Semua Bab Diceraikan Setelah Keguguran : Bab 21 - Bab 30

64 Bab

Mendapatkan Buku Nikah

Tidak butuh waktu lama, pintu ruang tunggu terbuka dan wanita resepsionis memanggil mereka. "Archen dan Aurora?" tanyanya.Archen berdiri dan menarik tangan Aurora. "Ya, kami," jawabnya."Silakan ikut saya," kata wanita itu, lalu menuntun mereka menuju sebuah ruangan kecil. Suasana di ruangan kecil itu terasa hening dan serius, membuat Aurora semakin gugup.Di dalam ruangan itu, sudah ada seorang petugas yang mengenakan seragam resmi."Selamat datang," kata petugas itu, tersenyum ramah. "Silakan duduk!"Archen dan Aurora duduk berhadapan dengan petugas tersebut. Petugas itu mulai membacakan syarat dan ketentuan pernikahan."Apakah Anda berdua sudah memahami syarat dan ketentuan ini?" tanya petugas itu."Ya, kami sudah memahaminya," jawab Archen dan Aurora serentak.Petugas itu mengangguk. "Baiklah, sekarang silakan kita mulai!" "Baik!" jawab Aurora dan Archen serentak.Archen terlihat begitu serius saat mengucapkan janji pernikahan. Entah kenapa hati Aurora berdebar hebat saat mende
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Godaan Archen

Aurora tersentak, matanya terbelalak saat melihat Archen duduk di sisinya. Tatapan lembut Archen membuatnya langsung mencengkeram selimut, menariknya hingga menutupi tubuhnya. "Di mana kita? Apakah kita..." suaranya terengah-engah, "Apakah kita sudah..."Kata-kata Aurora terhenti, ketakutan dan kebingungan terpancar di wajahnya.Archen menyeringai, tatapannya tajam menusuk Aurora. "Kita di villa ku, di puncak Bogor. Dan kamu, ternyata kamu sangat luar biasa tadi," bisiknya, suara Archen bercampur dengan nada menggoda.Wajah Aurora berkerut, matanya berkilat amarah. "Astaga! Kami sudah melakukan semuanya, tapi aku tak merasakan apa-apa! Tidak adil! Seharusnya aku bisa merasakan sensasi tubuhnya yang kekar. Aku sudah lima tahun tidak merasakannya!" gumam Aurora dengan kesal."Hahaha..." tawa Archen bergema di ruangan, membuat Aurora mengerutkan kening. "Ada apa, kenapa kau tertawa?" tanyanya, bingung.Archen mencubit hidung Aurora dengan lembut, "Aduh, sakit!" rintih Aurora sambi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Panggil Aku Ayah!

Aurora mencium pipi Ethan berkali-kali saking gemasnya. Setelah itu, ia menatap lembut putra satu-satunya itu. "Sayang! Kenapa kamu ada disini? Kapan kamu datang? Jangan-jangan kamu datang tadi siang, apa mungkin kamu bolos dari sekolah?" tanya Aurora. melihat Ethan membuat Aurora melupakan sejenak ketegangan yang sedang melanda hatinya. Raut wajahnya menunjukkan kasih sayang tulus pada putranya."Enggak, Ma! Aku udah sekolah sampai selesai," jawab Ethan sambil menggeleng cepat, matanya berbinar ceria. "Pas pulang sekolah, teman Om Archen jemput aku sama Tante Silvia. Terus, pas Mama tidur, Om Archen ajak aku main game. Seru banget, Ma!" lanjut Ethan dengan suara gembira.Aurora mengerutkan kening. Ia tahu betul watak anaknya yang sangat sulit didekati oleh orang baru. Tapi, kenapa sama Archen, dia malah kegirangan? Ia seperti sedang melihat anaknya versi yang lain."Ethan, bagaimana kalau kamu panggil aku Papa Archen? " tanya Archen sambil tersenyum, tatapannya penuh harapan.Etha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Perasaan Yang Campur Aduk

Malam itu, Aurora tertidur dengan perasaan campur aduk. Lelah dan bingung, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan, ia tak peduli di mana Archen berada saat ini. Saat ini, pikiran Aurora dipenuhi oleh kebingungan dan rasa tak percaya kalau dia sudah menikah dengan supir dari lelaki yang di jodohkan dengannya. Keesokan paginya, saat mentari mengintip dari balik jendela, Aurora bersiap untuk pergi bekerja. Tiba-tiba, ponselnya berdering dengan nomor yang tidak dikenal. Jantungnya berdebar kencang, ia menoleh ke Archen yang baru saja selesai sarapan, matanya masih tertuju pada Ethan yang asyik menikmati hidangan pagi."Siapa?" tanya Archen, suaranya sedikit tertahan.Aurora menggelengkan kepalanya, raut wajahnya sedikit heran. "Nomor yang tidak dikenal. Mungkin teman kantor. Aku akan angkat dulu."Archen mengangguk, kemudian kembali mengamati Ethan yang masih asyik dengan sarapannya. Ethan, seperti biasa, tak menghiraukan siapapun saat ia sedang makan. Aurora menggeser icon hijau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Terharu

Aurora menatap Archen dengan tatapan yang sulit diartikan. "Archen, apa kamu benar-benar bisa mengantar Ethan?""Tentu saja, aku bisa. Lagipula, aku ingin lebih dekat lagi dengan Ethan!" jawab Archen."Tapi..." Aurora masih ragu.Archen menyeruput kopinya, "Tidak apa-apa, Aurora. Kamu tidak perlu sungkan begitu. Kita sudah menjadi keluarga dan Ethan adalah anakku sekarang. Jadi, sudah tugasku untuk mengantarnya sekolah."Aurora menggelengkan kepalanya, "Anak kita?"Archen tersenyum lembut, "Ya, anak kita. Ethan adalah anak kita."Aurora terdiam, menatap Archen dengan tatapan yang sulit dibaca. Hati Aurora bercampur aduk. Di satu sisi, ia menikmati kedekatan Archen dengan Ethan. Di sisi lain, ia masih bingung dengan perasaannya terhadap Archen."Baiklah," kata Aurora akhirnya. "Tapi kamu harus hati-hati di jalan!"Archen mengangguk dan mencium kening Aurora dengan lembut. "Tenang saja, sayang. Aku akan hati-hati."Ethan melompat kegirangan, "Terima kasih, Ayah! Aku senang sekali bisa d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Harus segera Diselesaikan

Archen menghela nafas berat, ia pikir kalau ibunya akan lupa dengan perjodohannya itu. "Maaf, Ma. Aku mengubah ponselku ke mode silent karena aku sedang sibuk dan ... "Ibu Archen menatap Archen dengan tatapan tajam. "Sibuk dengan apa? Dengan pekerjaanmu? Atau dengan wanita lain?"Archen terdiam, ia belum bisa memberitahu ibunya tentang ia dan Aurora yang sudah menikah. Tapi, ia siap untuk menghadapi segala kemungkinan untuk keputusan yang dia ambil."Mama, aku...""Sudahlah, Archen. Mama tidak ingin bicara lagi soal ini. Kau harus segera menemui Jasmine sebelum acara makan malam Minggu depan."Archen mengangguk, ia berfikir kalau ia memang harus bertemu dengan Jasmine. Ia akan jujur padanya dan meminta untuk membatalkan perjodohannya. "Baiklah, Ma. Aku akan menemui Jasmine setelah urusanku selesai!""Bagus. Jangan sampai kau mengecewakan Mama. Mama sudah berjanji pada Armand, sahabat karib Papa, bahwa kau akan menikahi Jasmine. Ingat, ini adalah perjanjian antar keluarga. Jangan sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Suasana Yang Menegangkan

Aurora tersenyum setelah Clara selesai mempresentasikan karyanya. Karena ternyata, yang Clara ambil adalah desain yang setengah jadi. Clara tidak tahu kalau gaya desain Jasmine tidak bisa ditiru dan semua orang tahu akan hal itu. "Aku pikir dia cerdas, tapi ia begitu bodoh. Bisa-bisanya ia menjiplak desain yang tidak lengkap." gumam Aurora, matanya berkilat tajam, seolah-olah membaca pikiran Clara.Setelah bergumam, Aurora mengirim pesan kepada Silvia."Desain mu sangat sempurna!" kata Mona. Meskipun ia juga ingin menang, tapi ia tidak ingin menyinggung Clara.Suara tepuk tangan mengiringi Clara yang duduk kembali di kursinya. Ruangan bergema dengan suara riuh, seolah menyaksikan kemenangan Clara. Tentu saja Clara sangat bangga dan yakin kalau desainnya akan terpilih. "Aurora, kamu tidak akan bisa mengalahkan aku. Semua orang, sudah berpihak padaku. Sekarang, kamu pasti sangat bingung dengan desain mu yang hilang." gumam Clara sembari melirik Aurora dengan senyum kemenangan yang teru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Ketakutan Clara

Aurora mengangguk, senyumnya mengembang seperti bunga yang baru mekar, tapi tatapan matanya dingin, seperti es yang membeku. Ia menatap semua orang, seolah ingin menerawang isi hati mereka, dan dalam tatapan itu, tersembunyi keinginan untuk menghancurkan Clara."Seharusnya kalian tanya kepada Clara! Apakah desain tadi benar-benar miliknya? Atau dia mencuri ide orang lain?" ujar Aurora, suaranya dingin dan menusuk.Roni dan yang lain langsung menoleh kearah Clara. Seketika Clara menjadi gugup dan khawatir. "Clara, apa yang dimaksud oleh Aurora?"tanya Roni, suaranya sedikit meninggi. "Apakah karya yang kamu presentasikan tadi benar-benar buatanmu?"Clara merasa tertekan dengan pertanyaan Roni yang mengintimidasinya. Tangannya menjadi gemetar."Aku juga tidak mengerti apa yang Aurora maksud. Yang jelas, karyaku adalah asli buatanku sendiri" jawab Clara dengan salah tingkah."Apa kamu yakin?" Aurora kembali menyerang Clara. Ia bisa melihat ketakutan Dati bahasa tubuh Clara. Clara langsun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Di serang ramai-ramai

Jonny, tanpa bergeming, menatap tajam ke arah Aurora. Aura dingin dan menakutkan terpancar dari tubuhnya, membuat udara di ruangan seakan membeku. "Aurora," katanya dengan suara rendah, "Aku mengerti kau memiliki dendam terhadap Clara, tapi mencemarkan nama baik orang itu hukumannya berat."Aurora berusaha untuk tetap tenang. Ia tahu kalau lelaki jahat ini pasti akan menyudutkannya. Jonny yang niatnya cuma ingin mensuport Clara, malah menyaksikan hal yang tidak baik. Mantan istri yang dia benci sedang menyerang istrinya. Ia pun tidak bisa tinggal diam saja. Aurora tertawa dingin, suaranya seperti tawa setan. "Aku hanya membongkar kedok istri anda Pak Jonny. Selama di Maverick, dia selalu meniru disain Jasmine.""Aurora, kamu sudah keterlaluan!" Mona Mulai kehilangan rasa sabarnya. Sementara itu, Roni masih diam dan memilih mengamati sembari menunggu perintah dari Archen."Sebaiknya kamu keluar dari ruangan ini!" kata Mona lagi sembari mendorong Aurora hingga tubuhnya terbentur mej
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Dua Orang Munafik

Jonny menatap Clara dengan tatapan dingin. Matanya bagai dua butir es yang membeku, tak bergeming menatapnya. Clara merasakan hawa dingin menyergap tubuhnya, keringat dingin mulai merembes di dahinya. Dia khawatir akan membuat Jonny marah di depan semua orang."Jonny... aku...," Clara berusaha merangkai kata-kata, namun lidahnya terasa kelu. Kebohongan dan kesalahannya menghantamnya seperti ombak besar, seakan-akan berteriak di telinganya. "Apa yang harus kukatakan agar Jonny tidak marah?" gumamnya, tangannya mengepal erat, ketakutan merayap di sekujur tubuhnya.Jonny menarik napas panjang, matanya langsung menoleh kearah Roni dan berkata, "Istriku bukan tipe orang yang akan melakukan hal buruk tanpa alasan. Pasti ada sesuatu yang membuatnya melakukan itu. " Suara Jonny bergetar, "Aku yakin dia diprovokasi." tatapannya tajam, menusuk Roni seperti panah beracun, penuh amarah.Clara tercengang. Sejenak, hatinya dipenuhi rasa lega. Ia mengira Jonny akan menyerah dan menyalahkannya, tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status