Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 91 - Chapter 100

122 Chapters

Bab 61. Sulit Dimengerti

Namira justru mem3luk tubuh suaminya. Daniel melirik arloji, dia sudah terlambat. Yuda dan Zovan sudah menunggu di kantor."Sayang, aku harus berangkat sekarang cuma sebentar. Nanti kira ketemu lagi. Kangennya ditahan dulu. Ingat, ya ... Kamu jangan keluar rumah sendirian. Kalau mau keluar, minta ditemani Bi Rusmi. Aku sayang kamu." Lagi, Daniel meng3cup kening Namira cukup lama. Namira bergeming, tidak menimpali ucapan Daniel. Tampaknya Daniel memang sedang tergesa-gesa. Setelah mendapat panggilan dari Yuda, lelaki itu segera berganti pakaian dan berangkat ke kantor. Namira menghela napas panjang setelah tubuh suaminya keluar dari dalam kamar. Ia duduk di kursi meja rias, pandangannya lurus ke depan. Mengitari sekeliling kamar, sepi. Akhirnya Namira meraih handphone, hendak menghubungi Bianca, sahabat sekaligus anak sambungnya. "Hallo, Bian?" sapa Namira ketika sambungan berlangsung. "Hallo, Mih? Ada apa?" tanya Bianca balik.Bibir Namira cemberut."Aku sendirian di rumah. Sepi ta
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 62A. Kenapa?

Namira beranjak ke lemari pribadi Daniel. Ia teringat akan album foto lama suaminya sewaktu masih muda. Daripada kesepian, tidak tahu mau ngapain, lebih baik Namira membuka album masa muda Daniel.Setelah menemukan album foto itu, Namira membuka lembaran berikutnya. Bibir Namira menyunggingkan senyum, melihat foto-foto Daniel bersama temannya. "Ini foto Om Yuda? Ih, kok dulunya Om Yuda culvn banget sih? Eh!" Namira keceplosan, menutup mulut dengan sebelah tangannya.Lembaran berikutnya, kening Namira mengernyit. Terlihat seorang gadis yang wajahnya agak mirip Daniel tengah tersenyum manis."Ini siapa? Kok senyumnya mirip Mas Ayang?" gumam Namira menatap lekat gadis berambut sebahu, bergelayut manja pada lengan suaminya. Namira mengambil foto tersebut, menyimpan album di dalam laci kembali, lalu beranjak keluar kamar. Wanita itu sangat penasaran dengan sosok gadis yang foto berdua dengan Daniel. Selama ini, Namira hanya tahu kalau Daniel anak tunggal. Namira berpikir demikian karena
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 62B. Kenapa?

"Ada apa, Pah?" tanya Bianca saat tiba di ruangan papanya. Gadis itu tampak kebingungan melihat Yuda dan Zovan ada di ruangan ini. "Duduk dulu di sofa sana!" titah Daniel pada anak kandungnya. Bianca mengangguk, duduk dengan tenang di sofa yang terdapat di sudut ruangan kerja papanya. Daniel menyuruh Zovan dan Yuda keluar dari ruangannya lebih dulu. Dua orang kepercayaan Daniel menganggukkan kepala, memberi ruang pada Daniel dan Bianca berbicara empat mata. Setelah Zovan dan Yuda keluar ruangan, Daniel menghampiri anaknya, duduk di sisi."Pah, semuanya baik-baik aja 'kan?" tanya Bianca cemas. Tubuhnya agak menyamping, lebih menatap Daniel."Baik, alhamdulillah.""Terus, kenapa Papah nyuruh aku ke sini? Ada masalah apa?"Daniel menghela napas, berusaha memikirkan kalimat yang tidak membuat Bianca semakin memb3nci ibunya. "Bianca, dengarkan Papah baik-baik. Kalau Papah belum selesai bicara, jangan menyela dulu. Paham?"Bianca hanya menganggukkan kepala tanpa mengeluarkan kata. Meski
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 63A. Cantik

Daniel tak dapat menjawab pertanyaan Bianca yang diselingi isak tangis. Dia juga tak mengerti, kenapa tidak ada perasaan seorang ibu pada anaknya dalam jiwa seorang Hesti. Sedari dulu, wanita sangat tidak peduli akan hadirnya Bianca padahal dia yang mengandung, dia yang melahirkan. Setelah melahirkan, Hesti sangat tak peduli, selalu sibuk dengan urusan dan dunianya sendiri. Gaya hidup yang hedon, penampilan yang glamour menjadi kewajiban untuk kesehariannya. "Nak, misalnya kamu melarang Papah membawa kasus kej4hatan mamahmu ke kantor polisi, Papah bisa membatalkan laporannya," ucap Daniel tegas. Dia tidak ingin kasus Hesti mengganggu pikiran Bianca. Bianca melepaskan pelukan, menggelengkan kepala. "Enggak, Pah. Aku gak keberatan. Kadang, seseorang yang udah sering melakukan kej4hatan itu harus diberi hukuman. Bukan untuk membuatnya mend3rita tetapi supaya dijadikan pelajaran agar hidupnya bisa menjadi lebih baik. Jujur, Pah ... kadang, aku ingin mamah peduli padaku sedikiiiittt ..
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 63B. Cantik

"Mas Ayang!" pekik Namira ketika melihat suaminya masuk ke dalam kamar. Wanita itu berjingkat bahagia, memeluk tubuh kekar Daniel. "Kangen ... kangen Mas Ayang ...." ungkap Namira manja. Daniel meng3cup puncak kepala Namira berulang kali, gemas dan membahagiakan. "Aku juga kangen," ucap Daniel setelah melepaskan pelukan istrinya. "Kangen apanya?" Namira mendongak, menatap penuh cinta lelaki yang telah sah menjadi suaminya. "Kangen semua yang ada di dalam dirimu, Sayang ...." Daniel membop0ng tubuh Namira. Wanita itu tertawa bahagia, mengalungkan kedua tangan pada leher Daniel. Dengan sangat hati-hati, Daniel merebahkan tubuh mungil Namira di atas sofa depan televisi. Daniel berjongkok, jarinya menyusuri wajah Namira dengan lembut. "Namira Sayang?" panggil Daniel, mesra."Iya, Mas Ayang?" sahut Namira sambil menggigit bibir bawahnya. "Kamu cantik," puji Daniel tulus, membuat wajah Namira seketika merona, malu dan bahagia. "Masa?" timpal Namira merunduk, mengulum senyum."Kamu m
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 64. Pantun

Namira meminta maaf, berjongkok di bawah kedua kaki suaminya. Kedua tangan meraih telapak tangan Daniel. Tiba-tiba rasa penyesalan muncul dalam hati Namira. Ia menyesal karena telah menuduh Daniel dan Bianca melupakan Dania padahal Namira belum mendengar cerita yang sesungguhnya. Daniel mengulas senyum tipis, memegang kedua bahu istrinya agar kembali duduk di kursi. Sekarang Namira menolak duduk di kursi, memilih duduk di atas pangkvan suaminya. Daniel kembali tersenyum manis, menyelipkan anak rambut Namira ke telinga. "Aku minta maaf, Mas Ayang ... aku ....""Enggak apa-apa, Sayang. Wajar saja kalau kamu berpikir demikian. Aku memang punya satu adik kandung, namanya Dania Bragastara. Tapi, sekarang dia sudah meninggal."Namira tak ingin menanyakan penyebab kemati4an Dania. Tidak ingin suaminya bersedih lagi. "Aku doakan, semoga Dania diberi tempat yang indah oleh Allah SWT. Aamiin," ucap Namira tulus sambil memeluk tubuh suaminya. "Aamiin."Namira melepaskan pelukan, menatap sua
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 65A. Berulang Kali

Sore hari, Evan sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya. Sekarang Evan sudah tiba di rumahnya. Bianca ikut serta mengantar Evan pulang. "Om Yuda belum pulang, Tante?" tanya Bianca ketika ia tidak menemukan Yuda di rumah. Bianca bertanya di ruang keluarga rumah Evan. "Belum, Nak. Tadi sempat telepon Tante, katanya pulang malam."Bianca manggut-manggut mendengar jawaban Gita. "Kalau begitu, aku pamit pulang dulu, udah sore. Takut nanti papah marah," kata Bianca melirik arloji di pergelangan. "Oh begitu. Sebentar dulu, Tante mau panggilin Evan."Gita beranjak ke kamar anak semata wayangnya. Bianca menghela napas panjang, mengeluarkan handphone yang ada di dalam tas. Ternyata ada pesan dari Namira. "Bian, kamu jangan pulang malam-malam. Nanti Papahmu marah."Bianca mengulas senyum tipis, langsung membalas pesan singkat Namira. "Oke, Mamih. Sekarang aku mau pulang."Setelahnya, Bianca memasukkan ponsel kembali ke dalam tas. "Kamu mau pulang, Bi?" tanya Evan yang berja
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 65B. Berulang Kali

Namira berjingkat ke dapur, mengambil wadah untuk makan bakso.Mereka menyantap bakso dengan lahap. Namira dan Bianca merasa aneh pada Daniel. Tidak biasanya dia mau makan bakso apalagi sampai lahap begitu. Namira hanya makan dua butir bakso kecil, sisanya dimakan Daniel semua. Saat Namira dan Bianca tercengang melihat Daniel begitu lahap makan bakso, Daniel bertanya, "Bian, baksomu gak dimakan? Kalau gak dimakan, buat Papah aja. Sini!""Hah?" Bianca dan Namira bengong bersamaan. Mereka membiarkan Daniel menghabiskan sisa bakso Bianca yang baru dimakan satu butir. "Mas Ayang, Mas Ayang kenapa? Banyak amat makan baksonya?" tanya Namira heran. Bianca menganggukkan kepala. Setuju akan pertanyaan ibu sambungnya. "Enak, bikin seger," jawab Daniel sambil menyeruput kuah bakso hingga habis.Anak dan ibu sambung itu saling menoleh, tersenyum miring. Lalu, Namira mengajak Bianca ke dapur. Ia penasaran, kenapa suaminya jadi berubah? Jadi suka makan."Bi, Papahmu kenapa? Kok dia makannya jadi
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 66. Ngidam

"Bukan begitu, Mas Ayang ... tapi ini gak biasa lho." Namira masih heran dengan perubahan sikap Daniel.Bianca pindah tempat duduk. Duduk di dekat Namira. "Mih, tadi kata Bibi. Kemungkinan besar papah lagi ngidam," bisik Bianca tepat di depan telinga ibu sambungnya. "Eh, yang hamilnya kan aku, Bi. Bukan papahmu. Kenapa jadi dia yang ngidam?" sanggah Namira belum mengerti. Daniel telah menghabiskan semangkuk bakso, meminum segelas air mineral. "Benar, Sayang. Tadi Bibi bilang, kemungkian aku lagi ngidam. Kamu yang hamil, aku yang ngidam. Begitu ya, Bian?" Daniel meminta dukungan pada anak gadisnya. Bianca menganggukkan kepala berulang kali. Namira semakin bingung. Dia memang sering mendengar kalau wanita hamil suka ngidam. Tapi memang, selama hamil, Namira tidak menginginkan apa-apa atau tidak ngidam. Justru seperti biasa-biasa saja apalagi dia sudah diberi obat pereda mual. "Emang ada yang kayak gitu?" Tampaknya Namira masih tidak percaya. Dia memandang Daniel dan sahabatnya berg
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 67A. Teka-Teki

"Lebih baik kita ketemu langsung di salah satu cafe. Gimana? Kamu setuju? Nanti aku kirim alamat cafe-nya," jawab Mutiara pada mantan istri Daniel. Tanpa keraguan lagi, Hesti langsung menyanggupi karena dia memang sangat membutuhkan uang. "Oke. Kamu kirim aja alamat cafe-nya.""Iya."Sambungan telepon terputus. Hesti tersenyum sumringah membayangkan sejumlah uang yang akan ia memiliki. Wanita itu tidak memikirkan syarat yang akan diajukan Mutiara padanya. Notifikasi pesan terdengar. Bibir Hesti menyunggingkan senyum melihat alamat cafe yang dikirim Mutiara. Tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya sehingga ia dapat irit ongkos. Kendaraan roda empat milik Hesti dipakai Ferry sampai sekarang belum juga dikembalikan. Ada perasaan cemas yang menghinggapi hati Hesti, ia cemas kalau mobil yang menjadi harta satu-satunya dibawa kabur Ferry atau dijual.Mutiara sudah tidak pusing lagi mencari orang yang akan dia manfaatkan untuk menghancurkan keluarga Daniel. Setelah Namira meningg4l, Muti
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status