Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 201 - Bab 210

Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 201 - Bab 210

360 Bab

Bab 124B. Ancaman

Setelah kepergian Daniel dan Yuda keluar kota, Namira duduk di kursi samping rumah sambil memandang kolam berisi ikan-ikan hias. Sebentar lagi, rumah ini akan sepi. Daniel sudah berangkat, Nida juga sudah berangkat keluar kota, mungkin beberapa menit lagi Bianca akan berangkat ke kampus. "Ya Allah, Mih ... aku cari ke sana ke mari, gak taunya ada di sini," celetuk Bianca duduk di kursi samping Namira. Istri Daniel itu menelisik penampilan anak sambungnya. "Kamu mau ke kampus sekarang, Bi?""Iya. Sebentar lagi aku berangkat, lagi nunggu Evan," jawab Bianca menyandarkan punggung ke kursi. Namira menghela napas panjang, pandangannya beralih pada segerombolan ikan-ikan yang berenang di kolam. "Kamu gak bisa bolos dulu?" Pertanyaan Namira sangat pelan. Namun, Bianca bisa mendengar jelas. "Maaf, gak bisa. Aku hari ini ada presentasi. Kalau Mamih bosan di rumah, Mamih jalan-jalan ke Mall. Minta dianter Bi Rusmi atau Bu Fatma." Saran yang disampaikan Bianca tidak membuat Namira bersema
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 125A. Minta Diantar

"Mohon maaf, jangankan kata-kata Tante, nama Tante aja aku gak ingat. Emang Tante ini siapa? Kok tiba-tiba datang ke sini, duduk di sampingku terus ngomong kayak gitu."Jawaban Nida membuat Gita tersentak kaget. Raut wajah Nida yang sebelumnya sangat tegang, berubah seperti orang yang kebingungan. Tidak hanya Nida yang menunjukkan ekspresi wajah bingung, Gita juga sama. "Eh, masa kamu gak kenal aku? Kamu pasti bohong!" Gita mendorong bahu Nida yang hampir terjungkang. 'Apa jangan-jangan Nida amnesia? Wah, kalau dia lupa ingatan itu lebih bagus. Dengan begitu, rahasiaku akan tetap aman. Tapi, kok ... Namira bisa tahu kalau orang yang menyembunyikan Nida selama ini adalah aku? Ah, bikin pusing aja nih anak,' ucap Gita dalam hati. "Emang aku gak kenal. Orang gak kenal kok dipaksa kenal, aneh." Nida berkata sangat ketus. Kalau dari sikapnya, Nida memang berubah. Dia sudah tidak merasa takut lagi pada Gita. Kalau dulu, setiap diajak bicara Gita, Nida selalu merundukkan kepala. Hanya ses
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 125B. Tidak Apa-Apa

Gita sudah berada di dalam mobil. Ia kembali melajukan kendaraannya. Gita tak mengerti, kenapa sekarang Nida bisa amnesia? Rasanya tidak mungkin kalau Nida tidak mengenalnya? "Kenapa sih anak itu? Apa benar dia amnesia? Kalau emang benar, berarti bagus. Tapi, Bu Fatma bagaimana nasibnya? Apa dia udah di penjara atau justru masih di rumah Pak Daniel? Sebaiknya aku ke sana saja. Aku ingin memastikan Bu Fatma ada atau tidak, dan ingin mengancam Namira agar tidak buka mulut perihal kej4hatanku dulu."Kendaran yang ditumpangi Gita sudah memasuki halaman rumah Daniel Bragstara setelah menempuh jarak perjalanan sekitar satu jam-an. Gita mematikan mesin mobil. Ia tahu, kalau di rumah ini sekarang sudah tidak ada Daniel. Jari lentik Nida terulur menekan bel. Tidak berselang lama, terlihat wanita yang tengah berbadan dua membuka pintu."Tante Gita?" pekik Namira terkejut melihat kedatangan wanita yang telah melahirkan Evan."Hai, Non Namira. Senang sekali kita bertemu lagi," kata Gita terseny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 126. Mengenal Korban

Gita melajukan kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tak langsung pulang ke rumah, ingin mampir di salah satu restoran. Kepala Gita sangat pening, pikiran dan perasaannya sangat tidak tenang. Banyak hal yang membuatnya takut. Di dalam restoran, Gita memilih tempat duduk paling pojok. Ia mengeluarkan sebungkus r0kok, memantik, dan menghisapnya dalam-dalam. Gita juga memesan minuman beralkohol untuk menemani kesendiriannya. Sekelebat bayangan masa lalu yang kelam dan membuat dirinya terpuruk seolah menarik di pelupuk mata. Gita bagai orang tak waras. Mengisah rok0k dan menegak minuman beralkohol.Tidak terasa, waktu telah beranjak sore. Para pengunjung satu persatu berdatangan. Pandangan Gita mulai mengabur. Di atas meja, satu botol minuman beralkohol serta cemilan yang sudah habis membuat senyum Gita getir. Melirik jam dinding yang terdapat di restoran, rupanya sudah jam empat sore. Sekarang suaminya tak ada di rumah dan tidak akan pulang. Gita pulang ke rumah dalam keadaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 127A. Kelumpuhan

Kini, Gita sudah berada di ruang darurat rumah sakit. Nida sudah menghubungi Bianca agar memberitahu Evan kalau ibunya mengalami kecelakaan. Menyuruh Bianca dan Evan langsung datang ke rumah sakit untuk menemui Gita. Sebab, Nida tidak menyimpan nomor handphone Evan, maka ia menghubungi Bianca lebih dulu. "Pak Joko, Papah Yuda dikasih tau gak, ya?" tanya Nida pada lelaki yang duduk menemaninya sedari tadi. Seragam sekolah Nida penuh dengan d4rah Gita karena sempat mengangkat tubuh wanita itu menyingkir dari kendaraan. "Maaf, Non. Pak Joko juga enggak tau. Tapi, sebaiknya Mas Evan saja yang memberitahu Pak Yuda."Nida menganggukkan kepala. Ia urung memberitahu Yuda perihal Gita yang mengalami kecelakaan dan sekarang keadaannya tengah kritis. Tidak berselang lama, Evan dan Bianca datang. Pada saat Nida menghubungi Bianca, mereka sedang perjalanan pulang. "Nida, bagaimana keadaan mamahku?" tanya Evan sangat mencemaskan keadaan wanita yang telah melahirkannya. "Aku belum tau, Kak. Dar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 127B. Kelonin

"Astaghfirullah, serius, Kak? Kakak gak salah denger 'kan?" Nida tampak tak percaya mendengar kondisi Gita saat ini. Baru tadi siang Gita menemuinya. Gita sempat mengucapkan kalimat seperti ancaman. Namun, sekarang Gita sudah tidak berdaya. Dia tergolek lemah, tidak sadarkan diri. Masih mengalami koma. "Enggak, Nida. Dokter sendiri yang bilang."Hati Nida langsung mencelos. Antara kasihan dan ... entahlah. "Pantesan tadi ... kepalanya banyak mengeluarkan darah, Kak.""Kita doakan saja semoga Tante Gita cepat sadar dari komanya, cepet sembuh lagi."Nida yang mendengar ucapan Bianca meringis. Bingung, mau diaminkan atau tidak. Nida hanya khawatir kalau nanti Gita udah sembuh, akan berbuat j4hat lagi. "Eh, kamu kok bukannya diaminin malah bengong?" senggol Bianca pada gadis yang duduk di kelas tiga SMA itu. Nida tersenyum simpul, lalu menoleh pada Evan dan berbisik di telinga Bianca. "Aku takut kalau diaminkan, nanti tante Gita jahat lagi. Mending doanya diganti aja sih, Kak ...." k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 128A. Kepikiran

"Van, gimana keadaan mamahmu?" tanya Yuda, begitu sampai di rumah sakit pukul sebelas malam. Evan memeluk tubuh papahnya. Ia menangis tersedu-sedu. Meskipun Gita sikapnya beberapa hari berubah, tetapi sebelumnya Gita sosok ibu yang baik, penyayang dan perhatian pada anaknya. "Ma-Mamah mengalami pendarahan otak, Pah." Jawaban Evan terdengar bergetar. Yuda melepas pelukan. Mengajak Evan duduk di kursi tunggu. Tubuh Yuda sangat pegal melakukan perjalanan yang sangat jauh. Beruntung, masalah di Surabaya cepat selesai. Anak pemilik tanah itu langsung menyetujui harga tambahan yang diajukan Daniel hingga masalah mereka langsung terselesaikan. "Van, Papah ingin menemui mamahmu dulu.""Iya, Pah."Dengan langkah gontai, Yuda menuju ruangan ICU Gita. Wanita itu sedari tadi belum sadarkan diri. Yuda membuka pintu ruangan, menatap sendu seorang wanita yang berbaring di ranjang pasien. "Gita, kamu kenapa begini?" tanya Yuda menggenggam telapak tangan istrinya. Ia benar-benar tidak menyangka ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 128B. Tidak Akan Tertukar

Namira menghentikan gerakan tangan, menoleh ke belakang. "Kepikiran gimana?" tanya Namira memandang wajah Nida. "Kepikiran kalau dia udah sadarkan diri. Bagaimana jadinya kalau tante Gita misalnya mengalami kelumpuhan atau terkena stroke?" gumam Nida pada wanita yang tengah mengandung benih Daniel. Namira sudah menghangatkan lauk pauk dan menata di atas meja makan. Dibantu Nida yang membawakan beberapa lauk pauk yang hangat. "Kamu doakan saja, semoga Tante Gita cepet sehat lagi. Enggak usah mikir ke arah sana," ujar Namira pada gadis yang duduk di sebelahnya. "Aku kok jadi mikir, apa ini teguran untuk tante Gita ya, Kak?" tanya Nida yang merasa miris akan kondisi Gita saat ini. Namira menggelengkan kepala. "Aku gak tau, Nida. Bisa aja sih. Kita berdoa yang baik-baik aja untuk tante Gita." Namira tidak ingin berkata buruk tentang orang yang sedang mengalami koma walaupun Gita pernah berbuat buruk padanya dan pada Nida. "Kak, emang Om Daniel mau melaporkan kasus ini ke polisi?" t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 129A. Cinta Tak Bisa Dipaksa

"Bu, minum obatnya dulu, ya? Kalau Mas Ferry tau, Ibu gak pernah mau minum obat lagi, nanti marah sama saya," bujuk Tina entah sudah keberapa kalinya. Gauri benar-benar hilang semangat. Tina semakin mencemaskan keadaannya. Sejak pulang dari pengadilan, mereka memang ke rumah sakit tapi sejak itu pula Gauri tak mau minum obat. Harapan hidupnya seolah telah padam. Tidak punya semangat dalam diri. Ia merasa kalau tidak ada orang yang perhatian dan peduli lagi padanya kecuali Tina. Tetapi, bagi seorang Gauri, dia selalu merasa tidak ada orang yang peduli lagi. Maksud hati Gauri, ingin diperhatikan Ferry lagi dan ingin dipedulikan Daniel lagi. Sejak di pengadilan itu pula, nomor handphone Daniel sudah tidak dapat dihubungi. Kerinduan yang baru beberapa waktu menyergap hatinya, harus tak terlabuhkan. Saat ini, jika boleh jujur, Gauri amat sangat merindukan Daniel. Hati dan pikirannya telah tersihir oleh pesona seorang pria matang bernama Daniel Bragastara. Di mata Gauri, Daniel semakin tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 129B. Permintaan

Pintu kamar Gauri terbuka, terlihat sosok lelaki berpakaian rapi, berwajah tampan yang sudah siap berangkat kerja. Dia adalah Ferry Darmantyo. Sekarang Ferry kerja di salah satu cafe milik teman kuliahnya."Tina, aku udah mentransfer sejumlah uang gajimu selama tiga bulan. Aku minta maaf, telat bayar," ujar Ferry setelah masuk ke dalam kamar. "Ya Allah, Mas ... padahal gak usah dibayar. Saya ikhlas merawat Ibu. Ibu Gauri udah saya anggap seperti ibu sendiri apalagi sekarang saya hidup cuma sebatang kara. Udah dikasih makan di sini juga, udah makasih banget," ucap Tina apa adanya. Gauri tersenyum bahagia melihat ketulusan yang terpancar dari kedua mata gadis itu. "Ferry, kalau Tina jadi istrimu, kamu gak perlu membayarnya. Menikah saja dengan Tina, Ferry. Toh, Hesti dalam beberapa tahun ada di penjara. Sukur-sukur kamu mau menceraikannya," celetuk Gauri membuat Tina salah tingkah. Wajahnya bersemu merah karena malu. Ia tidak tahu harus menanggapi bagaimana?"Ibu bicara apa sih? Sama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
36
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status