Share

Bab 58A. Dilepas

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 07:16:38

"Ayok, keluar! Keluar!" teriak Mutiara, menarik tangan ringkih Gauri. Wanita yang telah melahirkan Ferry itu tubuhnya sangat lemas. Air matanya tak berhenti mengalir. Ia sudah tidak peduli lagi akan perlakuan Mutiara. Pengakuan Mutiara yang telah menikah dengan Ferry, membuat Gauri terkejut setengah mati. Anak yang selama ini dia banggakan ternyata begitu h1na. Menjadi g1g0lo, simp4nan tante-tante.

"Bangun, Gauri! Kamu ini ... lemah sekali! Cuih!" Tanpa hati, Mutiara melvdahi wajah Gauri. Wanita itu tetap diam, tidak menyeka lelehan air l1ur Mutiara. Pandangannya kosong. Sudah begini, Gauri lebih baik m4ti saja. Dia malu, sangat malu memiliki anak yang ternyata menjadi simpan4n wanita yang dib3ncinya.

"Astaga, kamu ini tuli, heuh!" Mutiara men0y0r kepala Gauri hingga tubuh wanita yang duduk di atas tanah terjerembab. Dengan k4sar, Mutiara meny3ret tubuh Gauri ke dalam gudang. Gudang yang sudah Mutiara persiapkan untuk meny1ksa wanita yang dulu pernah dicintai Daniel.

Bugh!

Tubuh Ga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 58B. Dilepas

    Bianca sudah sampai rumah. Dia langsung mencari keberadaan ibu sambungnya. Namun, ketika Bianca mengetuk pintu kamar Daniel dan Namira, tidak ada jawaban."Apa mungkin mereka udah tidur? Udahlah, besok aja."Bianca melanjutkan langkah menuju kamarnya. Saat melewati ruang keluarga, Bianca bertemu dengan Bi Rusmi. "Non Bian udah pulang?" sapa Bi Rusmi saat berpapasan "Udah, Bi.""Ya udah atuh, langsung makan malam aja. Tadi kata Non Namira, Non Bian pulang ke rumah karena lapar. Udah Bibi masakin masakan kesukaan Non Bian," seloroh Bi Rusmi pada anak majikannya. Kening Bianca mengkerut. "Kapan mamih bilang gitu? Ada setengah jam lalu?" tanya Bianca heran. "Iya, ada.""Sekarang mamih sama papah kemana?" tanya Bianca, pandangannya mengitari sekeliling. "Wah kalau itu, Bibi gak tau, Non. Mungkin udah di kamarnya."Jawaban Bi Rusmi membuat Bianca mengerti. Dipikirnya, mungkin di dalam kamar papa dan ibu sambungnya sedang bermesraan atau mungkin sedang usaha membuat adik untuknya. "Oh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 59A. Suapin

    "Aku enggak bisa jawab sekarang. Aku ingin ketemu ibuku dulu," pinta Ferry lewat sambungan telepon. Mutiara menghela napas berat, menatap penuh k3bencian pada Gauri yang tergolek tak b3rdaya di atas lantai. "Oke. Alamat gudangnya aku kirim lewat pesan singkat."KlikSambungan telepon terputus. Mutiara mengirimkan alamat gudang p3nyekapan Gauri sekaligus menyalakan share lock. Setelah itu, Mutiara berjalan ke arah lemari kecil yang terdapat di pojok gudang. Ia menyimpan tali, lakban hitam dan juga tali ikat pinggang. Rencananya, tali ikat pinggang itu digunakan Mutiara untuk m3nyiksa Gauri. Akan tetapi, sekarang dia simpan dulu, menunggu Gauri sadarkan diri lagi. Kedua tangan kedua kaki Gauri telah diikat tambang. Mulutnya pun telah dilakban hitam. Mutiara menyeringai, menatap wajah wanita yang sejak dulu menjadi ancaman baginya. Gauri banyak tahu tentang k3jahatan yang dilakukan Mutiara.Setelah mendapat pesan dari Mutiara, Ferry langsung bergegas ke alamat tujuan. Dirinya benar-be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 59B. Suapin

    Pukul enam pagi, Bianca sudah berada di rumah sakit. Gita yang semalaman menunggu anaknya terkejut melihat di pagi buta Bianca sudah datang. "Assalamualaikum, Tante," ucap Bianca, menc1um punggung tangan Gita. "Waalaikumsalam. Kamu pagi sekali udah ke sini, Bian?" tanya Gita heran. Bianca meringis, tersenyum manis. "Iya, Tante. Aku kepikiran Evan terus."Evan yang mendengar ucapan Bianca tersenyum bahagia. Dia yakin kalau Bianca sekarang sudah memiliki perasaan yang sama dengannya. Sangat yakin seribu persen. "Oh begitu. Alhamdulillah kondisinya sudah lebih baik.""Tante semalaman di sini? sendirian?""Enggak. Semalam suami Tante nginap juga. Dia baru pulang setelah salat Subuh.""Oh gitu. Oh ya, ini aku bawain bubur ayam buatanku. Bubur spesial buat Tante dan Evan," kata Bianca mengangkat tempat makanan di depan Gita. Bianca memang sengaja bangun jam 4 dini hari, ia ingin memasak bubur ayam untuk Evan dan kedua orang tuanya. "Masya Allah, kamu baik sekali, Nak. Tante gak nyangk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 60A. Aku Janji

    Gerakan tangan Namira terhenti. Ia menatap suaminya sendu. Hatinya tak suka mendengar Daniel berbicara demikian. Namira menggenggam telapak tangan Daniel, lalu berbicara, "Mas Ayang, apa menurutmu aku akan seperti itu? Apa menurutmu aku perempuan yang punya sifat seperti itu? Apa menurutmu aku mencintaimu karena kamu sehat jasmani dan rohanimu saja? Ketika kamu sakit, ketika kamu pikun, aku meninggalkanmu?"Baru kali ini, Daniel mendengar Namira berbicara sangat serius. Setetes air mata membasahi wajah Namira. Dengan perlahan, Daniel menyeka air mata itu. "Hatiku mengatakan, kamu enggak akan ninggalin aku. Tapi akalku bicara, wajar saja kalau kamu ninggalin aku. Kamu masih muda, Sayang. Sedangkan aku udah tua." Namira tak sanggup lagi menahan isak tangis. Ia memeluk tubuh suaminya sangat erat. Menangis dalam pelukan. "Sayang, kalau aku m4ti duluan, kamu nikah lagi." dengan cepat, Namira menggelengkan kepala berulang kali. Melepaskan pelukan, memandang wajah tampan sang suami."Eng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 60B. Aku Janji

    Di rumah sakit yang sama, tapi di ruangan yang berbeda, Ferry sedang menemani ibunya. Semalam keluar dari gudang, Ferry langsung membawa ibunya ke rumah sakit. Ia tak ingin wanita yang telah melahirkannya itu terjadi hal buruk. Ferry berharap, Tuhan memberikan umur yang panjang untuk Gauri. Ferry ingin, jika ia menikah dengan gadis pujaan hatinya, Gauri bisa menghadiri. Kedua mata Gauri mengerjap. Kepalanya masih terasa pusing, begitu pula badan. Terasa sangat remuk. "Bu, Ibu udah sadar?" tanya Ferry, menggenggam telapak tangan Gauri. Pandangan Gauri begitu sendu. Memandang wajah anaknya penuh kasih sayang. Ia masih ingat kejadian semalam. Tidak hanya kejadian semalam, kejadian saat Mutiara datang ke rumahnya pun dia masih ingat. Gauri sempat marah dan kecewa pada anak satu-satunya. Namun, disaat Ferry mengatakan, jika Ferry tahu kalau Mutiara wanita yang tidak disukai Gauri, ia tidak mungkin mau menikahinya. Terlebih, semalam Ferry sudah menjatuhkan talak tiga pada wanita berhati

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 61. Sulit Dimengerti

    Namira justru mem3luk tubuh suaminya. Daniel melirik arloji, dia sudah terlambat. Yuda dan Zovan sudah menunggu di kantor."Sayang, aku harus berangkat sekarang cuma sebentar. Nanti kira ketemu lagi. Kangennya ditahan dulu. Ingat, ya ... Kamu jangan keluar rumah sendirian. Kalau mau keluar, minta ditemani Bi Rusmi. Aku sayang kamu." Lagi, Daniel meng3cup kening Namira cukup lama. Namira bergeming, tidak menimpali ucapan Daniel. Tampaknya Daniel memang sedang tergesa-gesa. Setelah mendapat panggilan dari Yuda, lelaki itu segera berganti pakaian dan berangkat ke kantor. Namira menghela napas panjang setelah tubuh suaminya keluar dari dalam kamar. Ia duduk di kursi meja rias, pandangannya lurus ke depan. Mengitari sekeliling kamar, sepi. Akhirnya Namira meraih handphone, hendak menghubungi Bianca, sahabat sekaligus anak sambungnya. "Hallo, Bian?" sapa Namira ketika sambungan berlangsung. "Hallo, Mih? Ada apa?" tanya Bianca balik.Bibir Namira cemberut."Aku sendirian di rumah. Sepi ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 62A. Kenapa?

    Namira beranjak ke lemari pribadi Daniel. Ia teringat akan album foto lama suaminya sewaktu masih muda. Daripada kesepian, tidak tahu mau ngapain, lebih baik Namira membuka album masa muda Daniel.Setelah menemukan album foto itu, Namira membuka lembaran berikutnya. Bibir Namira menyunggingkan senyum, melihat foto-foto Daniel bersama temannya. "Ini foto Om Yuda? Ih, kok dulunya Om Yuda culvn banget sih? Eh!" Namira keceplosan, menutup mulut dengan sebelah tangannya.Lembaran berikutnya, kening Namira mengernyit. Terlihat seorang gadis yang wajahnya agak mirip Daniel tengah tersenyum manis."Ini siapa? Kok senyumnya mirip Mas Ayang?" gumam Namira menatap lekat gadis berambut sebahu, bergelayut manja pada lengan suaminya. Namira mengambil foto tersebut, menyimpan album di dalam laci kembali, lalu beranjak keluar kamar. Wanita itu sangat penasaran dengan sosok gadis yang foto berdua dengan Daniel. Selama ini, Namira hanya tahu kalau Daniel anak tunggal. Namira berpikir demikian karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 62B. Kenapa?

    "Ada apa, Pah?" tanya Bianca saat tiba di ruangan papanya. Gadis itu tampak kebingungan melihat Yuda dan Zovan ada di ruangan ini. "Duduk dulu di sofa sana!" titah Daniel pada anak kandungnya. Bianca mengangguk, duduk dengan tenang di sofa yang terdapat di sudut ruangan kerja papanya. Daniel menyuruh Zovan dan Yuda keluar dari ruangannya lebih dulu. Dua orang kepercayaan Daniel menganggukkan kepala, memberi ruang pada Daniel dan Bianca berbicara empat mata. Setelah Zovan dan Yuda keluar ruangan, Daniel menghampiri anaknya, duduk di sisi."Pah, semuanya baik-baik aja 'kan?" tanya Bianca cemas. Tubuhnya agak menyamping, lebih menatap Daniel."Baik, alhamdulillah.""Terus, kenapa Papah nyuruh aku ke sini? Ada masalah apa?"Daniel menghela napas, berusaha memikirkan kalimat yang tidak membuat Bianca semakin memb3nci ibunya. "Bianca, dengarkan Papah baik-baik. Kalau Papah belum selesai bicara, jangan menyela dulu. Paham?"Bianca hanya menganggukkan kepala tanpa mengeluarkan kata. Meski

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 80. Jujur

    "Bener. Dia sering minta pendapatku, cari kamu kemana lagi? Om kamu masih sangat yakin kalau anak kandung adiknya dan Om Yuda masih hidup. Om kamu juga berjanji akan mengajakmu tinggal di sini bersama Om kamu, bersama aku, dan bersama Bianca."Lagi, Nida semakin penasaran kenapa dia harus tinggal bersama Daniel bukan bersama Yuda dan mamanya?"Kak, tolong ceritakan sebenarnya. Oke, aku janji. Aku enggak akan pernah pergi dari sini. Aku akan tetap tinggal di sini bersama kalian. Tapi, tolong ... saat ini Mamahku lagi ada di mana? Di mana, Kak? Aku mohon katakan yang sejujurnya. Aku hanya ingin ketemu mamah. Tolong Kak ...." Nida mengiba, menggenggam telapak tanga Namira. Istri Daniel menghela napas berat. Hatinya tak tega melihat raut wajah Nida. "Kak, aku mohon di mana Mamahku sekarang? Di mana, Kak ...."Nida menangis histeris sambil menggenggam telapak tangan Namira. "Nida, sebenarnya ... hm ... sebenarnya mamah kamu udah meninggal dunia, Nida ...."Hancur sudah harapan Nida yang

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 79B. Keceplosan

    "Udah. Tadi di kantor. Sekarang mereka lagi di ruang tamu. Sayang, tadi itu ... Nida nanyain Dania terus. Aku yakin, dia juga pasti akan tanya soal Mamanya ke kamu.""Kalau dia nanya ke aku, aku harus jawab apa? Berbohong kalau ibunya masih hidup?" Namira ingin menguji suaminya. Apakah ia akan menyuruhnya berbohong atau sebaliknya. "Jangan bohong, katakan saja sejujurnya tapi ... aku harap kamu bicaranya baik-baik. Mungkin dia akan sedih, tapi aku yakin ... istriku yang cantik dan baik hati ini akan mampu membuat Nida tenang."Namira senyum tersipu malu. Bibirnya pura-pura dimanyunkan. "Mas Ayang mah ... bikin aku malu terus tau ...." timpal Namira manja, sembari menggamit lengan suaminya. Daniel sangat menyukai prilaku Namira yang malu-malu seperti ini. Sangat menggemaskan. Tiba di ruang tamu, langkah kaki Namira terhenti melihat sosok gadis yang tengah tertawa bersama Yuda. "Mas Ayang ... ka-kamu benar, dia ... dia mirip Dania yang difoto itu ...." bisik Namira di depan telinga

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 79A. Keceplosan

    Sepanjang jalan, Nida terus saja bercerita tentang pengalaman indah dan manis di sekolah meski kenyataannya, lebih banyak penderitaan yang dialami Nida ketimbang bahagia bersama teman-temannya. Hingga saat ini, Nida tidak punya teman dekat atau sahabat satu pun. Semuanya seperti membenci Nida karena kedua orang tuanya tak pernah ada. Tak pernah datang ke sekolah bilamana ada rapat atau penerimaan raport. Daniel memerhatikan obrolan Yuda dan Nida lewat kaca spion depan. Keduanya sangat bahagia. Mereka pada akhirnya telah ditemukan. Entah bagaimana caranya, Nida bisa menemukan alamat perusahaan Daniel. Pasti ada orang yang memberikan alamat perusahaannya supaya Nida bertemu dengan keluarga kandungnya. Dalam hati, Daniel berdoa untuk orang yang telah menyuruh Nida datang ke perusahaan, menemui Daniel. Memasuki halaman rumah megah nan mewah, Nida sempat terpana. Mulutnya tanpa ia sadari menganga lebar. Takjub, akan kebesaran dan kemegahan rumah keluarga Bragastara. "Kita turun, Nak," a

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 78B. Sangat Bangga

    Daniel yang menyaksikan itu menghela napas lega. Menyeka lelehan air matanya yang tak kunjung berhenti. Daniel benar-benar bersyukur karena Allah telah mengantarkan Nida ke tempatnya. Sesuatu hal yang sangat tak terduga. "Hei, sudah ... kalian jangan menangis lagi. Mari, kita duduk." Daniel mengajak Yuda dan Nida berdiri, duduk di sofa yang sebelumnya ditempati Nida. Ayah dan anak itu masih larut dalam kebahagiaan dan rasa haru. Mereka seperti sedang bermimpi. Pertemuan yang sama sekali tidak Yuda bayangkan. Yuda bahkan sempat berpikir kalau dia tidak mungkin bisa bertemu dengan anak kandungnya dari Dania. "Hm, Nida ... Om dan Papahmu sekarang ada meeting. Kamu pulang ke rumah Om saja," ucap Daniel pada gadis berusia 17 tahun itu. "Ke rumah Om? Apakah mamahku ada di sana?" tanya Nida antusias. Binar kebahagiaan jelas terlihat di raut wajah. Pertanyaan Nida membuat Daniel dan Yuda tersentak. Mereka lupa mengatakan yang sebenarnya tentang ibu kandung Nida. Yuda menoleh pada Daniel.

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 78A. Sangat Bangga

    Daniel sangat penasaran dengan orang yang menjelek-jelekkan Dania dan Yuda. Menganggap Nida bukan anak yang diinginkan. Daniel sangat yakin kalau orang yang menyebarkan kebohongan itu pasti orang terdekat mereka. Tetapi siapa?Nida tak langsung menjawab. Hatinya sangat sedih karena selama ini ia selalu berpikir buruk tentang kedua orang tuanya. Meski demikian, Nida tetap ingin bertemu dan tidak ada kebencian di hatinya. "Katakan sama Om. Siapa nama orang itu, Nida? Kamu jangan takut. Sekarang kamu udah punya Om. Kalau dia macam-macam sama kamu, Om akan bertindak langsung," ucap Daniel meyakinkan Nida yang tampak ragu menyebutkan nama orang tersebut. "Benarkah? Om akan ... akan melindungiku?""Tentu saja, Nida. Kamu keponakan Om satu-satunya. Sekarang bilang, siapa nama orang itu?""Nama orang itu tan---"Tok, tok, tok!Ucapan Nida menggantung ketika mendengar suara ketukan pintu. Daniel dan Nida menoleh ke pintu ruangan. Daniel melirik arloji di pergelangan, ternyata sebentar lagi m

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 77B. Siapa yang Bilang?

    Nida kembali mendongak, menatap lelaki yang wajahnya sudah basah oleh air mata. "Sekarang kita ke ruangan, Om. Om akan ceritakan semuanya."Beruntung, para karyawan sedang sibuk. Hanya Shella yang menyaksikan pertemuan yang telah didambakan Daniel bertahun-tahun lamanya. Shella yang telah mengetahui masa lalu keluarga Bragastara menangis. Membayangkan kebahagiaan seorang Daniel yang telah bertemu dengan anak kandung adiknya. "Om, mamah di mana? Papah di mana? Mereka masih hidup kan, Om?" Pertanyaan Nida lagi-lagi membuat Daniel meneteskan air mata. Mereka kini duduk di sofa ruangan Daniel. Lelaki itu merangkul pundak Nida. Menangis kembali. Bayangan Dania berkelebat. Daniel seperti melihat Dania yang duduk manis di kursi sambil memerhatikan mereka. "Om ... aku pengen ketemu mamah ... aku pengen ketemu papah ... aku pengen ... pengen kayak teman-temanku punya keluarga yang utuh ... A-aku ingin buktikan pada mereka kalau aku ... a-aku bukan anak haram.""Bukan, Nida ... kamu bukan an

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 77A. Siapa Gadis Itu?

    Seketika, Daniel terkejut mendengar jawaban Shella. Pikirannya langsung tertuju pada anak kandung Dania dan Yuda. Apa mungkin Nida yang ingin menemuinya Nida anak kandung Dania dan Yuda?"Di mana gadis itu?" tanya Daniel."Di luar, Pak."Daniel keluar ruangan lebih dulu dari pada Shella. Tergesa-gesa ingin memastikan siapa gadis yang datang ingin menemuinya. Shella merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada sikap Daniel."Kenapa Pak Daniel seperti mengenal gadis itu? Sebenarnya siapa gadis bernama Nida?" gumam Shella sambil menutup pintu ruangan bos-nya. Nida meremas kedua telapak tangannya. Ia dipersilakan menunggu di kursi depan ruangan Shella. Dirinya sangat gugup membayangkan bertemu dengan kedua orang tuanya. Kedua orang tua yang hampir setiap malam ia rindukan. Nida berharap kalau hari ini akan bertemu dengan mamah papah. Nida ingin sekali setiap hari atau setiap saat memanggil, "Mah, aku pulang." Atau Nida mengadu. "Pah, hari ini si Jhoni jahil banget. Suka gangguin aku.

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 76B. Seorang Gadis

    Pagi di dalam salah satu kamar rumah Bragastara, terdengar percakapan riang. "Sayang, perutmu mulai terlihat membuncit," ucap Daniel ketika melihat Namira tengah berdiri di depan lemari pakaian usai membersihkan diri. Namira merunduk, memerhatikan perutnya. Ia tersenyum bahagia. Daniel menghampiri, mengelus perut Namira. Lalu, menempelkan telinga di depan perut yang mengandung buah hatinya. "Mas Ayang, ngapain?" tanya Namira terkekeh geli melihat tingkah suaminya. Daniel menegakkan tubuh, menangkupkan wajah Namira dengan kedua tangan. "Aku pengen dengar, pergerakan calon anak kita.""Emang kedengeran?""Belum, heheeh ....""Kirain.""Kamu pake baju. Aku harus secepatnya ke kantor, setelah itu mau ke kantor polisi lagi, mau tanya kapan jadwal persidangan kasus Hesti," ujar Daniel mengenakan dasi."Iya, Mas."Usai Namira mengenakan pakaiannya. Menghampiri Daniel yang merapikan berkas-berkas di meja kerja yang ada di dalam kamar. Namira membantu Daniel mengenakan jas hitam. "Mas Ayan

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 76A. Seorang Gadis

    "Gimana, Ferry? Apa mereka mengabulkan permintaanmu?" tanya Hesti antusias, mereka duduk di sofa ruang keluarga. Ferry menatap iba wanita yang telah dinikahinya itu. Lantas, Ferry menggenggam telapak tangan Hesti. "Apapun nanti yang akan kamu alami, kamu harus hadapi. Jangan melarikan diri!"Sontak, Hesti melepaskan genggaman tangan suaminya. Tatapannya nanar pada Ferry. "Apa mereka tetap ingin melanjutkan kasus itu?" Suara Hesti terdengar bergetar. Hatinya berdetak lebih cepat, membayangkan menjalani hari di dalam penj4ra. Hesti pikir, Ferry yang berbicara, mereka akan mengabulkan. Ternyata tetap sama saja. Daniel dan Bianca sangat tega, sangat kejam. "Iya, Sayang. Enggak apa-apa. Pak Daniel bilang, nanti dia akan minta keringanan untuk hukumanmu.""Bohong! Dia pasti bohong! Mana mungkin Daniel mau meminta keringan untuk hukuman yang aku jalani? Mereka kej4m, sangat egois, Ferry!" Tangisan Hesti pecah, ia menangis meraung-raung. Ferry tak tega, ia memeluk tubuh wanita yang usianya

DMCA.com Protection Status