Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 211 - Chapter 220

360 Chapters

Bab 130A. Unlimited

"Astaghfirullah, Ibu ... Ibu kenapa jadi ingin ketemu Pak Daniel terus, Bu ... Istighfar, Bu. Pak Daniel sekarang udah punya istri, istrinya lagi hamil. Masa ibu tega merebut Pak Daniel dari istrinya?" Tina berusaha menasehati Gauri. Ia menimpali permintaan Gauri dengan intonasi suara yang lembut. Tina tidak mau kalau wanita yang telah melahirkan Ferry itu sakit hati dan tersinggung. "Bukan Ibu ingin merebut Daniel. Ibu cuma pengen ketemu, Tina. Ibu juga sadar diri, kalau Daniel gak mungkin mau nikahin Ibu. Apalagi istrinya sangat cantik dan masih muda. Yah ... Ibu juga tau diri, Tina. Tapi ibu sangat ingin ketemu dia. Ibu rindu Daniel, Tina."Gauri juga sebenarnya malu meminta tolong pada Tina. Tapi, rasa rindu dan pesona Daniel membuat hatinya setiap hari terusik, merindukan lelaki itu. Rindu yang menyiksa. "Kalau begitu, Ibu jangan ikuti perasaan yang gak baik. Ibu lupain Pak Daniel, ya? Ibu pasti bisa kok. Sekarang Ibu minum obat, setelah itu Ibu
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 130B. Menjenguk

"Aku juga punya pantun.""Apa tuh pantunnya?" Namira menegakkan tubuhnya, lebih menghadap Daniel, ingin mendengar pantun yang diucapkan suaminya. "Ikan cupang ekornya kebas. Aku sayang kamu tanpa batas.""Cakep ... Wah Mas Ayang sekarang udah pandai bikin pantun ya? Mantap." Namira memuji kebolehan suaminya. Tentu saja, Daniel merasa tersanjung dengan pujian Namira. "Makasih, Sayang. Siapa dulu gurunya?" tanya Daniel tersenyum menggoda. "Emang siapa gurunya?" Namira mendongak, mendekatkan diri pada lelaki yang telah menikahinya itu. "Kamu. Namira Rashid. Sang Guru Pantun. Hahahaah ...." jawab Daniel diiringi gelak tawa. Namira sangat bahagia melihat suaminya tertawa lepas lagi setelah beberapa hari belakangan bergelut dengan masalah yang tak kunjung selesai. "Aduh, Sayang ... perutku sampai sakit karena ketawa tadi. Sebentar, aku mau ke toilet dulu."Daniel beranjak, turun dari tempat tidur, dan berjalan cepat ke dalam toilet kamar. Namira yang duduk di atas tempat tidur memerh
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 131. Sembuh Lahir Batin

Namira meringis, merunduk. Ia benar-benar tak ingin membalas tatapan Gita yang mengarah padanya. Gita ingin bicara tapi bibirnya tak bisa mengeluarkan kata-kata. Kemudian, terdengar jeritan. Gita menghentakan tubuh, seolah kesal dengan keadaannya. Memang benar, hati Gita menyalahkan kejadian yang menimpanya gara-gara Namira dan Nida. Kalau saja Gita tidak merasa pusing dengan dua orang itu, Gita tidak akan minum-minuman sampai ia mengalami kecelakaan. "Gita, kamu harus tenang. Tenang, Gita."Namira takut kedatangannya justru membuat kondisi Gita semakin memburuk. Setelah sedikit tenang, Gita meneteskan air mata. Namira masih tak mengeluarkan kata-kata. Ia diam, menelan saliva memandang Gita yang kepalanya diperban. Juga selang infus yang masih terpasang di punggung tangannya. Tak banyak yang dilakukan Gita. Ia hanya melirik, menangis, dan menjerit tak jelas. "Yuda, sebenarnya apa yang dikatakan dokter tentang kondisi istrimu?" tanya Daniel pada sahabatnya. Yuda melirik pada Gita,
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 132A. Dering Handphone

"Aku beneran heran sama tante Gita. Kenapa dia gak sadar-sadar? Udah dikasih musibah, masih saja kayak gitu. Astaghfirullahalazhim ...," gerutu Namira saat mereka sudah berada di dalam mobil menuju pulang ke rumah.Daniel yang duduk di balik kemudi, menoleh. Mengulas senyum tipis lalu menimpali, "Kalau Allah belum membuka hatinya sulit. Kita doakan saja semoga dia segera sadar," timpal Daniel merasa miris dengan sikap istrinya Yuda itu. Daniel juga baru tahu kalau Gita memiliki sifat seperti itu. Mungkin satu sisi Dania salah karena ingin dinikahi Yuda yang statusnya sudah menjadi suami Gita. Tapi, sisi lain, Gita pun salah karena melampiaskan amarahnya pada seorang anak yang tidak tahu-menahu tentang kelakuan kedua orang tuanya. Kini, Daniel sudah putuskan tidak akan membawa masalah kej4hatan Gita ke pengadilan. Ia akan memberi kesempatan pada wanita itu untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Semoga saja Gita bisa. Aamiin.Daniel sampai rumah sudah masuk waktu Magrib. Mereka mela
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 132B. Aman

Melihat siapa yang memanggil, ternyata Evan. "Hallo, Van?""Bi, kamu lagi ngapain?""Lagi di kamar. Mau rebahan," jawab Bianca santai. "Aku lagi di rumah sakit sendirian. Papah pulang dulu," ujar Evan, berharap Bianca mau menemaninya di rumah sakit. "Oh. Ya udah, kamu temenin mamahmu. Kasihan kan kalau tante Gita butuh apa-apa, gak ada orang di sana," timpal Bianca pura-pura tak mengerti maksud ucapan Evan. "Aku pikir kamu mau ke sini nemenin aku, Bi." Akhirnya Evan memperjelas ucapannya. Bianca terdiam sejenak, lalu menimpali, "Sorry ... bukan aku gak mau. Tapi, Papah pasti ngelarang. Lagian besok aku masih ada kuliah. Insya Allah besok aku sama Nida mau jenguk Mamah kamu, Van."Evan agak terkejut mendengar kalau Nida mau menjenguk mamahnya padahal tadi menurut cerita Yuda, Gita tidak ingin Nida datang ke rumah sakit. Evan pikir, mamahnya sangat keterlaluan."Nida mau ke sini? Mau jenguk Mamahku?" Evan meyakinkan apa yang didengarnya. "Iya. Nida sendiri tadi yang bilang setelah
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 133A. Ke RSJ

Setelah itu tidak ada yang bicara sampai mereka tiba di rumah sakit. Membuka pintu ruangan, terlihat Gita yang tengah berbaring lemah. "Ayok, masuk!" ajak Evan pada Bianca dan Nida yang masih berdiri di ambang pintu. Keduanya masuk ke dalam. Nida menggamit lengan Bianca. Ia tak bisa menutupi rasa takut akan sikap Gita padanya.Kedua mata Gita membeliak melihat kehadiran Nida di samping calon menantunya. Bibir yang menyon, menghentak-hentak, seolah ingin bicara. Begitu pula badannya, berusaha digerakkan. "Mah, tenang, Mah ... tenang ...." bujuk Evan berdiri di samping r4njang pasien mamahnya. "Hai, Tante. Kabar Tante pasti lagi gak baik, ya?" Pertanyaan Bianca membuat Gita menghentikan gerakannya. Ia menghela napas dalam-dalam. Evan dan Nida menoleh, memandang wajah Bianca yang tersenyum dan tenang. "Kalau keadaan Tante lagi gak baik, baiknya bersikap baik, Tante. Tante gak perlu panik adanya Nida di sini. Kami semua udah tau kok, selama ini Tante kan yang menyembunyikan Nida dar
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 133B. Makan Malam Dulu

Sampai rumah, Namira menyambut kedatangan suaminya penuh suka cinta, penuh kebahagiaan dan kerinduan. Bibirnya yang tipis tersenyum manis. "Mana masakannya? Udah matang belum?" tanya Daniel saat Namira bergelayut manja pada lengannya. "Udah dong ... aku udah masak yang spesial. Mau makan dulu atau mandi dulu?" tanya Namira mencondongkan wajah lebih dekat pada suaminya.Daniel tanpa aba-aba, meng3cup kening dan b1bir istrinya. "Dih, Mas Ayang. Main nyosor-nyosor aja. Kalau dilihat Bibi gimana?" Namira cemberut, tersipu malu. Daniel tersenyum lebar, melihat tingkah manja Namira. "Biarin. Aku mau mandi dulu, tapi pengen bareng kamu. Kamu udah mandi?" tanya Daniel menjawil hidung istrinya. "Udah dong. Masa menyambut suaminya pulang masih bau acem?""Hahaha ... perasaanku, kamu gak pernah bau acem. Harum, wangi sepanjang hari!" kata Daniel sambil berjalan menuju pintu kamarnya. "Bisa aja ngegombalnya.""Serius, Sayang. Oh ya, Bianca dan Nida belum pulang? Tumben sepi?" Daniel menghe
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 134. Terkejut

Pekan ini, Daniel mengajak Namira ke rumah sakit jiwa menjenguk Mutiara. "Mas Ayang ... aku takut ... takut ketemu pasien lain," ungkap Namira ketika suaminya mengajak ke rumah sakit jiwa. Mereka kini tengah duduk di samping rumah sambil memerhatikan ikan-ikan hias. "Jangan takut. Kan ada aku.""Enggak, ah ... maaf, ya ... aku gak bisa ikut," tolak Namira. Dia tidak bisa membayangkan jika bertemu dengan pasien gangguan jiwa lainnya. Namira memang belum pernah mengunjungi rumah sakit jiwa, tapi dia pernah melihat kondisi pasien di rumah sakit jiwa ketika menonton sinetron. "Sayang, kalau kamu gak ikut, aku gak nyaman berdua sama Shella. Shella juga pasti gak mau," bujuk Daniel. Ingin Namira tetap mau menemaninya. Namira terdiam, merunduk dalam. Daniel juga sebenarnya tidak mau memaksa Namira. "Maaf, Mas Ayang ... aku gak mau ...." Suara Namira sangat pelan tapi masih terdengar oleh Daniel. Lelaki itu merangkul pundak istrinya. "Mas Ayang marah?" tanya Namira mendongak, menatap wa
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 135A. Tidak Bisa Ke Sana

"Aku gak mau, ah! Males banget ngejenguk si Ulat bulu," tolak Bianca langsung, memalingkan wajah ke arah lain. Sedangkan Nida, dia tampak bingung. "Kak, emangnya tante Mutiara itu siapa?" tanya Nida yang belum mengenal siapa sosok Mutiara. Bianca menoleh, "Ulat bulu. Dulu tuh, dia suka sama papahku. Suka gatel sama papah. Sekarang katanya gara-gara papah udah nikah sama mamih, dia jadi sakit jiwa, enggak waras, jadi gila," jawab Bianca sambil melotot hingga Nida dibuat ngeri. "Hah? serius, Kak?" Nida tak percaya, kedua matanya melebar, pandangannya tertuju pada Namira dan Bianca."Serius, Nida. Mih, kenapa bukan papah aja sih yang jenguk dia? Dia kan karyawannya papah," tukas Bianca masih tak ingin mengabulkan permintaan ibu sambungnya. "Papah kamu mau tapi tante Shella gak mau berduaan sama papahmu. Kalau gak, kamu sama papahmu aja yang ke sana. Bertiga sama tante Shella.""Kenapa bukan sama Mamih?" Bianca bertanya cepat. "Aku kan lagi hamil, Bian."Bianca berpikir, menghela nap
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 135B. Disangka Menjemput

Tidak berselang lama, Bianca dan Nida sudah datang ke ruang tamu. Ia diberitahu Bi Rusmi agar segera cepat keluar kamar, Shella sudah datang. "Hai, Tante Shella," sapa Bianca yang berdiri di samping Nida. Wajah gadis itu agak masam. Terlihat sekali kalau Nida terpaksa mau menemani Bianca ke rumah sakit jiwa. Sungguh, ingin rasanya Nida menolak tapi apa daya, dia tak berani. "Hai, Mbak Bian. Kita berangkat sekarang aja, ya?""Iya, Tante. Pah, Mih, kami berangkat sekarang. Doakan kami, moga enggak terjadi hal buruk," ucap Bianca memandang wajah Daniel dan Namira. "Iya, Bianca. Mamih sama Papahmu akan mendoakan. Hati-hati," timpal Namira berlaga sayak seorang ibu pada anak kandungnya. Diam-diam Nida menahan tawa melihat tingkah lucu Namira dan Bianca. "Iya, Mih."Akhirnya Shella, Bianca dan Nida berangkat ke rumah sakit jiwa berbarengan. Ketiganya masuk ke dalam mobil milik Shella. Kendaraan itu dikemudikan oleh Shella sendiri. "Tante, nanti di sana jangan lama-lama, ya?" pinta Bian
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
36
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status