Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 151 - Chapter 160

359 Chapters

Bab 96. With You

"Jadi, Pak Daniel bagian dari keluarga Nida?" suara parau itu bertanya. Bu Fatma sangat tak menyangka ternyata nama yang dulu sering diceritakan suaminya ada ikatan saudara dengan Nida. "Iya, Bu. Nida ini ... anak kandung almarhumah adik saya.""Astaghfirullah ... benarkah, Pak?" Bu Fatma sangat terkejut mendengar kenyataan itu. Andai saja dari dulu ia berikan alamat perusahaan Daniel, mungkin sudah sejak lama Nida hidup bahagia."Benar, Bu. Kedatangan saya ke sini juga mau mengurus surat-surat perpindahan sekolah Nida. Saya akan menyekolahkan dia di Jakarta."Pandangan Ibu Fatma beralih pada Nida yang menunjukkan raut wajah sedih. "Nida, alhamdulillah akhirnya kamu menemukan saudara kandungmu. Ibu sangat bersyukur, Nak."Nida pindah tempat duduk, duduk di sebelah Ibu Fatma, lalu memeluk tubuh wanita yang telah merawatnya dengan baik. "Iya, Bu ... maafin aku ya? Aku ... aku gak bisa temenin Ibu di sini lagi." Air mata Nida tak dapat dibendung. Mereka berpelukan sambil menangis. D
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 97A. Perhatian Yuda

Pekerjaan Yuda sudah selesai pukul sepuluh malam lewat lima belas menit. Ia membalikkan badan ke kanan dan ke kiri. Memutar kepala ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya sangat pegal. Yuda menyandarkan punggung, kedua matanya terpejam. Bayangan Gita sewaktu mer0kok tadi pagi, membuatnya semakin merasa bersalah. Wanita itu jarang sekali mengungkapkan luka dalam hatinya apalagi jika di depan Evan. Selalu tampil ceria dan bahagia. "Apa aku menjauhi Nida saja? Tapi, kasihan dia. Nida baru bertemu denganku. Baru menemukan sosok ayah. Kalau aku dekat dengan Nida, bagaimana dengan keadaan Gita? Sekarang hatinya pasti sedang terluka," gumam Yuda sebelum meninggalkan tempat yang selama ini menjadi ladang mata pencahariannya. Yuda merapikan beberapa dokumen dan berkas-berkas penting. Sebagian ia masukkan ke dalam tas kerja, sebagian lagi ia simpan di kantor. Kemudian, Yuda bergegas pulang. Dia sudah memutuskan tidak akan menemui Nida terlebih dulu. Yuda ingin segera sampai rumah. Di dalam mobil, ket
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 97B. Dibatalkan

Gita tak membantah, ia menerima suapan demi suapan dari Yuda. Meski hatinya begitu terluka melihat kedatangan Nida di tengah keluarga Bragastara. Bukan hanya terluka, Gita juga sangat takut kalau rahasianya selama ini akan terbongkar dan DAniel serta Yuda akan membencinya. "Aku minta maaf, udah membuat hatimu terluka lagi," ucap Yuda datar, memandang wajah Gita penuh kesedihan. Gita tak menanggapi, ia hanya merunduk. Hatinya tak bisa berbohong, sikapnya tak bisa seperti biasa. "Gita, apa kamu marah?" Lagi, Yuda kembali bertanya tapi tenggorokan Gita seperti tercekat. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Usai menyantap makan malam bersama Gita. Yuda tidak ingin istrinya itu bersikap dingin seperti ini. Yuda meraih kedua telapak tangan Gita, menggenggamnya erat. Lalu, mengecvp punggung tangan Gita cukup lama. "Dulu, aku pernah melakukan kesalahan yang besar. Kesalahan yang sampai sekarang membuatku sangat menyesal. Aku pernah berjanji, enggak akan melukai hatimu lagi, Gita," uj
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 98A. Memprioritaskan

Yuda sangat terkejut mendengar permintaan istrinya. Satu hal yang membuat Yuda tak menyangka, Gita meminta membatalkan perjodohan antara Evan dan Bianca. Sekarang mereka sudah saling mencintai, mana mungkin Yuda tega memisahkan mereka?"Kenapa, Mas? Kamu ragu?" tanya Gita menarik kedua telapak tangannya dari genggaman Yuda. Lelaki itu tergagap, mengubah posisi duduk dan menarik napas, berusaha menetralisir kebimbangannya. "Sayang, jangan begitu. Kasihan Evan dan Bianca. Hubungan mereka jangan dilibatkan dalam masalah ini. Mereka udah saling mencintai, Sayang." Dengan lemah lembut, Yuda berusaha membujuk Gita. Dulu, Yuda pernah merasakan terpisah dari kekasih hati. Terpaksa dipisahkan dari seseorang yang dicintai. Kini, dia tidak mau Evan mengalaminya. Cukup dirinya saja yang dulu tersiksa karena cinta. Raut wajah Gita tampak tak suka dengan penolakan Yuda. Bibirnya mencebik, memutar kedua mata malas. Hatinya terus saja menduga kalau Yuda tidak setuju dengan sarannya karena dalam ha
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 98B. Memprioritaskan

Pagi hari sewaktu sedang sarapan, Gita berniat akan mengajak Evan pergi belanja bulanan. "Mohon maaf, Mah. Bukan aku enggak mau nganterin Mamah belanja. Masalahnya aku udah ada janji pada Bianca, hari ini mau nganterin dia ke kampus," tandas Evan menolak halus permintaan Gita. "Oh, jadi sekarang kamu lebih mementingkan Bianca dari pada Mamahmu?" tanya Gita setengah mengejek. Yuda menoleh sesaat, menggelengkan kepala. Mungkin seperti ini cara Gita menjauhi Evan dari Nida. "Bukan begitu, Mah ... aku enggak enak aja sama Bianca," kata Evan serba salah. Dia tidak ingin mamahnya berkata demikian. "Kamu enggak enak sama Bianca, lalu sama Mamah gak ngerasa enggak enak?""Mah ... aku mohon ngertiin posisi Evan dong?" Evan semakin bingung memutuskan. Yuda yang sebelumnya berdiam diri, akhirnya bicara, "Van, sekarang kamu kirim pesan singkat pada Bianca. Katakan padanya, kalau kamu enggak bisa anterin dia ke kampus sekarang."Kening Evan mengkerut mendengar saran yang disampaikan papahnya.
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 99. Bukan Jodoh

Mendapat pujian dari Bianca, Namira langsung merangkul pundak Bianca sambil mengucapkan terima kasih berulang kali. "Mih, sekarang udah selesai belum masaknya?" tanya Bianca pada Namira yang baru saja melepaskan rengkuhan pada pundaknya. "Udah. Kenapa emangnya?""Aku pengen ngobrol. Bisa 'kan?""Lah emang kamu gak ke kampus?""Nanti jam sembilanan.""Siang amat?" tanya Namira, membuka celemek yang melekat di tubuhnya. "Iya.""Ya udah ayok!"Namira menggamit lengan Bianca, mereka berjalan di sofa ruang keluarga. "Kamu lagi berantem sama Evan?" terka Namira ketika mereka duduk di sofa ruang keluarga. Bibir Bianca mengerucut, menggelengkan kepala. "Enggak.""Jangan bohong! Kita temenan udah lama tau! Aku tau banget sifatmu. Kenapa? Jangan-jangan masalah kalian muncul karena salah paham." Namira sok tahu tapi memang benar itu yang terjadi. Bianca menarik napas panjang, ingin bercerita tentang kegundahan hatinya."Mungkin iya ya, kalau aku salah paham sama Evan. Soalnya aku ngerasa a
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 100A. Makam

Sesaat, Bianca terdiam. Merenungi ucapan yang disampaikan ibu sambungnya. Namira membiarkan Bianca merenung, ia tak ingin Bianca kecewa nantinya jika apa yang diinginkan tidak sesuai."Kamu benar, Mih. Aku harus bisa menerima apapun yang terjadi nantinya. Enggak boleh menyalahkan siapapun. Benar kan, Mih?"Namira merangkul pundak Bianca sambil tersenyum manis. Dalam hati Namira bersyukur karena Bianca masih bisa dinasehati. "Ya udah, aku mau berangkat ke kampus sekarang. Makasih ya, Mih.""Iya, Bi. Sama-sama."Bianca beranjak ke kamar, menyiapkan diri untuk pergi ke kampus. Sedangkan Namira duduk santai sambil nonton televisi. "Kayaknya aku harus bicara pada tante Gita masalah hubungan Evan dan Bianca. Kalau sampai dugaan Bianca benar, tante Gita ingin memisahkan Evan dan Bianca hanya karena kehadiran Nida di rumah ini, aku enggak akan tinggal diam," ucap Namira dalam hati. *** Usai mengurusi perpindahan Nida ke sekolah baru, Daniel mengajak Nida ke makam ibunya, Dania. "Ini maka
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 100B. Lezat

Dalam diam, Daniel sangat terharu dan semakin bersyukur memiliki istri seperti Namira. Meskipun usia Namira baru masuk 20 tahun, tetapi sikap dan pemikirannya sering kali bijak serta dewasa. "Udah ya, nangisnya? Sekarang kita makan siang dulu. Oh ya, Mas ... tadi aku bikin brownis keju. Kalau kata Bianca dan Bi Rusmi sih enak," ucap Namira menggamit lengan suaminya m3sra. Sedangkan Nida berjalan lebih dulu ke kamarnya karena tidak ingin mengganggu keromantisan Daniel dan Namira. "Aku juga yakin pasti buatanmu enak," timpal Daniel menjawil ujung hidung Namira. "Uuuh ... belum juga nyobain, udah bilang enak aja. Cobain dulu baru dikasih nilai. Modus mulu nih," kata Namira merebahkan kepalanya pada bahu Daniel. Lelaki itu sangat bahagia jika Namira bermanja-manja seperti ini. Terasa dirinya ditarik ke masa muda dulu.Usai makan siang, Namira membawa beberapa potong kue brownies hasil masakannya ke dalam kamar. Daniel yang tengah duduk santai di sofa depan televisi mengulas senyum meli
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 101. Saat Yang Tepat

Usai mandi wajib, Namira keluar kamar ingin menemui Nida. Ia tak ingin Nida merasa sendirian di rumah ini. Sebelum membuka pintu kamar, ekor mata Namira melirik pada Daniel yang tampak tertidur pulas. Daniel kelelahan setelah mengurus perpindahan sekolah keponakannya lalu memberi nafkah batin di siang hari untuk istrinya. Namira membiarkan suaminya istirahat. Ia pun membuka pintu kamar, lalu berjalan hendak ke kamar Nida. Akan tetapi pada saat hendak menaiki anak tangga, samar-samar Namira mendengar suara Nida yang tengah berbincang dengan Bi Rusmi. Namira mengurungkan niat ke kamar Nida, berbelok ke dapur. "Nida, kamu gak tidur siang?" Sapaan Namira membuat Nida dan Bi Rusmi menoleh. "Wah, umur panjang. Baru aja aku sama Bibi lagi ngomongin Kakak." "Eh, ngomongin apa?" tanya Namira menarik kursi dapur, duduk di sana. "Enggak ngomongin jelek-jelek, Non. Non Nida tadi memuji Non Namira. Kue buatan Non Namira katanya enak." Bi Rusmi menjelaskan agar tidak terjadi salah paham.
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 102A. Menguping

"Hm ... Nida maaf sebelumnya. Bukan ... aku gak setuju kamu minta maaf sama mamahnya Evan. Tapi, apa kamu tau, siapa nama istri pertama papahmu?" Namira balik bertanya. Ia pikir, mungkin ini saatnya mengungkapkan kebenaran. Namira tidak ingin Nida terus-menerus merasa bersalah pada Gita atas sikap Dania dulu. Nida, anak ini tidak tahu apa-apa. Ia tidak boleh menanggung akibat dari kesalahan kedua orang tuanya di masa lalu. Nida harus bahagia, masa depannya harus cerah. Nida tercenung mendengar pertanyaan Namira. Gadis itu menggelengkan kepala. "Enggak, Kak. Yang pasti, aku ... aku belum pernah bertemu dengannya 'kan?"Namira tersenyum miring mendengar pertanyaan Nida. Ia menghela napas panjang, pandangannya lurus ke depan. "Kak, jangan-jangan ... a-aku kenal sama mamahnya Kak Evan?" Suara Nida bergetar. Ia sangat takut akan kenyataan lain yang dihadapinya. Kenyataan yang mungkin saja sangat pahit. Namira tak sanggup menyembunyikan kenyataan itu. Kebenaran yang sesungguhnya. Sekara
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
36
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status