Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 131 - Bab 140

358 Bab

Bab 85B. Di Mall

"Sayang, kamu ke kamar Bianca dulu. Ajak dia. Mau ikut atau gak?" titah Daniel pada istrinya ketika baru keluar dari kamar. "Iya, Mas Ayang. Aku ke kamar Bianca dulu."Namira berjalan ke pintu kamar Bianca yang ada di lantai bawah. "Ada apa?" tanya Bianca agak dingin. "Kamu mau ikut ke Mall gak?""Enggak. Aku ada janji sama Evan.""Lho bukannya Evan udah pulang?""Udah, tapi dia lagi otewe ke sini lagi."Namira merasa sikap Bianca agak berbeda. Dia menjawab pertanyaan Namira dingin. "Yakin nih gak mau ikut? Nanti kita shoping bareng lho. Yuk lah, Bi!" Namira berusaha memaksa Bianca, namun dengan lembut, Bianca menepis tangan Namira yang mencekal lengannya. "Kalau orang gak mau, jangan dipaksa. Ya udah sih, kamu buat Nida bahagia aja dulu. Enggak usah mikirin aku."Namira terkejut mendengar ucapan Bianca. "Eh, kamu kok ngomong gitu si, Bi?""Udah, ya? Aku mau siap-siap dulu. Evan udah di jalan soalnya."Tanpa menunggu tanggapan Namira, Bianca menutup pintu kamar. Namira menghela
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 86A. Bawa Pulang Sekarang!

Daniel menoleh ke belakang, melihat istrinya bersama tiga wanita bergaya sosialita. Daniel berusaha mengenali ketiga wanita itu, dia takut kalau diantara mereka ada Mutiara yang sengaja menyakiti hati istrinya."Nida?""Iya, Om?""Kamu pilih-pilih sendiri, ya? Om mau ke sana dulu," kata Daniel pada keponakannya. "Iya, Om."Nida masuk lebih ke dalam toko. Sedangkan Daniel menghampiri istrinya. "Aku ke sini sama ... sama suamiku," jawab Namira melihat Daniel yang tengah berjalan ke arah mereka, senyumnya sumringah. Namira melirik tempat Nida dan Daniel sebelumnya, ternyata gadis itu sudah tidak terlihat. "Selama sore, Pak Daniel," sapa Gita sungkan."Sore. Gita, Yuda masih di kantor. Ada banyak pekerjaan yang belum beres." Daniel tidak ingin Gita berpikiran, Daniel sudah pulang, sedangkan suaminya belum pulang. Khawatir terjadi salah paham diantara Yuda dan Gita. Begitu kira-kira pemikiran Daniel. Berbeda dengan Namira, ia sangat ingin Gita segera pergi, tidak ingin kalau wanita it
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 86B. Jangan Dilihat

"Bi, barusan papahmu telepon," kata Evan setelah sambungan telepon terputus. Mereka sedang di pinggir pantai. Bianca lagi malas pulang meskipun dari tadi Evan mengajaknya."Aku lagi males pulang, Van. Orang rumah sekarang lebih peduli pada Nida," kata Bianca. Intonasi suaranya tampak kesal. "Enggak boleh gitu. Itu cuma perasaanmu saja. Lagian kan, Nida baru datang hari ini. Menurutku wajar kalau mamih dan papahmu memerhatikan Nida."Evan berusaha menenangkan hati Bianca. Gadis itu bergeming. Ia benar-benar tidak ingin pulang. "Bianca, aku mohon kita pulang sekarang. Aku gak mau papahmu berpikir macam-macam tentang kita. Ini udah jam 10 malam, Bian. Aturan dari papahmu sampe jam 9. Kita pulang sekarang, ya?" Evan tak putus asa membujuk gadis pujaan hatinya agar mau pulang sekarang. "Bianca, please ... kita pulang sekarang. Oke?" Lagi, Evan membujuk Bianca. Ia takut kalau nantinya Daniel akan marah besar. "Van, aku mau tanya sama kamu."Bukannya mengiyakan ajakan pulang Evan, Bianc
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 87A. Tidak Ada Jawaban

"Bianca!" Panggilan Daniel membuat langkah kaki anak kandungnya berhenti. Perlahan, Bianca membalikkan badan, menatap papahnya yang sudah berdiri di hadapan. "Kamu tau sekarang jam berapa?" tanya Daniel, suaranya terdengar dingin. Bianca merunduk, melirik arloji. "Jam sebelas lewat dua puluh menit," jawab Bianca pelan. Daniel menghela napas berat. Dia tidak biasa memarahi anak gadisnya. "Tidurlah! Mulai besok kamu gak boleh keluar malam lagi. Pulang kuliah, di dalam rumah. Kalau mau keluar rumah, harus siang hari."Tanpa menunggu tanggapan Bianca, Daniel membalikkan badan, meninggalkan Bianca yang masih mematung. Gadis itu menghentakkan kaki, kesal akan keputusan papahnya. Masuk ke dalam kamar, Daniel menghela napas panjang. Ia benar-benar mengkhawatirkan Bianca. Gadis itu sudah berani melanggar aturannya. "Bianca sudah pulang, Mas Ayang?" sapa Namira yang baru keluar dari dalam toilet. Daniel duduk di sisi ranjang, menatap lurus ke depan. "Udah, baru aja dia pulang." Jawaban
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 87B. Demam

"Bi ... Bianca ...." Namira menghela napas panjang, menggelengkan kepala. Melihat jam dinding kamar, sudah pukul 06.20 menit. Tapi, Bianca masih tidur.Namira melangkah masuk, duduk di sisi ranjang, memerhatikan Bianca yang masih menutup mata."Bi, Bianca, bangun, Bi ... udah siang tau!"Bianca bergeming, kedua matanya masih terpejam. "Bianca, sarapan dulu yuk! Jam delapan kan kamu harus ke kampus. Nanti Evan udah datang jemput, kamu malah masih tidur. Bangun, yuk!" ajak Namira tanpa menyentuh Bianca.Lagi, telinga Bianca seolah tuli, tidak mendengar ucapan Namira. Jangankan menimpali ucapan Namira, membuka kedua matanya saja tidak. Namira berdiri, membuka gorden agar cahaya matahari pagi masuk ke dalam kamar anak sambungnya. Menoleh ke belakang, Bianca masih saja bergeming. Masih berada di posisi semula. "Bianca ... bangun dong. Udah siang ... Bianca ... Bi ...." Namira kembali duduk di sisi ranjang. Sebelah tangannya terulur menepuk pipi Bianca namun kedua mata Namira membeliak s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 88. Sakit Jiwa

Jam 8 pagi, kondisi Bianca sudah lebih baik. Suhu badannya tidak terlalu tinggi. Satu jam lalu juga, Daniel memanggil dokter keluarga. Dokter mengatakan kalau Bianca hanya demam biasa. Mungkin karena terkena angin malam. Dia memang tidak biasa pulang larut malam, ditambah sampai jam empat Subuh, Bianca menangis. Gadis itu merasa kesepian. Bubur yang dimasak Nida juga sisa setengah. Usai makan bubur, Bianca minum obat yang diresepkan oleh dokter Jatmika, dokter pribadi keluarga Bragastara. "Sayang, aku keluar kamar dulu. Mau telepon Yuda kalau hari ini aku gak masuk kantor," ucap Daniel pada istrinya. "Iya, Mas.""Pah, aku udah baikan. Papah ke kantor aja. Aku gak apa-apa kok," sela Bianca yang raut wajahnya sudah tidak memerah karena panas seperti sebelumnya. "Enggak apa-apa. Papah gak bisa kerja dengan tenang kalau kondisimu kayak gini."Namira dan Bianca tak menimpali lagi. Dari dulu, Daniel selalu memprioritaskan Bianca di atas segalanya. Jangankan Bianca sakit demam seperti ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 89A. Terkejut

"Apa? Mutiara sakit jiwa?" Tidak hanya Yuda yang terkejut, Daniel juga sama. Tidak menyangka kalau Mutiara mengalami penyakit jiwa. "Iya, Pak. Tadi saya sempat merekamnya. Nanti saya kirim lewat pesan singkat. Sekarang saya mau ke rumah sakit jiwa, mau meminta pihak rumah sakit mengevakuasi Mutiara, Pak," jelas Yuda menyampaikan rencananya. "Ya sudah, lebih baik ditangani oleh pihak rumah sakit jiwa daripada nantinya dia luntang-lantung di jalanan.""Iya, Pak."Sambungan telepon terputus, tidak berselang lama, terdengar notifikasi pesan masuk. Daniel langsung membuka pesan berupa rekaman video Mutiara yang tengah meraung-raung menyebut namanya. Daniel langsung menghapus video tersebut karena jijik melihat kondisi Mutiara. Yuda dan beberapa petugas rumah sakit jiwa telah berada di rumah Mutiara. Namun, Yuda tidak mau keluar dari dalam mobil. Ia takut sekaligus jijik melihat kondisi Mutiara. Belum lagi, ada kotoran Mutiara yang melekat di kedua kakinya seolah sudah kering dan bau. Su
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 89B. Terkejut

"Ferry, aku gak mau tinggal di sini. Aku pengen pulang, Ferry ... tolong aku. Tolong bebasin aku ...." rengek Hesti ketika dirinya sudah berada di dalam sel penj4ra sendirian. Hati Ferry sebenarnya tak tega meninggalkan Hesti di sini, tapi apa daya, dia tidak bisa berbuat banyak apalagi sekarang Ferry juga tidak memiliki banyak uang."Sayang, tadinya kalau ada Pak Daniel, aku akan memohon lagi padanya agar kamu bebas bersyarat. Jangan sampai tinggal di sini. Tapi, kata Pak pengacara, Pak Daniel tidak bisa datang karena anaknya jatuh sakit."Hesti sangat terkejut mendengar anak kandungnya sedang jatuh sakit. "Bi-Bianca sakit?" tanya Hesti memastikan ucapan Ferry. "Iya. Tadi pengacaranya bilang kayak gitu. Makanya Pak Daniel enggak bisa datang ke sini karena harus menunggu Bianca," ucap Ferry pada wanita yang sekarang di dalam ruangan jeruji besi. Setetes air mata membasahi wajah Hesti. Tiba-tiba saja dia teringat Bianca. Anak yang selama ini disia-siakan. "Tante, aku mohon jangan n
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 90A. Dihancurkan

"Pak Daniel, saya minta maaf gara-gara Bianca pulang larut malam, dia jatuh sakit," ucap Evan menyesali perbuatannya yang tidak dapat memaksa Bianca cepat pulang. Malam itu, Bianca hanya iri dengan kedatangan Nida. Harusnya sikap Bianca tidak boleh demikian. Semestinya Bianca senang karena keponakan Daniel yang selama ini dicari-cari, telah datang sendiri tanpa dicari lagi. Namun, yang dirasakan Bianca justru sebuah ancaman apalagi Nida adalah anak kandung papanya Evan dari Danial. Bianca khawatir nantinya hubungannya dengan Evan ditentang Gita yang tak lain ibu kandung Evan sendiri. Memang sejauh itu pikiran Bianca sampai ia lupa kalau Nida juga merupakan darah daging keluarga Bragastara. Daniel menghela napas panjang. Satu sisi, Daniel salut pada Evan yang dengan berbesar hati mengakui kesalahan dan meminta maaf padanya. Tapi, sisi lain, kenapa Evan melanggar aturannya. "Van, saya paling enggak suka seseorang yang melanggar aturan yang sudah saya tetapkan. Lain kali, saya enggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 90B. Dihancurkan

Ucapan Evan membuat Bianca terdiam. Ia berpikir sejenak, mengingat kembali sikap Evan selama dikenalnya. Selama dekat dengan Evan, lelaki itu tidak pernah berbuat kur4ng 4jar atau bersikap k4sar. Evan selalu baik dan perhatian padanya. Cenderung melindungi."Ya, Van. Aku minta maaf," lirih Bianca berkata. Terlihat kesedihan yang mendalam pada raut wajahnya. "Enggak apa-apa. Aku senang kalau kondisimu udah lebih baik. Besok sebaiknya jangan ke kampus dulu. Kamu istirahat sampai sembuh total," timpal Evan mencemaskan kesehatan Bianca. Meski Bianca bilang bukan karenanya ia jatuh sakit, tapi perasaan bersalah masih Evan rasakan. "Iya, Van.""Sekarang aku mau pulang dulu. Assalamualaikum." Evan menyudahi, tidak ingin mengganggu Bianca lebih lama lagi. "Waalaikumsalam."Meski obrolan keduanya hanya sebentar, tapi cukup puas mengobati kerinduan Evan pada gadis pujaan hatinya.*** "Mas Ayang, tadi marahin Evan gak?" tanya Namira ketika mereka sudah berada di dalam kamar. Daniel duduk di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
36
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status