Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 251 - Bab 260

Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 251 - Bab 260

356 Bab

Bab 153B. Takziyah

"Enggaklah. Ngaco nih orang. Justru aku lebih tenang, lebih nyaman sekolah tanpa dia," ungkap Nida bernapas lega. "Sukurlah.""Kakak sendiri gimana hubungannya dengan Kak Evan? Masih baik-baik aja 'kan?" Nida penasaran pada hubungan Bianca dan Evan. Pasalnya sekarang Nida sudah jarang melihat Evan main ke rumah atau mengajak keluar Bianca. "Aku gak tau. Sekarang jarang banget ketemu semenjak Evan kerja di perusahaan Papah. Mungkin dia sibuk kali," kata Bianca tak mau ambil pusing dengan sikap Evan yang menurutnya berusaha menjauh. "Iya kali, Kak.""Tapi, semalam dia chat aku. Katanya hari ini mau ke sini tapi sampai sekarang belum datang. Nid, kayaknya hubunganku sama Evan semakin rumit terutama sejak tante Gita gak kasih restu. Uh, pegel hati tau gak?" keluh Bianca pada akhirnya. Bianca tadinya gak mau memikirkan masalah hubungannya dengan Evan. Tetapi, karena Nida bertanya, pikiran itu kembali muncul. "Sabar, Kak ... yang penting Kak Evan masih cinta kan?" kata Nida berusaha men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 154A. Heran

"Kak Namira, Om, ada apa?" tanya Nida heran melihat Namira dan Daniel berdiri di depan pintu kamarnya. "Nida, Om mau takziyah dulu. Om nitip Kak Namira di kamarmu. Tolong jagain dia sampai Om pulang," pinta Daniel pada Nida yang masih bertanya-tanya siapa yang meninggal dunia. "Takziyah? Siapa yang meninggal dunia, Om?" tanya Nida penasaran. "Gauri. Dia tadi pagi meninggal dunia. Om ke sana sebentar. Enggak enak kalau gak datang."Nida terkejut mendengar jawaban Daniel. Dia pernah bertemu dengan Gauri. Waktu itu, Bianca terlihat sangat tidak menyukai wanita yang duduk di kursi roda."Iya, Om. Insya Allah aku akan jagain Kak Namira."Daniel menganggukkan kepala. Pandangannya beralih pada Namira yang berdiri di sisi. "Sayang, jaga anak kita, ya? Tolong jangan keluar kamar Nida sebelum aku pulang ke rumah." Daniel menatap Namira penuh cinta dan kasih sayang. Namira mengulas senyum, berusaha menenangkan suaminya. "Iya, Mas Ayang. Kamu jangan terlalu khawatir. Nida ini jago Karate. Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 154B. Meninggal

Tubuh Gauri jatuh tersungkur dari kursi roda. Daniel dan Tina membantu memegang Gauri yang tubuhnya sangat kurus kering."Daniel ... Daniel, akhirnya kamu mau datang ke sini. A-aku sangat ... sangat merindukanmu, Daniel ...." Tangan Gauri memegang lengan Daniel. Bianca berjongkok, meski ia tak suka , tapi tetap tahu etika. Bianca merasa tak enak hati, orang lain berjongkok semua, dirinya justru berdiri. "Gauri, istrighfar ... aku, aku udah punya istri, Gauri. Aku sangat mencintai istriku." Ungkapan hati Daniel membuat Gauri meneteskan air mata. Bianca tersenyum bangga mendengar papahnya mengungkapkan cinta dan kasih sayangnya pada Namira. "Ta-tapi, kamu dulu ... dulu mencintaiku kan?""Itu dulu. Sekarang ... sekarang di hatiku hanya ada nama Namira Rashid. Aku sangat mencintainya. Aku enggak akan pernah menduakan cintanya. Enggak akan, Gauri. Aku mohon, fokus dengan kesehatanmu. Kamu cepat sembuh. Jangan begini, Gauri. Kamu wanita yang baik, rasanya ... enggak pantas jika mengharap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 155. Diluar Nalar

Bianca bergegas mematikan sambungan telepon. Dia pura-pura menyandarkan kepala sambil memejamkan kedua mata. Daniel mengetuk pintu kaca mobil. Bianca membuka kedua mata, menurunkan kaca jendela mobilnya. "Kenapa, Pah?""Kamu kenapa di dalam sini, Bi? Ayok turun!""Enggak mau, Pah. Aku ngantuk," jawab Bianca bersidekap. Memalingkan wajah ke arah lain. "Ya udah, tapi sekarang Papah mau ke makam umum dulu. Mau mengantar Gauri ke tempat peristirahatan terakhirnya. Kamu mau ikut gak?"Bianca berpikir, mengitari sekeliling. Kalau dia di sini sendirian, mengerikan sekali. Bianca sempat berpikir, takut diganggu hantu Gauri. "Ya sudah, kamu tunggu di sini saja.""Pah, tunggu! Aku ikut!' Bianca turun dari mobil. Berjalan beriringan dengan Daniel menuju pemakaman umum. ***Selesai dimakamkan, Daniel dan Bianca pamit pulang. Ferry mengucapkan terima kasih berulang kali. Dia merasa tak enak hati sekaligus berterima kasih karena Daniel masih mau datang ke rumahnya. Bianca dan Daniel sudah men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 156A. Kamu Benar

Tiba di depan pintu kamar Nida, Bianca mengetuk pintu. Tidak berselang lama, pintu terbuka, terlihat Nida yang berdiri. "Kak, emang bener, Tante Gauri pu---" Bianca membekap mulut Nida, mendorong tubuh gadis itu agar masuk ke dalam kamar. "Ssssttt ... ngomongnya jangan kuat-kuat. Nanti Papahku denger." Bianca memperingatkan Nida yang menganggukkan kepala. "Bian, Papahmu udah pulang belum?" Namira yang sebelumnya duduk di balkon masuk ke dalam kamar, menemui anak sambungnya. "Udah. Mih, sebentar ...." Bianca menahan lengan Namira yang hendak keluar kamar. "Kenapa, Bi?" Bianca menarik napas panjang, melongok ke arah pintu, khawatir kalau papahnya mendengar pembicaraan mereka bertiga. "Mamih jangan tanyain soal Tante Gauri yang pura-pura meningg4l dunia itu, ya? tadi Papah memperingatkanku, katanya ... jangan cerita tentang tante Gauri yang pura-pura meninggal agar papah datang ke rumahnya pada Mamih dan Nida. Kata Papah lagi, biar bagaimana pun tante Gauri sudah meningg4l dunia,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 156B. Melepas Rindu

Evan benar-benar bosan di rumah. Sedari tadi ia hanya keluar masuk kamar mamahnya, mendengar cerita dan harapan Gita. Pikiran Evan sangat tidak fokus. Dia benar-benar ingin berjumpa dengan Bianca. Sejak bekerja di perusahaan Bragastara, Evan sudah jarang sekali bertemu dengan Bianca. Jangankan jalan keluar, ngobrol di rumahnya saja sangat jarang. Belum lagi, Bianca sekarang sulit dihubungi. Pesan WA-nya hanya dibalas singkat saja. Evan memerhatikan mamahnya yang tertidur setengah jam lalu. Sangat pelan-pelan Evan beranjak dari kursi yang ditempatinya. Ingin ke rumah Bragastara menemui pujaan hatinya.Evan berhasil keluar kamar mamahnya. Ia berjalan cepat ke depan. Ada Yuda yang baru saja keluar dari ruang kerja. "Van, kamu mau kemana?" Langkah kaki Evan terhenti. Ia membalikkan badan. "Pah, please ... tolong izinin aku ke rumah Pak Daniel. Aku kangen Bianca, Pah ... please ...." Evan menunjukkan wajah mengiba. Sedari tadi sebenarnya Yuda tak tega melihat anaknya yang seperti terkeka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 157A. Moga Baik-Baik Aja

"Dih gombal!" Bianca mencebik, duduk di kursi. Begitu pula Evan, duduk di kursi satunya lagi. "Aku serius, Bian ... aku bener-bener kangen sama kamu," ungkap Evan menunjukkan wajah serius. "Kalau kangen kenapa baru datang? Kenapa baru nemuin aku?" cecar Bianca dengan dua pertanyaan. Wajahnya agak dicondongkan ke depan Evan. Anak kandung Yuda itu menunjukkan raut wajah memelas. "Kerjaanku di kantor lagi banyak. Udah gitu, sekalinya mau ke sini, Mamah pengen ditemenin. Jadi susah. Makanya, Sayang ... kalau aku WA atau telepon kamu, tolong angkat. Tolong balas."Bianca terdiam, bibirnya merengut. "Iya deh. Habisnya aku sebel sama kamu. Janjinya mau ke rumah, eh malah gak lagi, gak lagi.""Iya, maaf."Sesaat tidak ada yang bicara. Bianca memerhatikan setangkai bunga mawar, sesekali dihirup wangi bunga tersebut. "Bi?" Panggilan Evan membuat Bianca menoleh. "Kenapa?""Keluar yuk! Kita nonton!" ajak Evan ingin jalan berdua dengan gadis pujaan hati."Aku sama Nida emang niatnya mau nont
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 157B. Mengancam

Gita sangat kesal panggilan teleponnya pada Evan tak juga diangkat. Ia sangat marah dan mengamuk ketika mengetahui Evan pergi dari rumah. "Ah, sial! Kenapa hapenya gak aktif? Aku yakin, Evan keluar rumah bukan mau ke kantor tapi mau ke rumah Pak Daniel. Aku yakin! Aaarrghh!" Teriak Gita penuh emosi. Dia tak menyangka jika anak semata wayangnya telah meninggalkannya. Yuda yang sedari tadi duduk di sofa kamar, memerhatikan tingkah laku istrinya yang uring-uringan tak jelas. Sudah berulang kali ditenangkan Yuda, tapi Gita justru lebih marah, dan semakin mengamuk. Akhirnya Yuda membiarkan Gita berlaku semaunya. "Mas, kamu bisa gak sih, suruh si Evan pulang?" sentak Gita menoleh pada lelaki yang duduk santai. Menunjukkan sikap tak peduli akan kemarahan Gita. Yuda tak langsung menjawab. Menghela napas berat, lalu mengubah posisi duduk, menatap istrinya intens. "Evan bukan anak kecil, Gita. Nanti juga kalau kerjaannya selesai, dia pasti pulang. Aku juga lagi banyak kerjaan. Kalau kamu ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 158A. Makan Malam

"Mas, Mas kamu mau kemana?" Dengan gerakan cepat, Gita menekan tombol kursi roda yang ditempati. Melaju mendekati Yuda yang tengah mengeluarkan pakaian dari dalam lemari dan memasukkan ke dalam koper besar miliknya. "Mas, kamu mau kemana? Kamu tega ninggalin aku?" Tangan Gita menarik lengan Yuda yang sibuk mengemasi pakaiannya. Yuda menoleh, menghempaskan cekalan tangan Gita pada lengannya. "Tadi aku udah bilang ke kamu, Gita. Aku akan pergi kalau kamu masih bersikap seperti ini!" sentak Yuda kesal. Sorot matanya tak lagi bersahabat. Tampak sekali amarah menguasai dirinya. "Kenapa kamu gak bisa sabar, Mas? Kenapa gak bisa sabar sepertiku saat kamu bers3lingkuh dengan Dania? Kenapa? Aku bertahan berumah tangga denganmu walaupun aku tau, kamu nikah diam-diam dengan Dania! Aku tetap sabar menghadapimu walaupun aku tau, kamu udah punya anak dari Dania! Aku tetap sabaaaarrrr ... kenapa kamu gak bisa sabar sepertiku, Massss? Kenapaaaa?"Teriakan Gita membahana ke sudut ruangan kamar. Yu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 158B. Menikahlah!

Makan malam selesai, Bianca dan Evan keluar pusat perbelanjaan."Sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Evan sambil menyodorkan helm pada gadis yang membuat hatinya selalu bahagia. "Pulang aja. Udah malem. Aku gak mau nantinya Papah marah." Evan menghela napas. Sangat berat jika mau berpisah dengan Bianca. "Bi, aku bakalan kangen kamu lagi. Dalam beberapa hari, kita gak bisa barengan gini lagi. Kadang, kalau pulang kerja malam, aku kangen kamu. Mau telepon kamu, aku segan. Takut ganggu kamu malam-malam. Mau mampir ke rumahmu, aku segan sama Pak Daniel," ungkap Evan memandang Bianca penuh kasih sayang. Apa yang dirasakan Evan, dirasakan pula Bianca. Dia juga ingin seperti dulu. Hampir tiap bertemu, tiap hari bersama. "Sabar ... orang sabar disayang Allah.""Aaamiin."Evan tak berkeluh kesah lagi. Ia naik ke atas sepeda motor ninjanya. Begitu pula Bianca, mengenakan helm, naik ke atas sepeda motor, duduk di belakang tubuh lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta. Kendaraan roda dua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2425262728
...
36
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status