"Apakah aku tampan sehingga kamu terlihat begitu terpesona?" tanya Archen, suaranya rendah dan lembut, sehalus beludru. Tatapannya intens, membuat Aurora sulit menghindar.Aurora tersentak, pipinya memerah. Ia mengalihkan pandangan, tak berani menatap mata Archen. "Iya. Ah, tidak, aku hanya...," jawabnya gugup.Archen terkekeh pelan, mendengar kekakuan dalam suara Aurora. "Aku memang tampan!"Archen merasa lucu melihat Aurora yang grogi. Kesadaran bahwa dia bisa dengan mudah membuat wanita ini gugup membuatnya merasa sedikit bangga, tapi dia menahan senyumnya.Sedangkan Aurora merasa geli dengan kenarsisan Archen. Namun, ia tidak bisa membohongi dirinya kalau Archen memang tampan. Memikirkan hal itu, jantung Aurora berdebar lebih cepat. Tangannya gemetar, ingin rasanya ia berada dalam pelukan Archen yang hangat, namun ia urungkan niatnya. Ia masih terlalu takut, takut akan reaksi Archen, takut akan perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya."Apa yang kamu pikirkan sampai pipimu memer
Last Updated : 2025-01-03 Read more