Ponsel Willy bergetar pelan di tangannya, menandakan panggilan sudah tersambung. Di ujung sana, suara ramah Wastin terdengar, “Halo, Willy. Ada apa? Tumben sekali kamu menelepon.” Willy tersenyum kecil meskipun tak terlihat. “Selamat sore, Pak Wastin. Saya baik-baik saja. Bagaimana kabar Anda?” “Kabar saya baik, Willy. Ada yang bisa saya bantu?” Suara Wastin terdengar akrab, seperti biasa. “Begini, Pak. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan. Ini menyangkut Nona Delia, tapi tolong, jangan dulu mengabarkan apa pun pada Pak Haldi,” ujar Willy dengan nada serius. Wastin terdengar terkejut. “Menyangkut Delia? Ada masalah apa, Willy?” Willy mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. “Saya tidak bisa menjelaskannya lewat telepon. Tapi ini penting, Pak. Saya sudah di rumah seseorang di Jalan Boga 12. Kalau Bapak punya waktu, bisakah datang ke sini? Kita bisa membicarakannya langsung.” Wastin terdiam sejenak. “Baiklah, saya akan segera ke sana. Tunggu saya.” ---Setenga
Last Updated : 2025-01-09 Read more