Share

Bab 56B. Bohong

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 05:59:58

Wanita bertubuh ringkih itu menjerit, menangis histeris. Mutiara menghentakan tangan suster. Ia menarik paksa suster ke salam satu kamar tamu, mengunci dari luar.

Gauri terkejut, ia menekan tombol kursi roda agar kembali keluar. Namun, usahanya sia-sia. Belum sempat sampai pintu depan, kursi roda yang diduduki Gauri berhasil ditahan. Mutiara bergegas mengunci pintu depan. Lalu, menarik tubuh Gauri dari kursi roda hingga jatuh terjerembab.

"Wanita p3nyakitan. Lebih baik kamu m4ti ...." teriak Mutiara pada Gausa yang terlihat lemah.

Sekuat tenaga, Gauri menjauhi Mutiara. Tidak ingin m4ti di tangan wanita itu. Mutiara benar-benar tidak berubah. Sifatnya masih saja j4hat.

"Mau kemana kamu, Gauri? Mau kemana, heh?" Lagi, Mutiara berteriak.

"Dengerin aku dulu. Sebelum kamu m4ti, kamu harus tau fakta yang menarik dan membuatmu mungkin akan langsung meregang nyawa," ucap Mutiara memegang kedua kaki Gauri yang tinggal tulang belulang. Gauri menangis histeris, berusaha terus meronta dari c
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 57A. Mau Ini

    Ferry merasa aneh, saat tiba di depan rumah. Pintu rumahnya terbuka lebar dan kursi roda milik ibunya tidak berpenghuni. Ruangan berantakan. Ferry berfirasat ada sesuatu yang buruk terjadi di rumahnya. Kedua plastik besar di letakkan di atas meja tamu. Ia bergegas masuk ke ruangan demi ruangan sambil memanggil ibunya. "Bu ... Ibu ... Ibu di mana, Bu ...?" Ferry membuka pintu kamar Gauri, kosong. Samar-samar, Ferry mendengar suara gedoran pintu kamar. Setengah berlari Ferry menghampiri kamar tamu. Dengan gerakan cepat, Ferry memutar kunci kamar. "Sus, kemana Ibu?"Suster TIna menangis tersedu-sedu. "Ta-tadi ada orang yang datang ke sini, nyik-ny1ksa Ibu, Mas ...." Ferry terkejut, menelan saliva. Siapa yang datang ke rumahnya? Seingat Ferry, selama ini dia tidak pernah punya musuh. "Siapa orangnya, Sus? Apa Ibu menyebut nama orang itu?" Kedua tangan Ferry memegang kedua bahu Suster Tina. "Enggak tau, Mas ... I-Ibu hanya menyebutnya j4-j4lang ...." Suara Suster Tina masih bergeta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 57B. Mau Ini

    Bianca berjalan seorang diri, melewati lorong rumah sakit yang cukup panjang. Sesekali Bianca menoleh ke belakang. Terlihat Yuda dan Gita kembali berbincang. Mereka tampak bicara serius. Bianca sebenarnya tidak ingin pulang, dia masih ingin menemani Evan di rumah sakit. Tetapi, Bianca juga tidak enak hati kalau bersikukuh ingin menemani Evan.Supir pribadi Daniel sudah menunggu di area parkir ketika Bianca menghubunginya akan pulang ke rumah dulu. Melihat Bianca berjalan ke arahnya. Supir pribadi membuka pintu mobil penumpang, dengan nyaman Bianca duduk di dalamnya. Kendaraan yang ditumpangi melaju meninggalkan halaman rumah sakit. Di tengah perjalanan, Bianca menelepon Namira."Hallo?" sapa Namira di ujung telepon. Bianca menghela napas panjang, menoleh ke luar jendela mobil. "Na, aku lagi di jalan. Mau pulang," kata Bianca menyandarkan kepala. "Oh kirain aku, kamu mau di sana. Baru aja aku mau suruh Bi Rusmi nganterin pakaian ganti buatmu."Bianca berdecih, memijat kening."Kena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 58A. Dilepas

    "Ayok, keluar! Keluar!" teriak Mutiara, menarik tangan ringkih Gauri. Wanita yang telah melahirkan Ferry itu tubuhnya sangat lemas. Air matanya tak berhenti mengalir. Ia sudah tidak peduli lagi akan perlakuan Mutiara. Pengakuan Mutiara yang telah menikah dengan Ferry, membuat Gauri terkejut setengah mati. Anak yang selama ini dia banggakan ternyata begitu h1na. Menjadi g1g0lo, simp4nan tante-tante. "Bangun, Gauri! Kamu ini ... lemah sekali! Cuih!" Tanpa hati, Mutiara melvdahi wajah Gauri. Wanita itu tetap diam, tidak menyeka lelehan air l1ur Mutiara. Pandangannya kosong. Sudah begini, Gauri lebih baik m4ti saja. Dia malu, sangat malu memiliki anak yang ternyata menjadi simpan4n wanita yang dib3ncinya. "Astaga, kamu ini tuli, heuh!" Mutiara men0y0r kepala Gauri hingga tubuh wanita yang duduk di atas tanah terjerembab. Dengan k4sar, Mutiara meny3ret tubuh Gauri ke dalam gudang. Gudang yang sudah Mutiara persiapkan untuk meny1ksa wanita yang dulu pernah dicintai Daniel. Bugh!Tubuh Ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 58B. Dilepas

    Bianca sudah sampai rumah. Dia langsung mencari keberadaan ibu sambungnya. Namun, ketika Bianca mengetuk pintu kamar Daniel dan Namira, tidak ada jawaban."Apa mungkin mereka udah tidur? Udahlah, besok aja."Bianca melanjutkan langkah menuju kamarnya. Saat melewati ruang keluarga, Bianca bertemu dengan Bi Rusmi. "Non Bian udah pulang?" sapa Bi Rusmi saat berpapasan "Udah, Bi.""Ya udah atuh, langsung makan malam aja. Tadi kata Non Namira, Non Bian pulang ke rumah karena lapar. Udah Bibi masakin masakan kesukaan Non Bian," seloroh Bi Rusmi pada anak majikannya. Kening Bianca mengkerut. "Kapan mamih bilang gitu? Ada setengah jam lalu?" tanya Bianca heran. "Iya, ada.""Sekarang mamih sama papah kemana?" tanya Bianca, pandangannya mengitari sekeliling. "Wah kalau itu, Bibi gak tau, Non. Mungkin udah di kamarnya."Jawaban Bi Rusmi membuat Bianca mengerti. Dipikirnya, mungkin di dalam kamar papa dan ibu sambungnya sedang bermesraan atau mungkin sedang usaha membuat adik untuknya. "Oh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 59A. Suapin

    "Aku enggak bisa jawab sekarang. Aku ingin ketemu ibuku dulu," pinta Ferry lewat sambungan telepon. Mutiara menghela napas berat, menatap penuh k3bencian pada Gauri yang tergolek tak b3rdaya di atas lantai. "Oke. Alamat gudangnya aku kirim lewat pesan singkat."KlikSambungan telepon terputus. Mutiara mengirimkan alamat gudang p3nyekapan Gauri sekaligus menyalakan share lock. Setelah itu, Mutiara berjalan ke arah lemari kecil yang terdapat di pojok gudang. Ia menyimpan tali, lakban hitam dan juga tali ikat pinggang. Rencananya, tali ikat pinggang itu digunakan Mutiara untuk m3nyiksa Gauri. Akan tetapi, sekarang dia simpan dulu, menunggu Gauri sadarkan diri lagi. Kedua tangan kedua kaki Gauri telah diikat tambang. Mulutnya pun telah dilakban hitam. Mutiara menyeringai, menatap wajah wanita yang sejak dulu menjadi ancaman baginya. Gauri banyak tahu tentang k3jahatan yang dilakukan Mutiara.Setelah mendapat pesan dari Mutiara, Ferry langsung bergegas ke alamat tujuan. Dirinya benar-be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 59B. Suapin

    Pukul enam pagi, Bianca sudah berada di rumah sakit. Gita yang semalaman menunggu anaknya terkejut melihat di pagi buta Bianca sudah datang. "Assalamualaikum, Tante," ucap Bianca, menc1um punggung tangan Gita. "Waalaikumsalam. Kamu pagi sekali udah ke sini, Bian?" tanya Gita heran. Bianca meringis, tersenyum manis. "Iya, Tante. Aku kepikiran Evan terus."Evan yang mendengar ucapan Bianca tersenyum bahagia. Dia yakin kalau Bianca sekarang sudah memiliki perasaan yang sama dengannya. Sangat yakin seribu persen. "Oh begitu. Alhamdulillah kondisinya sudah lebih baik.""Tante semalaman di sini? sendirian?""Enggak. Semalam suami Tante nginap juga. Dia baru pulang setelah salat Subuh.""Oh gitu. Oh ya, ini aku bawain bubur ayam buatanku. Bubur spesial buat Tante dan Evan," kata Bianca mengangkat tempat makanan di depan Gita. Bianca memang sengaja bangun jam 4 dini hari, ia ingin memasak bubur ayam untuk Evan dan kedua orang tuanya. "Masya Allah, kamu baik sekali, Nak. Tante gak nyangk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 60A. Aku Janji

    Gerakan tangan Namira terhenti. Ia menatap suaminya sendu. Hatinya tak suka mendengar Daniel berbicara demikian. Namira menggenggam telapak tangan Daniel, lalu berbicara, "Mas Ayang, apa menurutmu aku akan seperti itu? Apa menurutmu aku perempuan yang punya sifat seperti itu? Apa menurutmu aku mencintaimu karena kamu sehat jasmani dan rohanimu saja? Ketika kamu sakit, ketika kamu pikun, aku meninggalkanmu?"Baru kali ini, Daniel mendengar Namira berbicara sangat serius. Setetes air mata membasahi wajah Namira. Dengan perlahan, Daniel menyeka air mata itu. "Hatiku mengatakan, kamu enggak akan ninggalin aku. Tapi akalku bicara, wajar saja kalau kamu ninggalin aku. Kamu masih muda, Sayang. Sedangkan aku udah tua." Namira tak sanggup lagi menahan isak tangis. Ia memeluk tubuh suaminya sangat erat. Menangis dalam pelukan. "Sayang, kalau aku m4ti duluan, kamu nikah lagi." dengan cepat, Namira menggelengkan kepala berulang kali. Melepaskan pelukan, memandang wajah tampan sang suami."Eng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 60B. Aku Janji

    Di rumah sakit yang sama, tapi di ruangan yang berbeda, Ferry sedang menemani ibunya. Semalam keluar dari gudang, Ferry langsung membawa ibunya ke rumah sakit. Ia tak ingin wanita yang telah melahirkannya itu terjadi hal buruk. Ferry berharap, Tuhan memberikan umur yang panjang untuk Gauri. Ferry ingin, jika ia menikah dengan gadis pujaan hatinya, Gauri bisa menghadiri. Kedua mata Gauri mengerjap. Kepalanya masih terasa pusing, begitu pula badan. Terasa sangat remuk. "Bu, Ibu udah sadar?" tanya Ferry, menggenggam telapak tangan Gauri. Pandangan Gauri begitu sendu. Memandang wajah anaknya penuh kasih sayang. Ia masih ingat kejadian semalam. Tidak hanya kejadian semalam, kejadian saat Mutiara datang ke rumahnya pun dia masih ingat. Gauri sempat marah dan kecewa pada anak satu-satunya. Namun, disaat Ferry mengatakan, jika Ferry tahu kalau Mutiara wanita yang tidak disukai Gauri, ia tidak mungkin mau menikahinya. Terlebih, semalam Ferry sudah menjatuhkan talak tiga pada wanita berhati

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Benih Papa Sahabatku   Bbab 217. Cuma Kamu

    "Udah gila ibunya si Hanif. Enak bener dia bilang gitu. Terus kamu bilang apa? Ngizinin Hanif nikah lagi? Mau kamu dipoligami?"Shella tersulut emosi. Sejak dulu, Shella sudah sangat geram melihat tingkah laku keluarga Hanif. Mereka semua benalu dan penjilat. Sering kali meminta uang pada Nida. "Enggaklah, Ma. Aku minta diceraikan kalau Mas Hanif mau poligami. Aku sadar diri, bukan wanita yang ikhlas dan penyabar. Enggak sanggup kalau harus berbagi suami dengan wanita lain." Masih dengan sikap santai, Nida menjawab pertanyaan ibu sambungnya. Shella begitu miris mendengar cerita yang disampaikan Nida. Kasihan Nida. Semasa hidupnya selalu saja ada masalah yang dihadapi."Tapi, Nida ... Kayaknya Hanif enggak mungkin menceraikanmu. Dia sangat mencintaimu. Mama yakin itu."Sebisa mungkin, Shella menghibur Nida. Dibalik sikap tenang dan santainya, Shella yakin sebetulnya Nida pun bersedih. Nida tersenyum miring mendengar tanggapan Shella. "Kalau mamanya yang minta, ada kemungkinan Mas H

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 216. Izin Nikah Lagi

    "Sudahlah, Ma. Jangan ngomong macam-macam. Aku enggak mungkin menceraikan dia!"Senyum yang sebelumnya terlihat di wajah ibu Ros, seketika lenyap. "Hanif, mau sampai kapan kamu enggak punya anak? Dia itu mandul! Keturunan mandul, Hanif!"Ibu Ros tersulut emosi. Tak menyangka jika anak sulungnya berani melawan perintah padahal sebelumnya tidak pernah."Aku enggak peduli, Ma. Nida mandul atau tidak, aku enggak akan ceraikan dia. Aku sayang Nida, Maaaa ... aku cinta dia ...."Memang, Hanif begitu mencintai Nida. Sejak dulu hingga sekarang cintanya tak pernah berubah. "Halah, cinta, sayang! Kamu itu buta, Hanif! Umurmu udah tua. Tapi, sampai sekarang belum juga punya anak. Kalau kamu udah tua nanti, udah enggak bisa beraktivitas lagi, siapa yang akan menyayangimu? Kamu lihat, Nida. Dia masih muda. Mama yakin, kalau kamu udah sakit-sakitan pasti dia ninggalin kamu! Kalau dia ninggalin kamu, kamu mau sama siapa? Anak enggak punya!"Hanif memejamkan kedua mata, memijat pelipis. Tidak perna

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 215. Ceraikan Dia!

    "Apa hubungannya?" Bukannya menjawab, Axel justru balik tanya. Alea manyun, memukul bahu kakaknya. "Pulang ke rumah lagi, Kak. Kasihan mama tau! Nangis terus." Alea mengingat kembali kesedihan yang dialami Bianca. Axel bersikap santai, pandangannya lurus ke depan. "Aku masuk kelas dulu!" Tanpa menanggapi ucapan adiknya, Axel masuk ke dalam kelas. Alea benar-benar dibuat kesal. Rencana mengajak Axel kembali ke rumah gagal lagi. *** "Jam segini baru bangun! Pantas saja asam lambung Hanif sering kumat! Istrinya saja malas menyiapkan sarapan," celetuk ibu Ros saat Nida baru datang ke ruang meja makan. Ibu Ros yang tengah sarapan roti tawar, melirik Nida yang mengacuhkan. "Kamu dengar Mama enggak, Nida?" Sentak ibu Ros. Kedua mata seperti hendak melompat. Amarah terlihat jelas dari raut wajah. "Denger," sahut Nida cuek. Melihat sikap menantunya seperti itu, Ibu Ros semakin marah dan membenci. "Kalau kamu denger, harusnya bangun pagi! Siapin sarapan!" Lagi, Nida te

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 214. Mau Pulang Enggak?

    "Enggak. Mami enggak melakukan kesalahan apapun, Lea. Mami orang yang baik. Namira sahabatku, ibu sambungku yang paling baik bahkan kebaikannya melebihi ibuku sendiri." Bianca langsung menyanggah pertanyaan Alea. Gadis itu tertunduk sesaat, menghela napas berat. "Lalu, kenapa Mama merahasiakan mereka adalah orang tua kandungku?" Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Alea membuat Bianca tersentak. Kedua matanya membeliak lalu sikap berubah salah tingkah. "Bu-bukan maksud ingin merahasiakan ta-tapi ...."Tak sanggup, Bianca meneruskan kalimat. Teringat kekurangan dalam diri bahwa sebetulnya Bianca tak bisa memberikan keturunan untuk Evan karena ia telah divonis mandul oleh dokter. "Ya udah, Ma. Enggak usah diucapkan kalau memang alasannya akan menyakitiku atau menyakiti hati Mama lagi."Alea mencoba berpikir bijak. Tak ingin wanita yang telah merawatnya penuh kasih sayang itu bersedih dan menangis lagi. "Bukan begitu, Lea. Ma-Mama ....""Kenapa kamu masih saja menyebut diri

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 213. Kesalahan

    Alea terdiam, tidak langsung menanggapi rintihan wanita yang selama ini telah dianggap ibu kandungnya sendiri. "Ma, sudah, Ma ... jangan nangis ya? Seharian ini Mama nangis terus. Nanti Mama sakit ...." ucap Alea berusaha menenangkan Bianca. Istri Evan itu menggelengkan kepala berulang kali. Sekarang Bianca telah menyesal karena telah membohongi kedua adiknya belasan tahun lamanya. Selama ini, Bianca dan Evan selalu menanamkan sifat jujur pada si kembar. Namun, dia sendiri yang tidak jujur pada mereka. Bianca merasa sangat jahat pada Axel dan Alea. Bianca meraih salah satu telapak tangan Alea, menggenggamnya erat. "Alea, maafkan Mama, Nak ... maafin Mama ... Mama udah jahat sama kamu. Udah bohongi kamu dan Axel. Maafin Mama, Lea ...." Sangat sungguh-sungguh Bianca mengucapkan kata maaf. Tampaknya Bianca sangat menyesal dan bersedih karena telah merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Jangan minta maaf terus, Ma ... Aku dan Kak Axel udah maafin Mama. Udah ya, Ma

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 212. Sangat Rindu

    "Kamu benar, Xel. Apapun alasan Mbak Bian dan Mas Evan merahasiakan kedua orang tua kalian, tetap salah. Tapi, kamu juga jangan marah lama-lama. Coba kamu tanyakan baik-baik pada mereka, apa alasannya?" Gilang tak mau terlalu banyak menanggapi cerita yang disampaikan Axel. Ia tak mau, kalau dianggap ikut campur atau memihak ke salah satu keluarga itu. "Enggak tau, Bang. Jujur saja, aku masih kecewa. Masih enggak nyangka aja kalau mereka tega sama mama dan papaku. Misalnya mama Bianca membenci mamaku, kenapa pula dia sayang aku dan Alea?"Berbagai tanya diucapkan Axel. Benar-benar bingung dengan alasan Bianca dan Evan merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Ya sudah enggak usah kamu pikirkan dulu. Sekarang lebih baik kamu tenangkan hati dan pikiran.""Iya, Bang."Handphone milik Gilang tiba-tiba berdering. Lelaki itu merogoh saku celana, lalu terlihat nama kontak yang tertera di layar ponsel. Panggilan dari Alea. Gilang tak langsung mengangkat panggilan telepon itu, me

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 211. Apapun Alasannya

    Nida menganggukkan kepala, mendengar tanggapan ibu mertua. "Iya, silakan saja Mama bicara dulu sama Mas Hanif. Maaf, Ma. Aku mau istirahat dulu. Apa masih ada yang mau Mama bicarakan?" Kalau saja tidak menghormati suaminya, Nida sudah ingin memarahi ibu Ros. "Enggak ada. Mama juga mau istirahat." Ibu Ros pergi lebih dulu, meninggalkan Nida yang masih duduk terpaku di ruang makan. Kepergian Ibu Ros dari ruangan itu, membuat Nida tercenung. Nida tak dapat menahan tangisan. Dalam keheningan, ia menangis tersedu-sedu. Nida juga ingin memiliki anak. Nida juga ingin merasakan hamil. Tapi, dia tidak memaksa Tuhan untuk memberinya keturunan. Nida selalu yakin, Tuhan lebih tahu, waktu dan saat yang tepat memiliki buah hati. Dengan kasar, Nida menyeka lelehan air mata. Ia beranjak, membersihkan piring kotor. Setelahnya, masuk ke dalam kamar. Baru saja menutup pintu kamar, terdengar suara dering handphone. Nida tahu, itu adalah suaminya. Nida berjalan menghampiri handphone y

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 210. Ceraikan Aku Dulu!

    Nida terkejut bukan main mendengar permohonan ibu Ros yang tak lain ibu mertuanya. Kedua mata Nida nyalang menatap wanita yang telah melahirkan suaminya. Sungguh, sedikitpun ia tak menyangka jika ibu Ros memintanya untuk mengizinkan Hanif menikah lagi.Sadar dari rasa terkejut, Nida menarik napas panjang. Ia tak boleh tersulut emosi. Jika sampai Nida memarahi ibu Ros, wanita itu pasti mengadu berlebihan pada Hanif."Oh, jadi Mama ingin aku izinin Mas Hanif nikah lagi? Supaya Mama dapat cucu dari istri barunya nanti? Begitu?" Nida sengaja mengulang keinginan ibu Ros dengan sikap yang santai. Ia juga melanjutkan suapan makan malamnya. Ibu Ros mengembuskan napas melihat ketenangan sikap Nida. "Iya begitu. Ya habis mau gimana lagi? Kamu juga sadar kan, enggak bisa kasih Hanif anak? Iya 'kan?"Yang salah tingkah bukan Nida, justru ibu Ros. Nida manggut-manggut sembari meneguk segelas air di dalam gelas hingga tandas. "Jujur ya, Ma. Sebenarnya aku enggak mau dipoligami. Enggak mau kala

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 209. Permohonan

    Di dalam kamar, Nida berdiri di depan pintu. Kedua matanya terpejam, mulutnya mengucapkan istighfar berulang kali. Terkadang Nida sangat bersedih jika mengingat tak juga diberi buah hati. Berbagai cara telah Nida lakukan bahkan ia sempat menawarkan pada Hanif agar melakukan program bayi tabung tapi Hanif tak setuju. "Program bayi tabung itu mahal, Dek.""Tapi aku ada uangnya, Mas. Aku kan kerja. Uang hasil aku kerja kan jarang dipake." "Kamu menganggap Mas enggak punya uang? Kamu merendahkan Mas? Mas emang bukan pengusaha seperti keluargamu, tapi uang PNS yang Mas dapatkan sudah lebih dari cukup. Sudahlah, enggak usah melakukan program bayi tabung. Kalau sudah waktunya, nanti juga kita dikasih anak."Begitulah perdebatan Nida dengan suaminya suatu waktu. Setelah itu, Nida tak mengusulkan apa-apa lagi. Lebih memilih diam dan menerima hinaan dan makian dari keluarga Hanif terutama ibunya. Beruntung, Nida tipikal wanita bodo amatan. Terpenting baginya, Hanif mencintainya dengan tulus d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status