan tegas."Masih mau membahas itu?" Jenar mulai bete kalau Damar sudah memasang wajah kesal."Aku tidak membolehkannya." Dari raut wajah Damar, dia tidak sedang bercanda. Dia menatap Jenar dengan serius, apalagi jawabannya langsung tanpa memikirkan lebih dulu."Mas sungguh-sungguh?" Jenar yang terkejut dengan jawaban dari sang suami coba menanyakan kembali. Hanya karena dia bersikap baik, suaminya melarang untuk pergi, meskipun itu acara bakti sosial."Tentu, pergilah kalau kamu mau aku marah padamu." Ada hal yang belum Jenar tau, dan sekarang ketika apa yang menurutnya untuk kegiatan sosial, namun Damar malah tidak mengizinkan."Memangnya apa alasannya?" Tak terima dengan jawaban sang suami, dia kembali bertanya. Kenapa suaminya melarang ketika hanya karena sikap Jenar pada rekannya saja."Aku tidak suka kamu dekat dengannya, siapa tadi namanya, Dokter—" Dia saja tidak ingat, tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

28. Arum Jeram

"Sudahlah, Mas, pasti pembahasan ini akan menjadi perdebatan kita. Sebaiknya aku pulang, aku lelah sekali. Besok bukankah harus menemui atasan Mas yang tidak ada tadi." Jenar berharap dia tidak terkekang dengan keputusan Damar. Traumanya menjadikan sikap Damar terlalu protektif pada pasangannya sekarang. Memang ada baiknya, namun tidak baik saat itu berlebihan. Apalagi cemburu tidak jelas, seperti Jenar tidak boleh bersikap baik pada pria lain. Entah sikap yang seperti apa itu, yang jelas untuk sekarang Jenar coba memahami bagaimana Damar. Berusaha untuk tidak lagi memikirkan apa yang menjadi keputusan Damar sedang dia lakukan sekarang. Sesampainya dia langsung bersantai setelah membersihkan rumah dan pakaian kotor, Jenar termenung dan mengingat setiap perkataan Damar. Dia sudah tau dari Wulan sikapnya seperti ini karena luka hatinya, namun tidak serta-merta dia melarang apa yang menjadi tugasnya. Dia seorang Dokter, jika seperti ini apa Jenar bisa fokus, ketika di dalam pikiran Dam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

29. Kecelakaan Saat Istirahat

"Foto prewed di area seperti ini akan bagus. Apa Mas mau?" tanya Jenar.Dia mulai membayangkan dia mengenakan pakaian pengantin foto berdua bersama Damar dengan suasana pemandangan hijau yang terbentang."Apa saja mau mu lakukan selagi itu baik.""Kita bicarakan itu saat pulang. Oh ya, Mas, boleh aku mengundang para sahabatku setelah ijab kabul. Tidak banyak kok, hanya beberapa. Teman perempuan saja, tidak ada prianya. Ada satu tapi dia lekong." Seakan tau apa yang suaminya akan tanyakan, Jenar menjelaskan dengan detail."Undang saja. Setelah menikah kita satu rumah kan? Kamu tidak akan takut padaku?"Dia takut jika Jenar akan kembali trauma ketika tinggal bersama. Haruskah juga mereka tinggal di rumah berbeda."Kenapa harus takut. Bukankah Mas itu suamiku.""Aku takut saja ketika kita mulai tidur satu ranjang malah kamu menangis karena traumamu. Seperti sebelumnya terjadi." Damar hanya memeluk saja, tapi Jenar sudah menangis ketakutan."Benar juga, bagaimana jika seperti itu, Mas?" J
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

30. Hari Apes Tidak Ada Di Kalender

Meski tidak ada yang parah, Damar tetap harus menggunakan penyangga punggung. Dia dianjurkan menjalani terapi agar rasa sakitnya tidak terus menyiksanya."Kenapa Mas malah tersenyum?"Saat sampai di rumah dinas, Damar malah tersenyum karena harus dibantu untuk berjalan masuk hingga berbaring ke kamar."Tidak ada yang lucu, sudah istirahat dulu. Besok izin saja, aku tadi minta surat dokter juga. Jadi, Mas tidak perlu memaksakan diri. Mas—"Damar masih saja tersenyum. "Lucu saja, kemalangan menimpaku saat kita sedang istirahat.""Hari apes tidak ada di kalender apalagi membaca situasi kapan akan apes, tapi saat Mas tidak respon dengan cepat tadi, maka aku juga yang celaka.""Padahal besok ada kegiatan tradisi pindah satuan." Damar menghela nafas pelan, dia besok akan sangat sibuk, tapi malah terjadi hal seperti ini. Celaka ketika sedang istirahat di tempat yang mereka pikir aman. Memang benar kata Jenar, kemalangan tidak ada di kalender."Minimal istirahat 3 hari, Mas, jangan keras kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status