Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 111 - Chapter 120

122 Chapters

Bab 74A. Secarik Kertas

"Malam, Bianca," sapa Ferry merundukkan sedikit kepala."Malam. Katanya kamu mau ketemu aku sama papah. Mau ngapain?" tanya Bianca masih berdiri di ambang pintu seolah enggan duduk di kursi. "Ada yang ingin aku bicarakan." Jawaban Ferry membuat Bianca menghela napas berat. Dia berpikir kalau Ferry akan menyampaikan perasaan Ferry padanya dan juga papahnya. "Soal apa sih?" tanya Bianca acuh tak acuh."Hm ... soal seseorang. Bukan soal aku atau kamu."Kedua tangan Bianca yang tadinya bersidekap, diturunkan. Ia hampir saja kegeeran kalau kedatangan Ferry ke rumahnya ingin mengungkapkan isi hati padanya. "Seseorang siapa?" Bianca sangat penasaran. Sebenarnya ada apa dengan Ferry?"Hm, aku ingin bilang seseorang itu kalau ada papahmu. Biar sekalian. Kamu bisa gak, panggilin Papahmu dulu?" Bianca menggigit bibir bawah, lalu menganggukkan kepala. "Kamu duduk dulu," titah Bianca masuk ke dalam rumah, berjalan ke kamar papah dan mamihnya. "Ada apa, Bi?" tanya Namira saat membuka pintu ka
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 74B. Secarik Kertas

Seharian ini, Nida mengurung diri di kamar. Sejak pulang sekolah dia belum keluar kamar, belum makan. Nida menangisi hidupnya yang penuh pend3ritaan dan kesepian. Sedari dulu, dia tidak punya sahabat atau teman biasa. Hidupnya selalu dikucilkan banyak orang. Bvlly-an yang dia terima, membuat Nida semakin membenci kehidupannya. Hampir setiap malam, Nida bertanya tentang siapa orang tuanya, tentang siapa Tante Gita, tentang siapa Ibu Fatma. Namun, pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah ada jawabannya. Di atas sajadah, Nida selalu berdoa agar suatu saat nanti, Allah memberitahunya tentang siapa keluarga Nida sebenarnya. Suara ketukan pintu terdengar kembali. Sedikit pun Nida tak menoleh. Saat ini, gadis itu ingin menyendiri. Ingin merenungi kehidupannya, ingin bertanya dan berdoa pada Tuhannya. "Nida ... buka pintunya, Nak ... kamu belum makan." Suara parau seorang wanita yang katanya hanya tetangga Nida dulu, terdengar. Namun, Nida tetap bergeming. Duduk di atas sajadah seraya berzi
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 75. Suami Baru Mama

"Ferry, kamu serius, nikah sama Tante Hesti?" Namira ingin meyankinkan apa yang didengarnya. Begitu pula, Bianca dan Daniel. Mereka berdua tak menyangka, Ferry yang masih muda dan cukup tampan harus mau menikah dengan wanita yang pantas disebut ibu. Walaupun malu, Ferry mengangukkan kepala. "Makanya, Pak Daniel. Saya mohon pada Pak Daniel dan Bianca, tolong cabut laporan kasus istri saya di kantor polisi. Saya janji, saya akan mencegahnya untuk mengganggu keluarga Bapak lagi. Saya akan menyuruhnya supaya enggak melakukan kej4hatan apapun pada keluarga ini. Saya mohon, Pak ... selagi istri ada niat untuk berubah." Ferry sangat memohon pada keluarga Daniel. Namira dan Bianca saling menoleh, mereka meringis. Sedikitpun Namira, Daniel dan Bianca tidak menyangka kalau seorang Ferry yang sering berpenampilan bak anak orang kaya ternyata menikah dengan Hesti. Wanita yang telah melahirkan Bianca. "Ferry, emang kamu yakin kalau dia benar-benar berubah sikapnya menjadi lebih baik?" tanya Bia
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 76A. Seorang Gadis

"Gimana, Ferry? Apa mereka mengabulkan permintaanmu?" tanya Hesti antusias, mereka duduk di sofa ruang keluarga. Ferry menatap iba wanita yang telah dinikahinya itu. Lantas, Ferry menggenggam telapak tangan Hesti. "Apapun nanti yang akan kamu alami, kamu harus hadapi. Jangan melarikan diri!"Sontak, Hesti melepaskan genggaman tangan suaminya. Tatapannya nanar pada Ferry. "Apa mereka tetap ingin melanjutkan kasus itu?" Suara Hesti terdengar bergetar. Hatinya berdetak lebih cepat, membayangkan menjalani hari di dalam penj4ra. Hesti pikir, Ferry yang berbicara, mereka akan mengabulkan. Ternyata tetap sama saja. Daniel dan Bianca sangat tega, sangat kejam. "Iya, Sayang. Enggak apa-apa. Pak Daniel bilang, nanti dia akan minta keringanan untuk hukumanmu.""Bohong! Dia pasti bohong! Mana mungkin Daniel mau meminta keringan untuk hukuman yang aku jalani? Mereka kej4m, sangat egois, Ferry!" Tangisan Hesti pecah, ia menangis meraung-raung. Ferry tak tega, ia memeluk tubuh wanita yang usianya
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 76B. Seorang Gadis

Pagi di dalam salah satu kamar rumah Bragastara, terdengar percakapan riang. "Sayang, perutmu mulai terlihat membuncit," ucap Daniel ketika melihat Namira tengah berdiri di depan lemari pakaian usai membersihkan diri. Namira merunduk, memerhatikan perutnya. Ia tersenyum bahagia. Daniel menghampiri, mengelus perut Namira. Lalu, menempelkan telinga di depan perut yang mengandung buah hatinya. "Mas Ayang, ngapain?" tanya Namira terkekeh geli melihat tingkah suaminya. Daniel menegakkan tubuh, menangkupkan wajah Namira dengan kedua tangan. "Aku pengen dengar, pergerakan calon anak kita.""Emang kedengeran?""Belum, heheeh ....""Kirain.""Kamu pake baju. Aku harus secepatnya ke kantor, setelah itu mau ke kantor polisi lagi, mau tanya kapan jadwal persidangan kasus Hesti," ujar Daniel mengenakan dasi."Iya, Mas."Usai Namira mengenakan pakaiannya. Menghampiri Daniel yang merapikan berkas-berkas di meja kerja yang ada di dalam kamar. Namira membantu Daniel mengenakan jas hitam. "Mas Ayan
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 77A. Siapa Gadis Itu?

Seketika, Daniel terkejut mendengar jawaban Shella. Pikirannya langsung tertuju pada anak kandung Dania dan Yuda. Apa mungkin Nida yang ingin menemuinya Nida anak kandung Dania dan Yuda?"Di mana gadis itu?" tanya Daniel."Di luar, Pak."Daniel keluar ruangan lebih dulu dari pada Shella. Tergesa-gesa ingin memastikan siapa gadis yang datang ingin menemuinya. Shella merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada sikap Daniel."Kenapa Pak Daniel seperti mengenal gadis itu? Sebenarnya siapa gadis bernama Nida?" gumam Shella sambil menutup pintu ruangan bos-nya. Nida meremas kedua telapak tangannya. Ia dipersilakan menunggu di kursi depan ruangan Shella. Dirinya sangat gugup membayangkan bertemu dengan kedua orang tuanya. Kedua orang tua yang hampir setiap malam ia rindukan. Nida berharap kalau hari ini akan bertemu dengan mamah papah. Nida ingin sekali setiap hari atau setiap saat memanggil, "Mah, aku pulang." Atau Nida mengadu. "Pah, hari ini si Jhoni jahil banget. Suka gangguin aku.
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 77B. Siapa yang Bilang?

Nida kembali mendongak, menatap lelaki yang wajahnya sudah basah oleh air mata. "Sekarang kita ke ruangan, Om. Om akan ceritakan semuanya."Beruntung, para karyawan sedang sibuk. Hanya Shella yang menyaksikan pertemuan yang telah didambakan Daniel bertahun-tahun lamanya. Shella yang telah mengetahui masa lalu keluarga Bragastara menangis. Membayangkan kebahagiaan seorang Daniel yang telah bertemu dengan anak kandung adiknya. "Om, mamah di mana? Papah di mana? Mereka masih hidup kan, Om?" Pertanyaan Nida lagi-lagi membuat Daniel meneteskan air mata. Mereka kini duduk di sofa ruangan Daniel. Lelaki itu merangkul pundak Nida. Menangis kembali. Bayangan Dania berkelebat. Daniel seperti melihat Dania yang duduk manis di kursi sambil memerhatikan mereka. "Om ... aku pengen ketemu mamah ... aku pengen ketemu papah ... aku pengen ... pengen kayak teman-temanku punya keluarga yang utuh ... A-aku ingin buktikan pada mereka kalau aku ... a-aku bukan anak haram.""Bukan, Nida ... kamu bukan an
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 78A. Sangat Bangga

Daniel sangat penasaran dengan orang yang menjelek-jelekkan Dania dan Yuda. Menganggap Nida bukan anak yang diinginkan. Daniel sangat yakin kalau orang yang menyebarkan kebohongan itu pasti orang terdekat mereka. Tetapi siapa?Nida tak langsung menjawab. Hatinya sangat sedih karena selama ini ia selalu berpikir buruk tentang kedua orang tuanya. Meski demikian, Nida tetap ingin bertemu dan tidak ada kebencian di hatinya. "Katakan sama Om. Siapa nama orang itu, Nida? Kamu jangan takut. Sekarang kamu udah punya Om. Kalau dia macam-macam sama kamu, Om akan bertindak langsung," ucap Daniel meyakinkan Nida yang tampak ragu menyebutkan nama orang tersebut. "Benarkah? Om akan ... akan melindungiku?""Tentu saja, Nida. Kamu keponakan Om satu-satunya. Sekarang bilang, siapa nama orang itu?""Nama orang itu tan---"Tok, tok, tok!Ucapan Nida menggantung ketika mendengar suara ketukan pintu. Daniel dan Nida menoleh ke pintu ruangan. Daniel melirik arloji di pergelangan, ternyata sebentar lagi m
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 78B. Sangat Bangga

Daniel yang menyaksikan itu menghela napas lega. Menyeka lelehan air matanya yang tak kunjung berhenti. Daniel benar-benar bersyukur karena Allah telah mengantarkan Nida ke tempatnya. Sesuatu hal yang sangat tak terduga. "Hei, sudah ... kalian jangan menangis lagi. Mari, kita duduk." Daniel mengajak Yuda dan Nida berdiri, duduk di sofa yang sebelumnya ditempati Nida. Ayah dan anak itu masih larut dalam kebahagiaan dan rasa haru. Mereka seperti sedang bermimpi. Pertemuan yang sama sekali tidak Yuda bayangkan. Yuda bahkan sempat berpikir kalau dia tidak mungkin bisa bertemu dengan anak kandungnya dari Dania. "Hm, Nida ... Om dan Papahmu sekarang ada meeting. Kamu pulang ke rumah Om saja," ucap Daniel pada gadis berusia 17 tahun itu. "Ke rumah Om? Apakah mamahku ada di sana?" tanya Nida antusias. Binar kebahagiaan jelas terlihat di raut wajah. Pertanyaan Nida membuat Daniel dan Yuda tersentak. Mereka lupa mengatakan yang sebenarnya tentang ibu kandung Nida. Yuda menoleh pada Daniel.
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 79A. Keceplosan

Sepanjang jalan, Nida terus saja bercerita tentang pengalaman indah dan manis di sekolah meski kenyataannya, lebih banyak penderitaan yang dialami Nida ketimbang bahagia bersama teman-temannya. Hingga saat ini, Nida tidak punya teman dekat atau sahabat satu pun. Semuanya seperti membenci Nida karena kedua orang tuanya tak pernah ada. Tak pernah datang ke sekolah bilamana ada rapat atau penerimaan raport. Daniel memerhatikan obrolan Yuda dan Nida lewat kaca spion depan. Keduanya sangat bahagia. Mereka pada akhirnya telah ditemukan. Entah bagaimana caranya, Nida bisa menemukan alamat perusahaan Daniel. Pasti ada orang yang memberikan alamat perusahaannya supaya Nida bertemu dengan keluarga kandungnya. Dalam hati, Daniel berdoa untuk orang yang telah menyuruh Nida datang ke perusahaan, menemui Daniel. Memasuki halaman rumah megah nan mewah, Nida sempat terpana. Mulutnya tanpa ia sadari menganga lebar. Takjub, akan kebesaran dan kemegahan rumah keluarga Bragastara. "Kita turun, Nak," a
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status