Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 231 - Chapter 240

358 Chapters

Bab 142A. Menemani Om

"Astaghfirullahalazim ya Allah ... kenapa masih saja ada orang yang jahat pada Non Namira? padahal Non Namira orang yang baik. Astaghfirullahalazim ya Allah," rintih Bi Rusmi ketika mendengar kabar kodisi Namira saat ini dari Nida. Gadis belasan tahun itu sudah mandi dan membersihkan diri. Ia tengah menyantap makan siang meski kurang berselera. "Iya, Bi. Sampai sekarang Kak Namira belum sadarkan diri," kata Nida sambil menyuap nasi ke dalam mulutnya. Namun, air mata sedari tadi tak juga berhenti. Bu Fatma yang duduk di kursi samping Nida, tak henti menangis. Masih ingat di pelupuk matanya, ketika Namira perutnya bersimbah darah. "Kasihan Non Namira. Anak pertamanya yang belum berdosa telah ... telah ... huhuhu ...." Kalimat Bu Fatma menggantung, tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Ia menangis tersedu-sedu, begitu pula Bi Rusmi dan Nida. Nida menyudahi makan siangnya. Nasi yang masih banyak, ia biarkan tersisa."Bi Rus, Bu, aku mau ke rumah sakit lagi. Kasihan Om, dia sendirian," uc
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 142B. Ahli IT

"Pak Daniel pergi? Bukannya tadi Pak Daniel ke kantor?" tanya Yuda heran ketika Shella menyampaikan kalau Daniel sudah pergi lagi. "Iya, Pak. Tadi Pak Daniel memang datang ke sini tapi gak lama, keluar lagi sambil menelepon. Gak tau telepon dari siapa. Raut wajahnya juga kayak yang panik gitu," ujar Shella yang memang lihat kepergian Daniel yang tampak tergesa-gesa. "Ada apa, ya? Aku kok ngerasa ada yang gak beres. Sebentar, aku telepon dulu," ucap Yuda mengeluarkan ponsel dari saku jas nya. "Iya, Pak. Saya mau lanjut kerja dulu," ujar Shella masuk kembali ke ruangannya. Satu panggilan tak diangkat Daniel. Yuda mencari kontak Namira. Barang kali saja, Daniel pulang ke rumah karena Namira yang meminta. Namun, nihil. Handphone Namira juga hanya berdering, tidak ada yang mengangkat. Kemudian, Yuda menghubungi Bianca. Tapi dia ingat, kalau Bianca sedang di kampus. Buktinya tadi Evan habis mengantarnya. Tidak ada cara lain mengetahui Daniel kecuali Nida. Anak gadisnya itu tadi pagi me
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 143A. Puas dan Bahagia

"Tapi, Pah ... menurutku sekarang kita fokus untuk penyembuhan Kak Namira. Aku takut sekali dia down apalagi kalau tau anaknya telah ----"Kalimat Nida menggantung, tidak kuasa melanjutkannya. Terdengar helaan napas di ujung telepon, Yuda mengerti maksud anak kandungnya."Kamu tenang aja, Nida. Papah akan melakukan penyelidikan ini tanpa melibatkan pihak kepolisian dulu. Papah juga enggak akan memberitahu Om kamu tentang niat Papah," ucap Yuda menenangkan Nida. "Iya, Pah. Terima kasih. Sekarang aku mau ke rumah sakit lagi. Mau temenin Om Daniel.""Iya, Nak. Hati-hati. Selepas pulang kantor, Papah akan menyempatkan menjenguk Non Namira.""Terima kasih, Pah."Sambungan telepon putus setelah Nida mengucapkan salam. Yuda menjawab salam lalu melanjutkan pekerjaannya. Bianca telah siap hendak pergi ke rumah sakit. Dia ingin melihat kondisi Namira. Kalau hanya menunggu kabar dari papahnya, Bianca tidak sabar. "Nida, kamu bawa apa itu?" tanya Bianca saat Nida menunggu Bianca di ruang kelu
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 143B. Kemana Perginya?

Pak Joko bergegas ke rumah Mutiara, ingin melihat keadaan wajah wanita yang baru keluar dari rumah sakit jiwa. Jika melihat dari rekaman CCTV, harusnya terdapat luka lebam akibat pukulan Nida. Di rekaman itu juga Nida sangat kuat memvkul wajah Mutiara. Kendaraan yang ditumpangi Pak Joko berhenti tak jauh dari rumah Mutiara. Dari dalam mobil, ia memerhatikan rumah yang pintunya tertutup rapat. Pak Joko berpikir sejenak, apakah dia pura-pura bertamu ke rumah itu atau tidak? Pak Joko yakin, meski mereka kerap kali bertemu, tapi Mutiara pasti tidak mengenalnya. Pandangan Pak Joko beralih pada warung yang berada di seberang jalan. Lelaki itu pun melaju ke warung tersebut. Mematikan mesin mobil, ia turun. Pura-pura hendak membeli rokok sambil bertanya tentang Mutiara. "Orang baru di sini, Pak?" tanya pemilik toko yang mengenakan peci warna putih, kain sarung dan baju koko. Kalau dilihat dari penampilannya seperti pak haji. "Bukan Pak Haji. Saya cuma mau silaturahmi ke rumah temen, tapi
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 144A. Udah Tau Ceritanya?

Namira telah berada di ruang rawat inap. Daniel tak juga beranjak dari tempat. Ia begitu mencemaskan istrinya yang masih tergolek lemah. Sedari tadi, Namira belum juga sadarkan diri. Menurut dokter, karena pengaruh obat bius sewaktu di ruang gawat darurat. Air mata Daniel sudah kering. Kepalanya yang pusing sudah tidak ia rasakan. Genggaman tangan pada telapak tangan Namira, tak juga ia lepaskan. Daniel tak bosan memandang wajah Namira yang masih pucat pasi. Jemari Namira bergerak, kedua mata Daniel membeliak, senyumnya mengembang seketika. Daniel menegakkan tubuh, memanggilnya. "Sayang ... Bangun, Sayang ... Buka matamu ...." Panggil Daniel lirih. Ia tak bisa menutupi kesedihannya melihat kondisi Namira saat ini. Kedua mata Namira mengerjap, perlahan-lahan ia membuka kedua mata, menoleh pada suaminya. Seulas senyum tipis Namira perlihatkan, membuat hati Daniel kembali bersedih. Wanita itu pandai sekali menyembunyikan kesedihannya. Daniel menc1umi punggung tangan Namira, berulang
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 144B. Penyebab Menangis

"Udah, Pak. Tadi Nida yang mengabarkan. Pak Daniel, saya turut prihatin atas yang menimpa Non Namira.""Iya, Yuda. Terima kasih. Saya hanya ingin mendengar apa saja yang dibicarakan pak Wijayanto. Apakah dia komplain masalah harga atau lainnya?" selidik Daniel yang tak mau mengecewakan klien apalagi pak Wijayanto klien mereka sejak lama. "Alhamdulillah enggak, Pak. Justru Pak Wijayanto ingin kerja sama lagi. Dia bulan ini langsung menangani dua proyek dan semua itu ingin dihandle perusahaan kita, Pak Daniel," ungkap Yuda pada bos-nya. Daniel menganggukkan kepala, hatinya senang jika klien yang bekerja sama dengan perusahaannya mendapat keuntungan besar dan mau kerja sama lagi di lain waktu. "Jangan dulu, Yuda. Kita selesaikan proyek yang ada. Masalahnya sekarang saya jarang ke kantor. Takutnya enggak kepegang. Sekarang kamu kasih tau pak Wijayanto kalau kita belum bisa menerima proyek lain. Kalau proyek yang ada udah beres, barulah menerima proyek baru atau proyek lanjutan." Keputu
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 145A. Berfantasi

"Sayang, hei ...." Daniel menangkupkan kedua tangan pada wajah Namira. Menyuruh wanita itu jangan memandangi perutnya. "A-nak kita, Mas ... anak kitaaaa ...." Tangisan Namira pecah. Daniel berdiri, memeluk tubuh istrinya sangat hati-hati. Namira menangis dalam pelukan lelaki yang amat dicintainya. Mereka menangis tersedu-sedu. Begitu pula Bianca. Memang, Bianca yang menyampaikan kabar itu. Dia tidak ingin Namira mendengar dari orang lain, lebih baik darinya. Meski kabar tersebut sangat menyedihkan dan menyakitkan akan tetapi, Namira harus tahu kebenarannya walau pahit sekalipun. "Enggak apa-apa, Sayang. Bagiku, yang penting kamu selamat. Gak apa-apa, Sayang," hibur Daniel sembari menyeka lelehan air mata Namira, mengecup kening isrtrinya cukup lama. Sungguh, kejadian ini membuat Daniel dan Namira terpukul. Ia terlalu mengabaikan firasat yang Tuhan berikan. Daniel menangis tersedu-sedu. Begitu pula Namira. Bianca tak sanggup melihat Daniel dan Namira diselimuti kesedihan. Ia keluar
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 145B. Meninggal

Bianca menendang pintu kamar Mutiara. Sepasang manusia tanpa ikatan suami istri sedang melakukan perbuatan yang amat menj1jikan. "Ibl111ssssss ... berani sekali berfantasi papahkuuuuu ...." Bianca menarik tubuh Mutiara yang sedang berada di atas tubuh lelaki yang tidak kenalinya. Rambut Mutiara dij4mbak keras Bianca, lalu men4mpar sangat keras. Lelaki yang mel4yani Mutiara berlari pergi setelah memunguti pakaiannya yang berserakan di atas lantai. Mutiara tanpa tahu malu, tubuhnya berdiri tegak. Tidak merasa malu sedikit pun pad Bianca. "Kamu wanita g1la! B3jat! Ibl1s! aku udah tau, kalau kamu yang menvsuk perut Mamihku! B1adab!" Penuh luapan emosi, Bianca menarik lagi rambut Mutiara yang tergerai. Wanita itu bukannya kesakitan justru tertawa terbahak-bahak. Bianca mendorong tubuh keriput itu ke atas tempat tidur. Melemparkan daster pada Mutiara. Wanita tidak w4ras itu mengenakan daster tanpa pakaian d4lam. Lalu, tanpa Bianca duga, Mutiara berlari keluar kamar sambil tertawa lepas
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 146. Bau

"Oh itu. Emang Papah udah gak mau ke kantor lagi, Mih?" telisik Bianca sambil membuka bungkus biskuit, lalu menyodorkan pada Namira. "Katanya enggak. Dia gak mau ninggalin aku di rumah lagi. Papahmu trauma."Kesedihan kembali terlihat dari raut wajah cantik alami itu. Bianca meraih telapak tangan Namira. "Insya Allah, kejadian itu enggak akan terulang lagi," kata Bianca yakin. Kening Namira mengkerut, mendengar ucapan Bianca yang terdengar sangat meyakinkan."Kamu kok bisa yakin gitu?"Hem, Bianca keceplosan lagi. Sikapnya langsung berubah salah tingkah. Baru saja hendak menjawab, suara dering handphone terdengar. "Sebentar, Mih. Ada telepon."Namira hanya menganggukkan kepala. Bianca merogoh ponsel dari dalam tas selempangnya, terlihat nama Pak Joko. "Hallo, Pak Joko?""Non Bianca di mana sekarang?" suara Pak Joko terdengar cemas. "Saya di rumah sakit. Temenin Mamih. Kenapa, Pak?"Namira memerhatikan anak sambungnya yang tengah menerima telepon dari Pak Joko yang tak lain supir
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 147A. Ghibah

Evan tak menyangka Daniel menyuruhnya kerja di perusahaan. Tidak tanggung-tanggung, Daniel langsung memberikan posisi cukup tinggi di perusahaan itu. Dia pikir, jika nanti bergabung dengan perusahaan Bragastara, posisi yang dia dapatnya hanya menjadi bagian dari divisi. Tapi, ternyata ... Harusnya Evan senang tapi dia merasa tak enak hati karena Daniel sangat baik padanya sedangkan Gita bersikap buruk pada Nida. Evan membuka pintu ruangan Gita. Terlihat wanita itu melirik, mulutnya masih menyon, seperti sedang berusaha berbicara. "Aku habis dari kantin. Perutku lapar," kata Evan meletakkan cemilan yang dia beli dari kantin. Setelah berbincang dengan Daniel, Evan berinisiatif ke kantin supaya mamahnya tak curiga. Gita mulai tenang. Kedua matanya terpejam. Evan memerhatikan Gita yang tak kunjung mengubah sikapnya menjadi lebih baik. Gita kembali membuka kedua mata, memberi isyarat bertanya, ada apa?Evan menghela napas panjang. Merunduk sebentar, lalu kembali menatap mamahnya."Mah,
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
36
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status