Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 81 - Chapter 90

122 Chapters

Bab 56A. Bohong

Sudah dua hari, Ferry mengurung diri di dalam kamar. Sekarang ia bingung, harus bertindak seperti apa. Handphone-pun ia matikan. Dirinya benar-benar tidak ingin bertemu dengan orang lain. Hanya sesekali berbicara dengan ibu kandungnya, Gauri. Ternyata istri sirri pertamanya adalah wanita yang dulu tidak disukai ibunya. Ferry tidak tahu lagi harus berbuat seperti apa? Apakah dia harus menjauhi Mutiara? Sedangkan dirinya masih membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan pengobatan Gauri. Sedangkan Hesti, wanita itu sekarang tidak bisa diandalkan. Dia sudah jatuh miskin. Tidak memiliki banyak uang lagi. "Apa aku harus mencari target lain? Siapa?" Ferry mengacak rambutnya. Pikiran Ferry sudah buntu. Tidak tahu harus mengambil keputusan apa. Tok, tok, tok."Ferry ... Buka pintunya, Nak ...." Suara lemah lembut itu adalah suara wanita yang telah melahirkan Ferry ke muka bumi ini, Gauri. "Sebentar, Bu."Ferry beranjak ke pintu kamar, membukanya. "Ada apa, Bu?""Kamu enggak kuliah, Nak?" ta
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 56B. Bohong

Wanita bertubuh ringkih itu menjerit, menangis histeris. Mutiara menghentakan tangan suster. Ia menarik paksa suster ke salam satu kamar tamu, mengunci dari luar. Gauri terkejut, ia menekan tombol kursi roda agar kembali keluar. Namun, usahanya sia-sia. Belum sempat sampai pintu depan, kursi roda yang diduduki Gauri berhasil ditahan. Mutiara bergegas mengunci pintu depan. Lalu, menarik tubuh Gauri dari kursi roda hingga jatuh terjerembab. "Wanita p3nyakitan. Lebih baik kamu m4ti ...." teriak Mutiara pada Gausa yang terlihat lemah. Sekuat tenaga, Gauri menjauhi Mutiara. Tidak ingin m4ti di tangan wanita itu. Mutiara benar-benar tidak berubah. Sifatnya masih saja j4hat. "Mau kemana kamu, Gauri? Mau kemana, heh?" Lagi, Mutiara berteriak. "Dengerin aku dulu. Sebelum kamu m4ti, kamu harus tau fakta yang menarik dan membuatmu mungkin akan langsung meregang nyawa," ucap Mutiara memegang kedua kaki Gauri yang tinggal tulang belulang. Gauri menangis histeris, berusaha terus meronta dari c
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 57A. Mau Ini

Ferry merasa aneh, saat tiba di depan rumah. Pintu rumahnya terbuka lebar dan kursi roda milik ibunya tidak berpenghuni. Ruangan berantakan. Ferry berfirasat ada sesuatu yang buruk terjadi di rumahnya. Kedua plastik besar di letakkan di atas meja tamu. Ia bergegas masuk ke ruangan demi ruangan sambil memanggil ibunya. "Bu ... Ibu ... Ibu di mana, Bu ...?" Ferry membuka pintu kamar Gauri, kosong. Samar-samar, Ferry mendengar suara gedoran pintu kamar. Setengah berlari Ferry menghampiri kamar tamu. Dengan gerakan cepat, Ferry memutar kunci kamar. "Sus, kemana Ibu?"Suster TIna menangis tersedu-sedu. "Ta-tadi ada orang yang datang ke sini, nyik-ny1ksa Ibu, Mas ...." Ferry terkejut, menelan saliva. Siapa yang datang ke rumahnya? Seingat Ferry, selama ini dia tidak pernah punya musuh. "Siapa orangnya, Sus? Apa Ibu menyebut nama orang itu?" Kedua tangan Ferry memegang kedua bahu Suster Tina. "Enggak tau, Mas ... I-Ibu hanya menyebutnya j4-j4lang ...." Suara Suster Tina masih bergeta
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 57B. Mau Ini

Bianca berjalan seorang diri, melewati lorong rumah sakit yang cukup panjang. Sesekali Bianca menoleh ke belakang. Terlihat Yuda dan Gita kembali berbincang. Mereka tampak bicara serius. Bianca sebenarnya tidak ingin pulang, dia masih ingin menemani Evan di rumah sakit. Tetapi, Bianca juga tidak enak hati kalau bersikukuh ingin menemani Evan.Supir pribadi Daniel sudah menunggu di area parkir ketika Bianca menghubunginya akan pulang ke rumah dulu. Melihat Bianca berjalan ke arahnya. Supir pribadi membuka pintu mobil penumpang, dengan nyaman Bianca duduk di dalamnya. Kendaraan yang ditumpangi melaju meninggalkan halaman rumah sakit. Di tengah perjalanan, Bianca menelepon Namira."Hallo?" sapa Namira di ujung telepon. Bianca menghela napas panjang, menoleh ke luar jendela mobil. "Na, aku lagi di jalan. Mau pulang," kata Bianca menyandarkan kepala. "Oh kirain aku, kamu mau di sana. Baru aja aku mau suruh Bi Rusmi nganterin pakaian ganti buatmu."Bianca berdecih, memijat kening."Kena
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 58A. Dilepas

"Ayok, keluar! Keluar!" teriak Mutiara, menarik tangan ringkih Gauri. Wanita yang telah melahirkan Ferry itu tubuhnya sangat lemas. Air matanya tak berhenti mengalir. Ia sudah tidak peduli lagi akan perlakuan Mutiara. Pengakuan Mutiara yang telah menikah dengan Ferry, membuat Gauri terkejut setengah mati. Anak yang selama ini dia banggakan ternyata begitu h1na. Menjadi g1g0lo, simp4nan tante-tante. "Bangun, Gauri! Kamu ini ... lemah sekali! Cuih!" Tanpa hati, Mutiara melvdahi wajah Gauri. Wanita itu tetap diam, tidak menyeka lelehan air l1ur Mutiara. Pandangannya kosong. Sudah begini, Gauri lebih baik m4ti saja. Dia malu, sangat malu memiliki anak yang ternyata menjadi simpan4n wanita yang dib3ncinya. "Astaga, kamu ini tuli, heuh!" Mutiara men0y0r kepala Gauri hingga tubuh wanita yang duduk di atas tanah terjerembab. Dengan k4sar, Mutiara meny3ret tubuh Gauri ke dalam gudang. Gudang yang sudah Mutiara persiapkan untuk meny1ksa wanita yang dulu pernah dicintai Daniel. Bugh!Tubuh Ga
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 58B. Dilepas

Bianca sudah sampai rumah. Dia langsung mencari keberadaan ibu sambungnya. Namun, ketika Bianca mengetuk pintu kamar Daniel dan Namira, tidak ada jawaban."Apa mungkin mereka udah tidur? Udahlah, besok aja."Bianca melanjutkan langkah menuju kamarnya. Saat melewati ruang keluarga, Bianca bertemu dengan Bi Rusmi. "Non Bian udah pulang?" sapa Bi Rusmi saat berpapasan "Udah, Bi.""Ya udah atuh, langsung makan malam aja. Tadi kata Non Namira, Non Bian pulang ke rumah karena lapar. Udah Bibi masakin masakan kesukaan Non Bian," seloroh Bi Rusmi pada anak majikannya. Kening Bianca mengkerut. "Kapan mamih bilang gitu? Ada setengah jam lalu?" tanya Bianca heran. "Iya, ada.""Sekarang mamih sama papah kemana?" tanya Bianca, pandangannya mengitari sekeliling. "Wah kalau itu, Bibi gak tau, Non. Mungkin udah di kamarnya."Jawaban Bi Rusmi membuat Bianca mengerti. Dipikirnya, mungkin di dalam kamar papa dan ibu sambungnya sedang bermesraan atau mungkin sedang usaha membuat adik untuknya. "Oh
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 59A. Suapin

"Aku enggak bisa jawab sekarang. Aku ingin ketemu ibuku dulu," pinta Ferry lewat sambungan telepon. Mutiara menghela napas berat, menatap penuh k3bencian pada Gauri yang tergolek tak b3rdaya di atas lantai. "Oke. Alamat gudangnya aku kirim lewat pesan singkat."KlikSambungan telepon terputus. Mutiara mengirimkan alamat gudang p3nyekapan Gauri sekaligus menyalakan share lock. Setelah itu, Mutiara berjalan ke arah lemari kecil yang terdapat di pojok gudang. Ia menyimpan tali, lakban hitam dan juga tali ikat pinggang. Rencananya, tali ikat pinggang itu digunakan Mutiara untuk m3nyiksa Gauri. Akan tetapi, sekarang dia simpan dulu, menunggu Gauri sadarkan diri lagi. Kedua tangan kedua kaki Gauri telah diikat tambang. Mulutnya pun telah dilakban hitam. Mutiara menyeringai, menatap wajah wanita yang sejak dulu menjadi ancaman baginya. Gauri banyak tahu tentang k3jahatan yang dilakukan Mutiara.Setelah mendapat pesan dari Mutiara, Ferry langsung bergegas ke alamat tujuan. Dirinya benar-be
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 59B. Suapin

Pukul enam pagi, Bianca sudah berada di rumah sakit. Gita yang semalaman menunggu anaknya terkejut melihat di pagi buta Bianca sudah datang. "Assalamualaikum, Tante," ucap Bianca, menc1um punggung tangan Gita. "Waalaikumsalam. Kamu pagi sekali udah ke sini, Bian?" tanya Gita heran. Bianca meringis, tersenyum manis. "Iya, Tante. Aku kepikiran Evan terus."Evan yang mendengar ucapan Bianca tersenyum bahagia. Dia yakin kalau Bianca sekarang sudah memiliki perasaan yang sama dengannya. Sangat yakin seribu persen. "Oh begitu. Alhamdulillah kondisinya sudah lebih baik.""Tante semalaman di sini? sendirian?""Enggak. Semalam suami Tante nginap juga. Dia baru pulang setelah salat Subuh.""Oh gitu. Oh ya, ini aku bawain bubur ayam buatanku. Bubur spesial buat Tante dan Evan," kata Bianca mengangkat tempat makanan di depan Gita. Bianca memang sengaja bangun jam 4 dini hari, ia ingin memasak bubur ayam untuk Evan dan kedua orang tuanya. "Masya Allah, kamu baik sekali, Nak. Tante gak nyangk
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 60A. Aku Janji

Gerakan tangan Namira terhenti. Ia menatap suaminya sendu. Hatinya tak suka mendengar Daniel berbicara demikian. Namira menggenggam telapak tangan Daniel, lalu berbicara, "Mas Ayang, apa menurutmu aku akan seperti itu? Apa menurutmu aku perempuan yang punya sifat seperti itu? Apa menurutmu aku mencintaimu karena kamu sehat jasmani dan rohanimu saja? Ketika kamu sakit, ketika kamu pikun, aku meninggalkanmu?"Baru kali ini, Daniel mendengar Namira berbicara sangat serius. Setetes air mata membasahi wajah Namira. Dengan perlahan, Daniel menyeka air mata itu. "Hatiku mengatakan, kamu enggak akan ninggalin aku. Tapi akalku bicara, wajar saja kalau kamu ninggalin aku. Kamu masih muda, Sayang. Sedangkan aku udah tua." Namira tak sanggup lagi menahan isak tangis. Ia memeluk tubuh suaminya sangat erat. Menangis dalam pelukan. "Sayang, kalau aku m4ti duluan, kamu nikah lagi." dengan cepat, Namira menggelengkan kepala berulang kali. Melepaskan pelukan, memandang wajah tampan sang suami."Eng
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 60B. Aku Janji

Di rumah sakit yang sama, tapi di ruangan yang berbeda, Ferry sedang menemani ibunya. Semalam keluar dari gudang, Ferry langsung membawa ibunya ke rumah sakit. Ia tak ingin wanita yang telah melahirkannya itu terjadi hal buruk. Ferry berharap, Tuhan memberikan umur yang panjang untuk Gauri. Ferry ingin, jika ia menikah dengan gadis pujaan hatinya, Gauri bisa menghadiri. Kedua mata Gauri mengerjap. Kepalanya masih terasa pusing, begitu pula badan. Terasa sangat remuk. "Bu, Ibu udah sadar?" tanya Ferry, menggenggam telapak tangan Gauri. Pandangan Gauri begitu sendu. Memandang wajah anaknya penuh kasih sayang. Ia masih ingat kejadian semalam. Tidak hanya kejadian semalam, kejadian saat Mutiara datang ke rumahnya pun dia masih ingat. Gauri sempat marah dan kecewa pada anak satu-satunya. Namun, disaat Ferry mengatakan, jika Ferry tahu kalau Mutiara wanita yang tidak disukai Gauri, ia tidak mungkin mau menikahinya. Terlebih, semalam Ferry sudah menjatuhkan talak tiga pada wanita berhati
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status