Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 311 - Bab 320

Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 311 - Bab 320

342 Bab

Bab 186. Kamu Mau Menikah?

"Izinin. Aku lihat rekaman CCTV diantar security rumahmu. Aku dengar obrolan Nida dengan papah dan mamahmu. Papahmu sempat membentak Nida. Mungkin itu yang membuat Nida sakit hati. Makanya dia kabur dari rumah." Cerita yang disampaikan Bianca membuat Evan tercenung. Merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Nida dengan baik. "Aku yakin, Mamahmu udah bisa jalan.""Masa sih?" Evan terkejut, menatap lekat gadis yang dicintainya. "Iya. Walaupun aku belum terlalu lama kenal dengan Nida, tapi aku yakin dia bukan orang yang suka ngarang cerita atau pembohong. Coba aja kamu ajak mamahmu ke rumah sakit. Suruh dokter mengecek kedua kakinya." Saran yang disampaikan Bianca ditanggapi anggukkan kepala. "Oke. Besok aku ke rumah, ajak Mamah ke rumah sakit lagi. Kalau sekarang aku lagi malas pulang. Mau di apartemen dulu," ujar Evan duduk bersandar, pandangannya lurus ke depan. "Memangnya kenapa kamu gak mau pulang? Bukannya Mamahmu udah gak marah-marah lagi?" tanya Bianca heran. Keningnya mengk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 187A. Kenapa?

Yulia terdiam sesaat, memikirkan tawaran dari majikannya. Apa Yulia sanggup membina rumah tangga tanpa didasari rasa cinta? Pernikahan sebelumnya kandas karena orang ketiga padahal mereka saling mencintai sebelum menikah. Apalagi sekarang dengan Evan. Tidak saling mencintai, dan Evan sedang mencintai perempuan lain. Yulia tidak mau merusak hubungan orang lain seperti orang lain merusak hubungannya dulu. "Yulia, kamu kenapa diam saja? Jangan sok jual mahal, Yulia. Aku tau, kamu pasti mau kan nikah dengan anak saya? Anak saya itu tampan, mapan dan baik hati. Hidupmu pasti bahagia punya suami seperti Evan. Aku yakin!" Senyum mencibir terlihat pada wajah Gita. Tak henti membujuk Yulia agar mau dinikahi anak semata wayangnya. Bukan karena Gita setuju akan pernikahan Evan dan Yulia tapi karena Gita tidak mau Evan menikahi wanita keturunan Bragastara. Yulia mengulas senyum tipis, ia lantas menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Gita. "Ibu, mohon maaf sebelumnya. Saya tau, saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 187B. Kepergok

Pagi ini, sekitar jam sembilanan pagi, Yulia menghampiri Gita yang sedang duduk di depan televisi. Ingin menyampaikan keinginannya untuk mengundurkan diri. Sedangkan Yuda sudah berangkat ke kantor satu jam lalu. "Ibu," panggil Yulia, duduk bersimpuh agak jauh dari Gita. Yulia tidak berani berada terlalu dekat dengan Gita. Wanita yang duduk di atas kursi roda itu menoleh. Senyumnya sedikit mengembang. "Ada apa, Yulia?" tanya Gita lembut. Hatinya masih berharap kalau Yulia mau dinikahi Evan. Saat ini, hanya Yulia yang dapat menggagalkan pernikahan Evan dan Bianca. Gita masih tidak sudi jika Evan menikah dengan anak keturunan Bragastara. Luka dihati yang diakibatkan oleh Dania, adik kandung Daniel, masih saja membekas. Mungkin sampai ia hati. "Saya ... saya mau ...." Suara Yulia terdengar bergetar. Mendengar penggalan kata yang diucapkan Yulia. "Mau dinikahi Evan?" sela Gita langsung. Senyumnya mengembang sempurna, menegakkan tubuh. Yulia mendongak, meringis, lalu merundukkan kepala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 188A. Tidak Bisa Pulang

Gita tak bisa mengelak lagi. Ia terdiam sejenak, lalu ... "I-iya, Van... Mamah akhirnya bisa berdiri. Bisa jalan. Evan... Mamah bisa jalan, Van.... Hahahhaa.... "Yulia memejamkan kedua mata sejenak, memegang lehernya yang terasa sakit akibat dic3kik Gita. Evan jadi bingung, pandangannya beralih pada Gita dan Yulia. Gita masih pura-pura berjingkrak, berlari kesana dan ke sini seolah baru menyadari bisa jalan. "Mbak Yulia, ada apa? Kenapa Mbak Yulia sampai dic3kik Mamah?" tanya Evan, menatap wajah Yulia yang merunduk. Gita menoleh cepat, kedua matanya melotot. Sebelum Yulia menjawab, Gita harus menyela. "Van, jangan deket-deket wanita itu! Dia wanita gatel dan kurang ajar! Kamu tau tadi kenapa Mamah sampai menamparnya?" tanya Gita membeliakkan kedua mata. Napasnya sampai memburu.Evan kebingungan, menoleh pada Yulia dan mamahnya. "Kenapa, Mah?"Yulia jantungnya berdetak lebih cepat. Kepalanya menggeleng berulang kali, takut kalau Gita memfitnahnya. "Dia ingin kamu nikahi, Evan!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 188B. Cepat!

Senyum yang sempat mengembang di bibir Gita seketika sirna. Yuda ternyata lebih perhatian pada pekerjaannya dari pada dirinya. Dengan kesal, Gita memberikan handphone pada Evan."Papahmu selalu saja lebih mentingin kerjaan dari pada Mamah!" sentak Gita pergi meninggalkan Evan yang termangu duduk di sofa ruang keluarga. "Mana Mamahmu, Van?""Biasa, marah lagi, Pah. Ya udahlah, aku juga mau ke kantor sekarang."Sambungan telepon antara anak dan ayahnya telah berakhir. Evan keluar rumah, menuju ke kantor. Di tengah perjalanan, Evan menghubungi Bianca. Ingin bercerita tentang Yulia yang mendadak pergi dari rumah dan tentang mamahnya yang sekarang sudah bisa berdiri, berjalan dan berlari. "Hallo, Van," sapa Bianca yang menunggu kedatangan dosen. "Kamu belum ada dosen, Bi?""Belum. Masih nunggu. Ada apa?" tanya Bianca santai. Sejak Namira tidak masuk kuliah, Bianca lebih sering menghabiskan waktu membaca buku-buku. Ia malas bergabung dengan teman satu tingkatnya. "Aku mau cerita. Mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 189A. Mengejutkan

Mendengar ucapan Bianca, Evan langsung memutar balik kendaraannya kembali ke rumah. Evan ingin melihat kebenaran yang terjadi. Apa benar yang dikatakan Gita atau justru suatu kebohongan.Security di rumah Evan tertegun melihat anak majikannya kembali pulang. Evan tak meminta tolong diantar security, dia tahu ruangan rekaman CCTV. Evan juga bisa mengoperasikan rekaman CCTV tersebut. Tiba di ruangan, Evan langsung men-setting waktu saat ia datang ke rumah. Jari jemari Evan begitu lincah menekan mundur waktu sebelum kedatangannya. Lalu, datang Yulia dari arah kamarnya. Duduk bersimpuh agak jauh dari Gita. Evan meninggikan volume suara supaya dia lebih jelas obrolan mamahnya dan juga Yulia. Evan cukup terkejut mendengar pertanyaan mamahnya yang langsung menyela ucapan Yulia. "Hah? Mamah nyuruh aku nikah sama Mbak Yulia? Yang benar aja!" Evan terkejut bukan main mendengar permintaan wanita yang telah melahirkannya. Pemuda itu menggelengkan kepala berulang kali mendengar obrolan Gita d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 189B. Serangan Jantung

"Astaghfirullahalazhim ...." desis Yuda mengusap wajahnya kasar. Sama halnya dengan Evan, Yuda juga tidak menyangka kalau istrinya memiliki rencana jahat seperti itu. Masa iya, Evan yang sebentar lagi akan menikah dengan Bianca, harus menikahi Yulia juga? Di mana akal sehatnya? Keluarga Bragastara sudah sangat baik pada keluarganya bahkan suami dan anaknya mendapat posisi jabatan tertinggi di perusahaan itu. Namun, kenapa Gita tidak juga tahu diri dan terima kasih pada mereka? "Astaghfirullah, Van ... sampai kapan Mamahmu kayak gini? Jadi, apa yang dikatakan Nida waktu itu benar? Mamahmu memang ingin membvnuh Nida?" Yuda bertanya sangat pelan, khawatir ada karyawan lain yang mendengar. Namun, Evan masih mendengar pertanyaan papahnya. "Iya, Pah. Yang dilihat Nida malam itu, bukan halusinasi, bukan ngelindur. Tapi emang benar. Aku gak bisa bayangkan kalau Mamah berhasil membvnuh Nida, Pah. KIta pasti disalahkan Pak Daniel. Sekarang aku tanya, apakah Pak Daniel menelepon Papah atas ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 190A. Istirahat

Sungguh, Yuda tak menyangka Gita telah meninggal dunia. Terutama Evan. Baru beberapa jam lalu ia sempat berdebat dan bertengkar karena kebohongan yang dilakukan ibunya. Namun, dalam hati Evan justru berpikir, lebih baik Gita meninggal dunia dari pada hidup penuh kebohongan dan kemunafikan. Jenazah Gita sudah dimakamkan. Keluarga Bragastara hadir kecuali Bianca karena ia sedang ada kelas, belum selesai. Evan dan Yuda berjongkok, mereka masih memanjatkan doa. Daniel, Namira dan Nida berdiri tak jauh dari makam Gita. Semua orang tak menyangka Gita meninggal dunia secepat ini. "Pah, ayok kita pulang!" ajak Evan pada papahnya yang berduka. Meski sebelumnya sikap Gita sangat menyebalkan, tetapi ketika ia pergi, hati Yuda pun merasa kehilangan. Mereka telah kembali ke pemakaman. Jarak dari area pemakaman dengan tempat tinggal Yuda, memakan waktu sepuluh menit. Sampai di rumah Yuda, terlihat Bianca dan Shella duduk di kursi teras depan. Mereka sedang berbincang. Melihat kedatangan mobil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 190B. Saran

Bianca menangis, menenggelamkan wajah di balik selimut. Evan yang melihat sikap Bianca hanya menggaruk kepala. "Aku kan tadi udah bilang sakit, Van! Kenapa sih dipaksain masuk?" sungut Bianca memarahi Evan yang duduk frustasi. "Maaf, Sayang. Tapi, kata orang-orang, sakitnya cuma sebentar. Nanti juga enak, Sayang ...." Evan tak henti membujuk istrinya,. Padahal kepemilikannya belum sepenuh tenggelam, tapi Bianca sudah berteriak histris. Untung, mereka ada di apartemen yang kedap suara. "Enak apanya? Kamu kali yang enak. Sakit, Van ... sakit. Emang kamu gak lihat, ada darah? Huhuhuhu ...." Bianca terus saja memarahi Evan. Awalnya Bianca berpikir kalau dirinya sedang datang bulan, tapi setelah ingat-ingat baru satu Minggu lalu ia datang bulan. Mungkin bercak darah itu karena Bianca masih p3r4w4n. Bisa dikatakan sel4put dara. "Sayang, aku benar-benar minta maaf. Aku ... aku gak sengaja." Evan sudah bingung mau bilang bagaimana lagi. Tapi, Bianca masih saja menangis. Perlahan-lahan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 191. Beli Salep

"Hallo, Yuda?" sapa Daniel ketika sambungan telepon berlangsung. Saat Nida pergi ke sekolah, Daniel langsung menghubungi Yuda. Ingin membicarakan masalah keinginan Nida tadi pagi sewaktu sarapan dengannya. "Hallo, Pak Daniel?" balas Yuda menghentikan gerakan tangannya di atas laptop. Yuda baru tiba di kantor lima belas menit lalu. Ia langsung membuka laptop, menyelesaikan pekerjaannya. "Aku pengen bicara padamu. Kalau sempat, nanti pulang dari kantor, mampir dulu ke sini." Pinta Daniel. Dia tidak mau membicarakan keinginan Nida lewat sambungan telepon. Ia ingin bicara secara langsung supaya lebih jelas."Baik, Pak Daniel. Insya Allah nanti saya mampir ke rumah," jawab Yuda tegas. Jika sampai Daniel menelepon, kemungkinan besar ada masalah penting yang harus diselesaikan. "Oke. Terima kasih."Sambungan telepon selesai. Daniel menoleh pada istrinya yang tengah mengelus perutnya yang sudah membuncit. Daniel merundukkan kepala, menc1vm perut Namira yang beberapa bulan lagi akan melahi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
303132333435
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status