Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 291 - Chapter 300

342 Chapters

Bab 175. Boleh Tinggal Bareng?

Daniel jadi ikutan cemas mendengar Nida ada di rumah sakit. Apalagi sampai sekarang Bianca tak juga memberi kabar. "Sayang, kamu telepon Bianca. Apakah dia udah di rumah sakit menemui Nida atau belum?" titah Daniel saat keduanya tengah menonton televisi di dalam kamar. "Sebentar, aku ambil hapenya dulu." Namira beranjak, mengambil handphone yang tergeletak di atas meja rias. Kemudian, menghubungi Bianca. Tidak berselang lama, suara Bianca terdengar. "Iya, Mih. Ada apa?" tanya Bianca sambil keluar ruangan Gita, membiarkan Nida dan Gita yang tengah berbincang. "Kamu udah nyampe rumah sakit? Udah nemuin Nida?" tanya Namira duduk kembali di samping suaminya. Namira sengaja meloudspeaker sambungan teleponnya. "Udah dari tadi, Mih. Udah ketemu Nida juga," jawab Bianca. "Bagaimana keadaan Nida sekarang? Dia dijahatin Gita enggak?" Kali ini, yang bertanya Daniel. Dia sungguh mencemaskan keadaan Nida."Alhamdulillah enggak dij4hatin, Pah. Keadaan Nida juga baik-baik aja bahkan sekarang
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 176A. Tidak Satu Atap

"Jangan. Jangan tinggal di sana. Kalau kamu mau main-main ke rumahnya, silakan. Tapi, jangan tinggal di sana." Daniel menjawab sangat tegas. Wajah Nida berubah masam. Bersedih, karena Daniel tidak mengizinkannya tinggal di rumah Yuda dan Gita. Melihat situasi seperti itu, Namira menoleh pada suaminya dan juga pada Nida. Namira berdehem, berucap. "Nida, kamu ganti seragam, mandi dan makan. Setelah itu, istirahat," sela Namira cepat. Tidak ingin melihat kesedihan Nida. "Iya, Kak." Sembari merunduk, Nida membalikkan badan, berjalan gontai menuju kamarnya. Setelah kepergian Nida, Namira menarik napas panjang, menyentuh bahu sang suami. "Mas?""Kenapa, Sayang?""Kenapa sampe membentak begitu?" tanya Namira lembut. Dia hanya takut, nantinya Nida tidak sayang lagi pada Daniel. "Aku bukan membentak, hanya berusaha tegas. Lagipula, mau ngapain Nida tinggal di rumah Yuda? Jangan hanya baru sehari Gita berubah menjadi baik, terus dia beranggapan Gita berubah baik selamanya? Belum tentu jug
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 176B. Malam Pertama

Malam ini, Tina dan Ferry telah sah menjadi sepasang suami istri. Mereka sangat bahagia. Pernikahan sederhana yang dihadiri hanya oleh beberapa orang terdekat. Sekarang Ferry dan Tina tinggal di salah satu kontrakan yang letaknya dekat cafe tempat Ferry bekerja. Sepasang suami istri itu duduk di sisi r4njang. Mereka tampak salah tingkah satu sama lain. Begitu pula Ferry, meskipun sebelumnya sudah menikah tapi dia belum pernah mengalami rasa gugup seperti malam ini. Dari dua pernikahannya terdahulu, yang memulai malam pertama istri-istrinya. Bisa dikatakan istrinya yang lebih agr3sif. Sedangkan sekarang, istrinya justru sangat pasif. Sedari tadi, Ferry hanya melihat Tina merunduk, sembari jari jemarinya memilin ujung pakaian tidur yang trasnf4ran. Ferry melirik jam dinding, sudah pukul delapan malam. Suasana rumah kontrakan sudah sepi. Orang-orang yang menghadiri pernikahannya, telah pulang sejak satu jam lalu. Ferry berdehem, mendekati Tina yang masih saja merunduk. "Tina, aku bole
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 177A. Pura-Pura

Hari ini, Gita sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Dia hanya over dosis obat tidur saja. Yulia bahagia karena sikap dan ucap Gita tidak kasar, tidak suka marah-marah lagi. "Hati-hati, Bu," ucap Yulia ketika mereka sudah sampai rumah. Yuda keluar mobil, membantu Gita duduk di kursi roda. Setelahnya, ia sendiri yang mendorong kursi roda yang ditempati Gita. "Alhamdulillah, akhirnya aku bisa pulang lagi ke rumah," ucap Gita tersenyum bahagia melihat keadaan rumahnya. Bi Wati, asisten rumah tangga Gita tergopoh-gopoh menghampiri majikannya yang baru pulang dari rumah sakit. "Bi Wati apa kabar?" tanya Gita lebih dulu. Bi Wati tentu saja terkejut mendengar sapaan dari majikannya itu. Sudah lama sekali Bi Wati tidak mendengar suara Gita yang lembut. Bi Wati bersimpuh di depan kursi roda Gita. Sebulir air mata menetes membasahi wajah. "Alhamdulillah, kabar saya baik, Bu," jawab Bi Wati menyeka lelehan air matanya. "Bibi ngapain duduk di situ? Berdiri aja." Gita memegang kedua bahu Bi
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 177B. Jangan Berburuk Sangka

"Nida ... buka pintunya, Nidaaaa ....!"Nida yang tengah berbaring di atas r4njang menoleh ke arah pintu. Suara itu adalah suara Bianca. Salah satu orang yang melarangnya tinggal di rumah Yuda. "Nidaaa ... aku tau, kamu lagi rebahan kan? Kamu mau ikut ke rumah Om Yuda gak? Katanya Tante Gita sekarang udah pulang. Nidaaaaa ...."Mendengar kabar Gita sudah pulang dari rumah sakit, Nida langsung beringsut, turun dari r4njang, berjalan cepat dan membuka pintu. "Aku ikut! Serius kan, kalau mamah Gita udah pulang ke rumah?" tanya Nida semangat. Bianca mengangukkan kepala. "Iya, beneran. Tadi Evan telepon aku. Mau ikut gak? Kalau enggak, aku sama papah dan Mamih berangkat sekarang," kata Bianca agak mengancam. "Ikut dong, Kak ... tapi aku belum mandi," kata Nida meringis. Bianca membulatkan kedua mata."Dih, jorok amat kamu, Nid? ini udah jam sebelas siang, belum juga mandi. Dah ah, kamu nanti nyusul aja!""Dih, Kakak ...." Nida menarik lengan Bianca. "Aku males mandi soalnya lagi bete
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 178A. 21 Juli

Yuda mendorong kursi roda Gita keluar kamar, menemui keluarga Daniel yang datang bertamu."Mamah ...." pekik Nida langsung menghampiri Gita yang baru saja masuk ke ruang tamu bersama papahnya. Nida memeluk Gita, sembari mencium punggung tangan Gita dan juga Yuda. "Aku seneng deh, Mamah udah di rumah lagi," ujar Nida riang. Yuda tersenyum bahagia melihat tingkah Nida yang manja pada Gita. Begitu pula Gita, ia tersenyum manis, mengusap punggung tangan Nida. "Alhamdulillah. Mamah gak betah tinggal di rumah sakit. Oh ya, kamu jadi tinggal di sini gak?" tanya Gita membuat senyum Nida menghilang seketika. Gadis itu tak langsung menjawab, pandangannya beralih pada Daniel yang duduk satu sofa dengan istrinya. "Nida akan tetap tinggal di rumah kami. Dia gak boleh pergi dari sana." Ucapan Daniel terdengar datar dan tegas. Nida merunduk sedih. Namira menggamit lengan Daniel agar tetap tenang. Sedangkan Bianca hanya terdiam. Gita memaksakan bibir tersenyum sembari mengusap punggung Nida. "Oh
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 178B. Kenal

Sepasang pengantin baru itu terlihat sangat bahagia. Ferry masih tak menyangka kalau ia bisa menikah dengan seorang wanita yang masih p3r4wan. Rasanya sungguh berbeda. N1kmatnya pun sangat berbeda. Berbeda dari kedua istri Ferry sebelumnya. Bahkan hari ini, Ferry masih cuti, tidak berangkat kerja karena masih enggan meninggalkan Tina sendirian di rumah. Sejak kemarin sore, mereka memadu kasih. Ferry begitu mencintai Tina, pun Tina ... begitu mencintai Ferry."Sayang, nyuci sprey-nya belum selesai?" tanya Ferry menghampiri Tina yang tengah menggosok-gosok bercak d4rah di sprey tersebut. Dia agak kesulitan karena bercak darah sudah mengering. "Belum, Mas. Sebentar, ya?" jawab Tina agak kesusahan menghilangkan noda itu. "Belum bisa hilang ya nodanya?" tanya Ferry menghampiri sang istri. Menelisik bercak darah tersebut. "Belum. Mungkin karena enggak cepat-cepat langsung dicuci, jadi mengering," jawab Tina yang masih berusaha menggosokkan noda darah tersebut. "Sudah, biarin saja. Sekar
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 179A. Penyebab

"Iya, Mas. Apa kamu kenal dekat dengannya?" Tina sangat bahagia jika Ferry benar-benar mengenal lelaki itu meskipun nantinya Tina akan diakui sebagai anak atau tidak. Paling tidak, ia bisa bertemu dengan ayah biologisnya. "Kenal dekat gak. Tapi, pernah lihat dan kenalan. Nanti kalau udah di Surabaya, kita cari tau alamat ini. Semoga saja kamu bisa bertemu dengannya.""Aamiin."Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Ferry dan Tina menoleh ke arah pintu. "Aku bukain pintu dulu, Mas.""Jangan. Biar aku aja!" cegah Ferry. Tidak ingin istrinya yang membuka pintu. Ia takut kalau yang datang bukan orang yang baik, justru orang j4hat. "Assalamualaikum."Seorang bapak-bapak yang tak asing bagi Ferry berdiri di depan mata. "Waalaikumsalam. Pak Haji, ya? Pak Haji pemilik toko di depan rumah Mutiara kan?" Ferry mengenal Pak Haji. Tetapi lelaki berpeci putih itu tampal tidak terlalu mengenal Ferry. "Iya. Mas kenal saya?""Kenal, Pak Haji. Mungkin Pak Haji gak terlalu ngeuh sama saya. Oh ya,
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 179B. Lihat Saja!

"Pa Haji, mohon maaf sebelumnya. Bukan saya ingin mengumbar aib bapak sendiri. Tapi, perbuatan dia pada istri saya melebihi perbuatan Ibl1s. Coba Pak Haji pikirkan, menantunya sendiri mau dip3rkos4, Pak Haji!" Penuh luapan emosi, Ferry mengungkapkan perbuatan buruk Darmantyo. Sontak Pak Haji terkejut. "Astaghfirullah ... jadi ...." Pak Haji tak menyangka kalau perbuatan Darmantyo sangat b3jat. "Alhamdulillah, ada warga yang mendengar teriakan istri saya. Belum sempat dia melakukan aksi b3jatnya, warga datang dan menginjak al4t kel3minnya.""Astaghirullahalazhim ... saya bener-bener gak nyangka kalau Pak Dar seperti itu. Kayaknya emang bener, Mas. Kalau Pak Dar sedang dihukum Allah. Baguslah, sekarang burungnya dipotong. Dengan begitu, dia gak akan berbuat j4hat lagi." Pak Haji ikutan geram mendengar cerita yang disampaikan Ferry tentang kelakuan b3j4t Darmantyo. "Memangnya Pak Haji disuruh apa ama dia sampai mencari saya?" "Dia nyuruh Mas Ferry menjenguknya. Kalau masalah administ
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 180A. Maaf

"Nida, kamu kan gak bawa baju ganti. Nanti kalau mau ganti baju, mau pake baju Evan?" celetuk Bianca pada Nida yang sudah berdiri di dekat Gita, Yuda dan Evan. Dia masih tidak ingin kalau Nida tinggal satu rumah dengan Gita. Bianca belum seratus persen percaya kalau Gita sikapnya berubah. Nida cemberut, baru ingat kalau dirinya belum bawa baju ganti. "Udah gak apa-apa, nanti Om suruh Pak Joko yang nganterin ke sini."Senyum Nida langsung sumringah, hatinya sangat bahagia karena Daniel menyetujui dirinya menginap di rumah Yuda. "Makasih banyak, Om.""Iya, sama-sama. Ibu Gita, saya titip keponakan saya," kata Daniel tegas. Gita mengulas senyum tipis, menganggukkan kepala seraya berucap, "Iya, Pak Daniel. Saya akan menjaga Nida seperti anak saya sendiri," ucap Gita berusaha meyakinkan Daniel dan yang lainnya. Namun tidak bagi Bianca. Gadis itu masih tidak percaya dengan calon ibu mertuanya. "Baik, terima kasih. Kami pamit pulang, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."****"Pah, kenap
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
35
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status