Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 271 - Chapter 280

352 Chapters

Bab 164B. Teman Papa

Sampai gerbang depan rumah Mutiara, Darmantyo turun dari ojek online yang dijadikan tumpangannya. Usai membayar ongkos ojek, Darmantyo memandang lekat rumah yang tampaknya tidak terawat. Pandangan Darmantyo mengitari sekeliling, tampak sepi. Darmantyo melangkahkan kaki masuk ke halaman rumah Mutiara. Di depan pintu rumah itu, Darmantyo mengintip keadaan rumah lewat jendela kaca. "Kemana si Mutiara? Apakah di masih bekerja di kantornya Pak Daniel?" gumam Darmantyo. Ia lantas mengetuk pintu, memanggil nama Mutiara. Namun, tak ada jawaban. Darmantyo ingat, dulu sewaktu ia belum di penj4ra pernah masuk ke dalam rumah itu lewat jendela belakang rumah. Lelaki berkumis tebal itu tengok kanan dan kiri. Khawatir ada orang yang melihat aksinya. Suasana sudah mau menjelang Magrib,. Darmantyo mengendap-endap berjalan ke samping rumah Mutiara, hendak ke pintu belakang. Tak dapat dipungkiri, bulu kuduk Darmantyo meremang. "Kenapa rumah Mutiara jadi menyeramkan? Sial."Sampai di depan pintu b
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 165A. Akan Ke Sana

Shella menekan bel rumah Yuda. Tidak berselang lama, asisten rumah tangga Yuda membukakan pintu. "Assalamualaikum, Bi.""Waalaikumsalam. Ya Allah, Mbak Shella ...udah lama sekali baru ke sini." Bibi yang bekerja di rumah Yuda sudah mengenal Shella karena wanita itu dulu kerap kali datang ke rumah itu untuk membicarakan pekerjaan di kantor atau sekadar bersilaturrahmi menemui Gita. "Hehe ... iya, Bi. Bibi apa kabar?""Alhamdulillah Bibi baik. Mbak Shella mau ketemu Pak Yuda atau Ibu Gita?" "Saya mau ketemu Ibu Gita. Ingin melihat kondisinya," jawab Shella tersenyum ramah. Senyum yang sebelumnya mengembang di bibir Bibi, seketika redup. Bibi itu tahu kalau perangai Gita sekarang sangat jauh berbeda dengan Gita yang dulu. "Oh, begitu. Silakan masuk, Mbak. Saya kasih tau Ibu dulu.""Iya, Bi. Makasih banyak."Sebenarnya Bibi juga ingin memberitahu Shella kalau sekarang emosi Gita tidak bisa dikendalikan. Wanita itu tiap hari marah-marah, curigaan dan mudah sekali emosi. Shella dengan
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 165B. Kebaikanmu

"Enggak usah, Pak. Semuanya udah beres. Ini sekarang saya mau pulang.""Oke, Yuda. Terima kasih banyak. Oh ya, kamu mau pulang ke rumahmu atau mau ke pondok Indah?""Saya belum bisa pulang ke rumah dulu, Pak.""Oh ya udah, terserah kamu."Sambungan telepon terputus. Daniel kembali meletakkan handphone, hendak menghampiri istri tercintanya. Namun, baru beberapa langkah, terdengar suara ketukan pintu kamar. Daniel mengurungan niat menghampiri Namira, ia berjalan ke arah pintu kamar, membuka. "Bianca? Ada apa?" Ternyata Bianca yang mengetuk pintu kamar. Gadis itu berdiri di depan pintu kamar sambil merunduk, memainkan jari jemari. "Kamu mau ngobrol sama Papah?" tanya Daniel lagi. Melihat Bianca masih tetap diam. "Iya, Pah. Maaf, kalau aku ganggu waktu istirahat Papah dan Mamih," ujar Bianca tak enak hati. Namira datang menghampiri, berdiri di samping suaminya. "Aku boleh ikut?" tanya Namira menoleh pada Daniel dan Bianca."Boleh, Mih. Kita bicara di ruang keluarga aja gimana?" tanya
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 166. Penunggu Rumah

Pagi hari, Darmantyo terbangun dalam keadaan tanpa penutup aurat. Sinar matahari dari jendela kamar membuatnya silau. Ia merentangkan kedua telapak tangan, menguap, dan mengucek kedua mata. Senyumnya merekah mengingat p3rgumvlannya semalam. Darmantyo tak menyangka kalau semalam Mutiara begitu agr3sif, begitu memanas dan suaranya begitu merdu. Sadar akan lamunannya, Darmantyo melihat sekitar. Ia cukup terkejut melihat suasana kamar Mutiara pada siang hari. Sekarang suasana kamar Mutiara sangat terang dan jelas dipandangannya. Darmantyo berulang kali mengucek kedua mata. Ia tak bermimpi. Bahkan tempat tidur yang menjadi saksi bisu peristiwa semalam sangat bau apek. Tidak harum lagi seperti semalam."Apa karena terkena cairanku? Hahahaha ... edaaaan ... si Mutiara edaaan ... semalam benar-benar membuatku berulang kali mengalami pelepasan. Hahahahah ...." Gelak tawa Darmantyo membahana di dalam kamar tersebut. Lelaki berkumis tebal turun dari r4njang, berjalan tanpa sehelai pakaian ma
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 167A. Lembek

"Edan! Gak mungkin! Gak mungkin semalam Jin. Eh, Pak Haji! jangan nakut-nakutin saya! Kami itu sempat melakukan ... melakukan uha uha! Nih buktinya, rambut saya saja masih basah. Gila nih tua bangka!"Darmantyo tidak percaya akan ucapan Pak Haji. Ia tidak mungkin bercinta dengan jin. Darmantyo kembali mengingat kejadian semalam, dia benar-benar merasa terpuaskan. Memang ada yang aneh, semalam wajah Mutiara tidak terihat jelas. lelaki itu semakin bingung dan tentu saja takut. Takut kalau yang dikatakan pak Haji benar adanya. Lelaki yang mengenakan peci putih menggelengkan kepala. "Astaghfirullah ... saya cuma ngasih tau. Kalau kamu gak percaya, ya terserah. Lagian kok jadi orang nafsvan begitu. Coba aja kamu lihat rumahnya. Kayak ada orangnya gak? Terawat gak? Dari sini aja bisa lihat, kalau rumah itu rumah kosong! Enggak terawat! Eh, Pak Dar ... yang gila itu bukan saya, tapi kamu! Mau-maunya berc1nt4 sama Jin! Nauzubillahimindzalik ...." cecar Pak Haji bergidik ngeri membayangkan pe
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 167B. Nikah Waktu Dekat

"Sekarang Mbak tau kan, kenapa aku dan papah gak betah di rumah?" tanya Evan ketika menimpali cerita Shella yang kemarin sore bertandang menemui Gita. Mereka berbincang di depan pintu ruangan Evan, seperti biasa. "Iya, Van. Parah sih mental Mamahmu. Apa kalian gak ada niat ajak ke psikiater gitu?" tanya Shella pada anak lelaki Yuda. "Kalau itu sih urusan Papah. Aku gak berani kasih usulan, Mbak. Udahlah biarin aja. Aku udah pusing ngadepin mamah yang sekarang."Shella menghela napas berat. Mengingat kembali pertemuannya dengan Gita kemarin sore. "Salah Mbak sebenarnya, Van. Mbak kurang sabar, kurang tenang ngadepin sikap Mamahmu.""Ya elah, Mbak ... gak bakalan bisa tenang kalau kita dituduh macam-macam. Niat Mbak kan baik, malah ditanggapi gak baik. Menurutku wajar kalau Mbak marah.""Tapi, kasihan mamahmu.""Udah, Mbak ah. Aku mau kerja dulu.""Eh, Van. Papahmu tumben jam segini belum datang? Pak Yuda memangnya tinggal di mana?" Shella merasa aneh pada partner bisnisnya itu. Tid
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 168A. Anterin

"Kamu kenapa senyam-senyum begitu, Van?" tanya Yuda setelah Evan menerima telepon dari Bianca. Pemuda itu semakin merekah senyumnya. Yuda menggelengkan kepala melihat tingkah Evan. "Ditanya bukannya jawab, malah senyam-senyum terus," gerutu Yuda menghela napas berat. "Sabar dong, Pah. Aku lagi seneng soalnya sebentar lagi Papah bakalan punya menantu." Ucapan Evan membuat Yuda tercengang. Kedua matanya membeliak, mengubah posisi duduk, lebih menghadap anak lelakinya. "Kamu serius, Van? Emang Bianca mau diajak nikah dalam waktu dekat?" tanya Yuda antusias. Evan menganggukkan kepala mantap. "Insya Allah mau. Tadi dia bilang sendiri." Belum sempat, Yuda menimpali ucapan Evan, suster memanggil Yuda untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Setelah memeriksakan kesehatan pada dokter, Yuda sangat bahagia mendengar kabar kalau Bianca mau dinikahi anaknya dalam waktu dekat. "Kalau begitu, kita persiapkan untuk acara lamarannya, Van. Kamu udah beli cincin belum buat acara lamaran nanti?" Yud
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 168B. Gelap

Napas Darmantyo naik turun setelah berlari kencang dari area pemakaman sampai depan perumahan. Ia istirahat di depan teras Minimarket. Mengibaskan telapak tangan di depan wajah. "Edan, edaaaan ... kenapa semalam ... semalam aku bisa ... s3tan sialan. Pantas saja dia sangat agr3sif! S3tan kurang ajar!"Setelah istirahat beberapa menit, Darmantyo merogoh uang yang ada di saku celana. Untung saja, dompetnya dia simpan di dalam saku celana. Tidak ditinggalkan di dalam tas. Setelah menghitung sisa uangnya, Darmantyo mengeluarkan sebungkus rokok, menarik sebatang dan memantik. Setelahnya ia menghisap rokok dalam-dalam. Sebatang rokok telah menjadi puntung. Darmantyo beranjak. Sekarang dia sudah tidak punya tempat tinggal. "Aku gak mau, sisa uangku buat bayar penginapan. Lebih baik aku kembali lagi ke rumah Ferry. Aku akan memaksa tinggal di sana," gumam Darmantyo berjalan kembali mencari ojek online. Tak jauh dari minimarket, Darmantyo melihat tukang ojek online. Ia pun ke rumah Ferry de
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 169A. Nunggu di Lobby

Yuda sudah merasakan kondisinya lebih baik setelah minum obat yang diresepkan dokter. Dia bisa fokus bekerja meski kepalanya agak pusing. Hatinya juga bahagia mendengar Bianca mau dinikahi Evan dalam waktu dekat. Pintu ruangan terdengar diketuk, Yuda mempersilakan masuk. Melihat siapa yang datang ternyata Evan. "Pah, laporan projek di Surabaya done!" ucap Evan meletakkan berkas berisi laporan perkembangan projek property yang berlokasi di Surabaya. Projek lanjutan Pak Wijayanto. "Wah, mau jadi calon manten kerjanya jadi dua kali lipat semangat ya, Van?" sindir Yuda mengulas senyum sembari membuka lembaran demi lembaran laporan yang diajukan Evan."Iya dong, Pah. Semangat menjalani hari semakin membara. Hahahaha ...."Gelak tawa Evan disambut kekehan kecil Yuda. Lelaki itu terbilang jarang sekali tertawa lepas sejak kepergian Dania. Terakhir ia tertawa terbahak-bahak ketika bersama wanita yang dicintai sepenuh hati, Dania Bragastara. "Oke, Van. Nanti Papah cek lagi," imbuh Yuda mel
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 169B. Penampungan Sampah

Kedua mata Tina mengerjap pelan. Kepalanya masih terasa pusing. Bahkan kedua pipinya terasa kebas dan nyeri. Tiba-tiba Tina tersentak kaget, ia langsung duduk meringkuk, menarik selimut. Pandangannya mengitari sekeliling. Tina menelan saliva berulang kali. Menutup seluruh tubuh dengan selimut. Menangis histeris. "Aaaarggghh ... Tolooonggg ... Arrrgghhh!" Ferry yang baru saja keluar dari kamar Tina, bergegas masuk ke dalam. Dia melihat Tina menutup telinga, kedua lutut ditekuk menangis histeris. "Tina, Ya Allah, Tina ...."Tina mendongak, mendengar suara yang amat dikenalinya. Ferry berjalan cepat menghampiri Tina, duduk di sisi ranjang. Tina langsung menghambur dalam pelukan lelaki yang akan menjadi suaminya itu. "Massss ... huhuhuhu ... Maaassss ...." Tine memeluk erat tubuh Ferry. Bayangan Darmantyo yang hendak memperkosanya melintas menghantui. Tubuh Tina gemetar, ia ketakutan. "Tenang, Tina ... Tenang ... kamu udah aman. Kamu aman, Tina ...." Ferry mengusap lembut punggung Ti
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
36
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status