Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 78B. Sangat Bangga

Share

Bab 78B. Sangat Bangga

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-12 09:38:42

Daniel yang menyaksikan itu menghela napas lega. Menyeka lelehan air matanya yang tak kunjung berhenti. Daniel benar-benar bersyukur karena Allah telah mengantarkan Nida ke tempatnya. Sesuatu hal yang sangat tak terduga.

"Hei, sudah ... kalian jangan menangis lagi. Mari, kita duduk." Daniel mengajak Yuda dan Nida berdiri, duduk di sofa yang sebelumnya ditempati Nida. Ayah dan anak itu masih larut dalam kebahagiaan dan rasa haru. Mereka seperti sedang bermimpi. Pertemuan yang sama sekali tidak Yuda bayangkan. Yuda bahkan sempat berpikir kalau dia tidak mungkin bisa bertemu dengan anak kandungnya dari Dania.

"Hm, Nida ... Om dan Papahmu sekarang ada meeting. Kamu pulang ke rumah Om saja," ucap Daniel pada gadis berusia 17 tahun itu.

"Ke rumah Om? Apakah mamahku ada di sana?" tanya Nida antusias. Binar kebahagiaan jelas terlihat di raut wajah.

Pertanyaan Nida membuat Daniel dan Yuda tersentak. Mereka lupa mengatakan yang sebenarnya tentang ibu kandung Nida.

Yuda menoleh pada Daniel.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 79A. Keceplosan

    Sepanjang jalan, Nida terus saja bercerita tentang pengalaman indah dan manis di sekolah meski kenyataannya, lebih banyak penderitaan yang dialami Nida ketimbang bahagia bersama teman-temannya. Hingga saat ini, Nida tidak punya teman dekat atau sahabat satu pun. Semuanya seperti membenci Nida karena kedua orang tuanya tak pernah ada. Tak pernah datang ke sekolah bilamana ada rapat atau penerimaan raport. Daniel memerhatikan obrolan Yuda dan Nida lewat kaca spion depan. Keduanya sangat bahagia. Mereka pada akhirnya telah ditemukan. Entah bagaimana caranya, Nida bisa menemukan alamat perusahaan Daniel. Pasti ada orang yang memberikan alamat perusahaannya supaya Nida bertemu dengan keluarga kandungnya. Dalam hati, Daniel berdoa untuk orang yang telah menyuruh Nida datang ke perusahaan, menemui Daniel. Memasuki halaman rumah megah nan mewah, Nida sempat terpana. Mulutnya tanpa ia sadari menganga lebar. Takjub, akan kebesaran dan kemegahan rumah keluarga Bragastara. "Kita turun, Nak," a

    Last Updated : 2025-01-12
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 79B. Keceplosan

    "Udah. Tadi di kantor. Sekarang mereka lagi di ruang tamu. Sayang, tadi itu ... Nida nanyain Dania terus. Aku yakin, dia juga pasti akan tanya soal Mamanya ke kamu.""Kalau dia nanya ke aku, aku harus jawab apa? Berbohong kalau ibunya masih hidup?" Namira ingin menguji suaminya. Apakah ia akan menyuruhnya berbohong atau sebaliknya. "Jangan bohong, katakan saja sejujurnya tapi ... aku harap kamu bicaranya baik-baik. Mungkin dia akan sedih, tapi aku yakin ... istriku yang cantik dan baik hati ini akan mampu membuat Nida tenang."Namira senyum tersipu malu. Bibirnya pura-pura dimanyunkan. "Mas Ayang mah ... bikin aku malu terus tau ...." timpal Namira manja, sembari menggamit lengan suaminya. Daniel sangat menyukai prilaku Namira yang malu-malu seperti ini. Sangat menggemaskan. Tiba di ruang tamu, langkah kaki Namira terhenti melihat sosok gadis yang tengah tertawa bersama Yuda. "Mas Ayang ... ka-kamu benar, dia ... dia mirip Dania yang difoto itu ...." bisik Namira di depan telinga

    Last Updated : 2025-01-12
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 80. Jujur

    "Bener. Dia sering minta pendapatku, cari kamu kemana lagi? Om kamu masih sangat yakin kalau anak kandung adiknya dan Om Yuda masih hidup. Om kamu juga berjanji akan mengajakmu tinggal di sini bersama Om kamu, bersama aku, dan bersama Bianca."Lagi, Nida semakin penasaran kenapa dia harus tinggal bersama Daniel bukan bersama Yuda dan mamanya?"Kak, tolong ceritakan sebenarnya. Oke, aku janji. Aku enggak akan pernah pergi dari sini. Aku akan tetap tinggal di sini bersama kalian. Tapi, tolong ... saat ini Mamahku lagi ada di mana? Di mana, Kak? Aku mohon katakan yang sejujurnya. Aku hanya ingin ketemu mamah. Tolong Kak ...." Nida mengiba, menggenggam telapak tanga Namira. Istri Daniel menghela napas berat. Hatinya tak tega melihat raut wajah Nida. "Kak, aku mohon di mana Mamahku sekarang? Di mana, Kak ...."Nida menangis histeris sambil menggenggam telapak tangan Namira. "Nida, sebenarnya ... hm ... sebenarnya mamah kamu udah meninggal dunia, Nida ...."Hancur sudah harapan Nida yang

    Last Updated : 2025-01-12
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 81A. Jawab Apa?

    Namira sangat terkejut mendengar nama Gita dari bibir mungil Nida. Apa mungkin Gita yang dimaksud Nida adalah istri Yuda yang tak lain ibu kandung Evan?"Tan-Tante Gita? Nama lengkapnya Gita apa?" telisik Namira penasaran.Nida menggelengkan kepala. Selama ini dia memang tidak tahu nama lengkap Gita. Hanya tahu Tante Gita saja. "Aku gak tau nama lengkapnya dan gak mau cari tau juga. Bagiku, hinaan setiap kali dia datang ke rumah Bu Fatma, sangat menyakitkan. Bikin aku malas cari tau tentang dia. Apalagi kalau ingat ucapannya. Tante Gita seperti ingin aku membenci mamah dan papah. Padahal aku enggak bisa benci mereka sebelum mendengar dan bertemu dengan mereka langsung. Ternyata dugaanku benar, kalau itu hanya rekayasa tante Gita saja supaya aku enggak mencari keluarga kandungku. Supaya hidupku selalu dibawah tekanan dia."Pemaparan yang disampaikan Nida membuat hati Namira tersentuh. Merasa kasihan pada nasib kehidupan Nida selama ini apalagi ketika Namira melihat tas dan sepatu mili

    Last Updated : 2025-01-13
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 81B. Pantun Cinta

    Hati Namira bersedih tapi ia tidak mau menangis di depan gadis remaja itu. "Nida, gimana kalau nanti sore kita ke Mall? Kita beli hape, beli sepatu buat kamu, beli tas dan beli kebutuhan kamu yang lainnya. Kan kamu mau tinggal di sini," ujar Namira merangkul pundak Nida. Gadis itu menoleh, menatap Namira berurai air mata. Nida sangat bahagia sekaligus terharu. Keluarga kandungnya ternyata orang-orang yang baik. Mereka langsung menerimanya tanpa menaruh curiga. Bisa jadi, Nida berpura-pura bagian keluarga Bragastara. Nyatanya, Namira, Daniel dan Yuda menerima Nida tanpa keraguan sedikitpun. "Kamu kok malah nangis?" Pertanyaan itu membuat Nida memeluk tubuh Namira. Ia mengucapkan terima kasih berulang kali dan bersyukur karena Namira sangat baik padanya. "Kamu bagian keluarga suamiku, Nida. Sudah seharusnya aku baik ke kamu. Udah ya, jangan nangis lagi. Seharian ini kamu nangis terus, ya?" kata Namira mengusap lelehan air mata yang membasahi wajah Nida. Mengingat Gita yang menyembun

    Last Updated : 2025-01-13
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 82. Tanda Lahir

    Daniel terkekeh mendengar pantun istrinya. Setelah sekian lama, Daniel baru mendengar pantun Namira lagi. "Aku juga sayang kamu sampe menutup mata.""Pantunnya?""Aku gak bisa bikin pantun dadakan, Sayang. Nanti aja ya, aku mau mikir dulu.""Iya deh," timpal Namira cemberut. "Assalamualaikum bidadariku.""Waalaikumsalam Mas Ayangku ...."Sambungan telepon terputus. Namira tersenyum mengingat kembali kata-kata mesra suaminya. Namira beranjak ke dapur, membantu bi Rusmi menyiapkan makan siang. "Bibi ... Oh, Bibi ...." panggil Namira bagai anak kecil yang memanggil temannya ketika mengajak main. Bi Rusmi tertawa mendengar panggilan Namira. "Iya, Non? Ada apa?""Bibi udah selesai masak belum?" tanya Namira melihat Bi Rusmi yang masih menggoreng perkedel kentang. "Tinggal goreng ini aja, Non. Non Namira pengen dimasakin sesuatu?" tanya Bi Rusmi sesekali menoleh pada Namira, sesekali menoleh pada gorengannya. "Enggak. Aku mau bantuin Bibi nyiapin makan siang. Oh ya, Bi ... tadi Bibi

    Last Updated : 2025-01-13
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 83A. Papa Yang Sama

    "Terima kasih udah percaya kalau saya adalah anak kandung mama Dania."Hari ini juga, Nida baru tahu nama kedua orang tua yang ia rindukan. Dania dan Yuda. "Sama-sama, Non. Bibi yakin, orang lain juga akan percaya kalau Nona Nida adalah anak kandung Non Dania. Nona wajahnya sangat mirip dengan almarhumah. Bukan cuma wajah, suaranya pun mirip. Kalau di film Cina, Non Nida kayak ... kayak renkarnasi-nya Non Dania."Nida menahan tawa, mendengar ucapan Bi Rusmi. Tetapi, ia bersyukur karena terlahir memiliki wajah yang mirip dengan mamanya. Wanita yang telah melahirkan Nida. "Nida, kamu udah bangun?" suara yang berasal dari belakang membuat Nida dan Bi Rusmi membalikkan badan. Ternyata Namira. Wanita yang tengah mengandung benih Daniel itu menghampiri."Udah, Kak. Ini lagi ngobrol sama Bibi." Jawaban Nida membuat Namira menganggukkan kepala.Cepat-cepat Bi Rusmi menyeka bekas air matanya. Tidak ingin kalau Namira mengetahuinya menangis. "Sekarang ngobrolnya udahan?""Udah, Non. Saya mau

    Last Updated : 2025-01-13
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 83B. Papa Yang Sama

    "Non Bianca udah pulang?" Tiba-tiba dari arah belakang tubuh Nida ada seorang wanita yang usianya hampir setengah abad. "Udah, Bi. tadinya mau nyuruh Bibi buatin jus Mangga dua. Satu buatku, satunya buat Evan," jawab Bianca sesekali melirik Nida yang tertunduk lesu. "Oh siap, Non. Bibi bikinan sekarang." Sangat cekatan Bi Rusmi membuatkan pesanan anak majikannya itu. Tanpa bertanya lagi pada Nida, Bianca pergi dari dapur, menemui lelaki yang dicintainya duduk di kursi teras depan rumah.Bianca menghempaskan b0k0ng di atas kursi depan teras. Ekor matanya melirik pada Evan. Lelaki yang membuatnya mengalami jatuh cinta untuk pertama kali. "Van, di dalam sana ada anaknya Bi Rusmi. Matamu jangan jelalatan. Awas saja!" ancam Bianca yang sekarang sudah menjadi kekasih Evan. Mereka meresmikan hubungan menjadi kekasih saat Evan di rumah sakit. Evan terkekeh mendengar kekasih hatinya tampak cemburu. "Anak Bi Rusmi? Emang Bi Rusmi masih punya anak gadis? Siapa?" tanya Evan penasaran. Bukan j

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 219. Menolak

    "Maaf, Tante. Teleponnya nanti lagi, ya? Guruku udah datang. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam."Untung saja guru Kimia datang ke kelas Alea. Kalau tidak? Alea bingung menjawab pertanyaan Nida. Usai menelepon Alea, Nida bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Setelah menemani Shella bertemu dengan klien, Nida berencana akan ke sekolah si kembar. Ingin memastikan apakah Axel masuk sekolah atau tidak? Biar bagaimana pun, Nida lah yang memberitahu tentang kebenaran kedua orang tua Axel dan Alea. Hingga akhirnya sekarang Axel kabur dari rumah. Tiba-tiba Nida teringat Bianca. Apa Bianca akan marah padanya? Tadi sewaktu melewati ruangan Bianca, tampak sepi. Apa mungkin Bianca tidak masuk kantor?*** "Hanif, kamu udah pulang, Nak?" tanya ibu Ros ketika anak kandungnya berdiri di depan pintu rumah. Ia mencium punggung tangan ibu Ros meski sempat kecewa dengan wanita yang telah melahirkannya itu. "Udah, Ma. Aku mau ke kamar dulu," seloroh Hanif yang berusaha menghindar ibu Ros. Ia takut kala

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 218. Tinggal Di Mana?

    Semenjak kejadian kemarin, rumah Bragastara terasa sepi. Tidak ada lagi keributan antara Axel dan Alea. Bianca tak sanggup jika di rumah terus, mengingat kemarahan Axel padanya. Axel yang selama ini dianggap adik sendiri, kini amat sangat kecewa padanya. "Kamu mau ke kantor?" tanya Evan setelah mengenakan jas. Evan pun sudah memutuskan berangkat ke kantor meski kondisi kesehatannya belum terlalu pulih. "Iya. Aku mau ke kantor saja. Di rumah sepi. Enggak ada anak-anak." Jawaban Bianca membuat kedua pundak Evan menurun. "Bi, berhentilah menganggap mereka anakmu. Axel dan Alea itu adik-adikmu," tandas Evan, sangat kesal setiap kali Bianca ingin dianggap orang tua oleh mereka. "Apa salahnya kalau aku ingin dianggap mamanya? Apa ada yang salah?" tuntut Bianca menatap penuh emosi suaminya. "Enggak salah kalau dari awal kamu bilang yang sebenarnya, Bi ... sekarang lihat mereka. Akibat keputusanmu, Axel membencimu. Apa kamu enggak sadar juga?"Emosi dalam diri Evan sudah tidak dapat dik

  • Benih Papa Sahabatku   Bbab 217. Cuma Kamu

    "Udah gila ibunya si Hanif. Enak bener dia bilang gitu. Terus kamu bilang apa? Ngizinin Hanif nikah lagi? Mau kamu dipoligami?"Shella tersulut emosi. Sejak dulu, Shella sudah sangat geram melihat tingkah laku keluarga Hanif. Mereka semua benalu dan penjilat. Sering kali meminta uang pada Nida. "Enggaklah, Ma. Aku minta diceraikan kalau Mas Hanif mau poligami. Aku sadar diri, bukan wanita yang ikhlas dan penyabar. Enggak sanggup kalau harus berbagi suami dengan wanita lain." Masih dengan sikap santai, Nida menjawab pertanyaan ibu sambungnya. Shella begitu miris mendengar cerita yang disampaikan Nida. Kasihan Nida. Semasa hidupnya selalu saja ada masalah yang dihadapi."Tapi, Nida ... Kayaknya Hanif enggak mungkin menceraikanmu. Dia sangat mencintaimu. Mama yakin itu."Sebisa mungkin, Shella menghibur Nida. Dibalik sikap tenang dan santainya, Shella yakin sebetulnya Nida pun bersedih. Nida tersenyum miring mendengar tanggapan Shella. "Kalau mamanya yang minta, ada kemungkinan Mas H

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 216. Izin Nikah Lagi

    "Sudahlah, Ma. Jangan ngomong macam-macam. Aku enggak mungkin menceraikan dia!"Senyum yang sebelumnya terlihat di wajah ibu Ros, seketika lenyap. "Hanif, mau sampai kapan kamu enggak punya anak? Dia itu mandul! Keturunan mandul, Hanif!"Ibu Ros tersulut emosi. Tak menyangka jika anak sulungnya berani melawan perintah padahal sebelumnya tidak pernah."Aku enggak peduli, Ma. Nida mandul atau tidak, aku enggak akan ceraikan dia. Aku sayang Nida, Maaaa ... aku cinta dia ...."Memang, Hanif begitu mencintai Nida. Sejak dulu hingga sekarang cintanya tak pernah berubah. "Halah, cinta, sayang! Kamu itu buta, Hanif! Umurmu udah tua. Tapi, sampai sekarang belum juga punya anak. Kalau kamu udah tua nanti, udah enggak bisa beraktivitas lagi, siapa yang akan menyayangimu? Kamu lihat, Nida. Dia masih muda. Mama yakin, kalau kamu udah sakit-sakitan pasti dia ninggalin kamu! Kalau dia ninggalin kamu, kamu mau sama siapa? Anak enggak punya!"Hanif memejamkan kedua mata, memijat pelipis. Tidak perna

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 215. Ceraikan Dia!

    "Apa hubungannya?" Bukannya menjawab, Axel justru balik tanya. Alea manyun, memukul bahu kakaknya. "Pulang ke rumah lagi, Kak. Kasihan mama tau! Nangis terus." Alea mengingat kembali kesedihan yang dialami Bianca. Axel bersikap santai, pandangannya lurus ke depan. "Aku masuk kelas dulu!" Tanpa menanggapi ucapan adiknya, Axel masuk ke dalam kelas. Alea benar-benar dibuat kesal. Rencana mengajak Axel kembali ke rumah gagal lagi. *** "Jam segini baru bangun! Pantas saja asam lambung Hanif sering kumat! Istrinya saja malas menyiapkan sarapan," celetuk ibu Ros saat Nida baru datang ke ruang meja makan. Ibu Ros yang tengah sarapan roti tawar, melirik Nida yang mengacuhkan. "Kamu dengar Mama enggak, Nida?" Sentak ibu Ros. Kedua mata seperti hendak melompat. Amarah terlihat jelas dari raut wajah. "Denger," sahut Nida cuek. Melihat sikap menantunya seperti itu, Ibu Ros semakin marah dan membenci. "Kalau kamu denger, harusnya bangun pagi! Siapin sarapan!" Lagi, Nida te

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 214. Mau Pulang Enggak?

    "Enggak. Mami enggak melakukan kesalahan apapun, Lea. Mami orang yang baik. Namira sahabatku, ibu sambungku yang paling baik bahkan kebaikannya melebihi ibuku sendiri." Bianca langsung menyanggah pertanyaan Alea. Gadis itu tertunduk sesaat, menghela napas berat. "Lalu, kenapa Mama merahasiakan mereka adalah orang tua kandungku?" Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Alea membuat Bianca tersentak. Kedua matanya membeliak lalu sikap berubah salah tingkah. "Bu-bukan maksud ingin merahasiakan ta-tapi ...."Tak sanggup, Bianca meneruskan kalimat. Teringat kekurangan dalam diri bahwa sebetulnya Bianca tak bisa memberikan keturunan untuk Evan karena ia telah divonis mandul oleh dokter. "Ya udah, Ma. Enggak usah diucapkan kalau memang alasannya akan menyakitiku atau menyakiti hati Mama lagi."Alea mencoba berpikir bijak. Tak ingin wanita yang telah merawatnya penuh kasih sayang itu bersedih dan menangis lagi. "Bukan begitu, Lea. Ma-Mama ....""Kenapa kamu masih saja menyebut diri

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 213. Kesalahan

    Alea terdiam, tidak langsung menanggapi rintihan wanita yang selama ini telah dianggap ibu kandungnya sendiri. "Ma, sudah, Ma ... jangan nangis ya? Seharian ini Mama nangis terus. Nanti Mama sakit ...." ucap Alea berusaha menenangkan Bianca. Istri Evan itu menggelengkan kepala berulang kali. Sekarang Bianca telah menyesal karena telah membohongi kedua adiknya belasan tahun lamanya. Selama ini, Bianca dan Evan selalu menanamkan sifat jujur pada si kembar. Namun, dia sendiri yang tidak jujur pada mereka. Bianca merasa sangat jahat pada Axel dan Alea. Bianca meraih salah satu telapak tangan Alea, menggenggamnya erat. "Alea, maafkan Mama, Nak ... maafin Mama ... Mama udah jahat sama kamu. Udah bohongi kamu dan Axel. Maafin Mama, Lea ...." Sangat sungguh-sungguh Bianca mengucapkan kata maaf. Tampaknya Bianca sangat menyesal dan bersedih karena telah merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Jangan minta maaf terus, Ma ... Aku dan Kak Axel udah maafin Mama. Udah ya, Ma

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 212. Sangat Rindu

    "Kamu benar, Xel. Apapun alasan Mbak Bian dan Mas Evan merahasiakan kedua orang tua kalian, tetap salah. Tapi, kamu juga jangan marah lama-lama. Coba kamu tanyakan baik-baik pada mereka, apa alasannya?" Gilang tak mau terlalu banyak menanggapi cerita yang disampaikan Axel. Ia tak mau, kalau dianggap ikut campur atau memihak ke salah satu keluarga itu. "Enggak tau, Bang. Jujur saja, aku masih kecewa. Masih enggak nyangka aja kalau mereka tega sama mama dan papaku. Misalnya mama Bianca membenci mamaku, kenapa pula dia sayang aku dan Alea?"Berbagai tanya diucapkan Axel. Benar-benar bingung dengan alasan Bianca dan Evan merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Ya sudah enggak usah kamu pikirkan dulu. Sekarang lebih baik kamu tenangkan hati dan pikiran.""Iya, Bang."Handphone milik Gilang tiba-tiba berdering. Lelaki itu merogoh saku celana, lalu terlihat nama kontak yang tertera di layar ponsel. Panggilan dari Alea. Gilang tak langsung mengangkat panggilan telepon itu, me

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 211. Apapun Alasannya

    Nida menganggukkan kepala, mendengar tanggapan ibu mertua. "Iya, silakan saja Mama bicara dulu sama Mas Hanif. Maaf, Ma. Aku mau istirahat dulu. Apa masih ada yang mau Mama bicarakan?" Kalau saja tidak menghormati suaminya, Nida sudah ingin memarahi ibu Ros. "Enggak ada. Mama juga mau istirahat." Ibu Ros pergi lebih dulu, meninggalkan Nida yang masih duduk terpaku di ruang makan. Kepergian Ibu Ros dari ruangan itu, membuat Nida tercenung. Nida tak dapat menahan tangisan. Dalam keheningan, ia menangis tersedu-sedu. Nida juga ingin memiliki anak. Nida juga ingin merasakan hamil. Tapi, dia tidak memaksa Tuhan untuk memberinya keturunan. Nida selalu yakin, Tuhan lebih tahu, waktu dan saat yang tepat memiliki buah hati. Dengan kasar, Nida menyeka lelehan air mata. Ia beranjak, membersihkan piring kotor. Setelahnya, masuk ke dalam kamar. Baru saja menutup pintu kamar, terdengar suara dering handphone. Nida tahu, itu adalah suaminya. Nida berjalan menghampiri handphone y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status