Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 221 - Bab 230

Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 221 - Bab 230

360 Bab

Bab 136A. Mantan ODGJ

"Hah? Cepet amat, dok?" tanya Bianca keceplosan. Nida langsung menyenggol lengan Buanca agar tidak berkata demikian."Cepet apanya ya, Mbak?" tanya dokter tak mengerti. "Enggak cepet apa-apa. Hm, boleh gak, kami ingin melihat Ibu Mutiara dulu?" Kali ini yang bicara Shella. Dia tidak ingin anak bosnya itu bicara sembarangan lagi. "Oh boleh. Tadi waktu saya cek, beliau lagi di dapur, bantuin masak."Kedua mata Bianca membeliak, menoleh pada Shella dan Nida. Dia tidak menyangka kalau Mutiara sangat cepat penyembuhannya padahal Bianca berharap Mutiara lama mengalami gangguan jiwanya. Terkesan jahat memang tapi dari pada adanya Mutiara mengganggu rumah tangga Daniel dan Namira?"Oh begitu, dok.""Mari, saya antar."Bianca sebenarnya sangat malas menemui Mutiara. Akan tetapi, Nida kembali menggamit lengannya, mengajak gadis itu menemui wanita yang bernama Mutiara Indah. "Nah itu dia!" Bianca, Nida dan Shella pandangannya mengikuti dagu dokter Hana. Terlihat jelas, Mutiara sedang memoton
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 136B. Semoga Tentram

Mobil yang dikemudikan Shella telah memasuki halaman rumah Bragastara. "Tante gak mampir dulu?" tanya Bianca ketika sudah turun dari mobil. Shella yang membuka kaca jendela mobil menggelengkan kepala, "Enggak ya? Tante mau langsung pulang aja." Shella memutuskan tidak singgah lebih dulu di rumah Daniel. Ia teringat anaknya yang di rumah bersama baby sitter. "Oke deh. Makasih ya, Tante," ucap Bianca riang. "Iya, sama-sama."Mobil Shella telah keluar gerbang rumah Daniel. Bianca dan Nida masuk ke dalam rumah, berjalan beriringan. Namira dan suaminya yang tengah menunggu kepulangan mereka di ruang keluarga tersenyum bahagia karena Bianca dan Nida pulang dalam keadaan baik-baik saja. "Alhamdulillah akhirnya kalian sudah pulang," seru Namira saat Bianca dan Nida menyalami mereka. Duduk di sofa lainnya. Daniel tersenyum bahagia melihat anak gadisnya dan keponakannya pulang dalam keadaan selamat. Tidak terjadi hal buruk yang menimpa mereka. "Om Yuda ngerjain kita, Pah," ucap Bianca me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 137. Sudah Tersebar

Masuk ke dalam rumah, Mutiara mengitari sekeliling. Rumahnya rapi dan terawat. Dia pikir, selama tinggal di rumah sakit jiwa, rumahnya berantakan. Tidak akan ada orang yang sudi membersihkannya. Pikiran Mutiara langsung tertuju pada Daniel. "Pasti pujaan hatiku itu yang menyuruh orang merawat rumah ini," gumam Mutiara tersenyum bahagia.Tidak hanya rapi dan bersih, rumahnya pun harum. Membuka pintu kamar pribadinya, kedua mata Mutiara terpejam, menghirup wangi yang berasal dari dalam kamar padahal itu hanya wangi yang berasal dari pembersih lantai. Mutiara lantas duduk di sisi ranj4ng. Tangannya yang mulai mengeriput, mengusap lembut spray motif bunga mawar berwarna merah tua. Mutiara menghempaskan tubuh ke atas peraduan itu sembari membayangkan sosok Daniel yang mempesona. Sebenarnya Mutiara sangat kecewa ketika mengetahui yang datang menjemputnya dari rumah sakit jiwa bukan Daniel melainkan Shella dan Bianca. Mengingat Bianca, kedua mata Mutiara terbuka lebar. Sorot matanya beru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 138A. Sebuah Pesan

"Mas Ayang kok belum berangkat kantor? Bukannya tadi udah mau masuk mobil, kok malah duduk di sini?" tegur Namira ketika Bi Rusmi mengatakan kalau Daniel masih ada di depan rumah. Namira yang sebelumnya sudah mencivm punggung tangan suaminya kembali keluar rumah dan menghampiri. Namira duduk di pegangan kursi yang ditempati Daniel. Sebelah tangannya merangkul pundak sang suami. "Enggak tau. Tiba-tiba aku malas berangkat," jawab Daniel, memindahkan tangan Namira dari pundaknya, lalu ia genggam. "Bianca mana?" "Bianca tadi dijemput Evan. Dia udah berangkat.""Lho, bukanya tante Gita masih di rumah sakit? Evan kenapa masih anter jemput Bianca?" Namira heran, kalau Evan mengantar Bianca ke kampus, berarti Gita sendirian di sana. "Aku juga gak tau. Sayang, kamu ikut ke kantor ya?" Pandangan Daniel menusuk hati Namira. Wanita yang tengah mengandung benihnya itu melipat kening. Tidak mengerti, kenapa tiba-tiba Daniel menginginkan ia pergi ke kantor? "Memangnya kenapa? Mas Ayang, ada ap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 138B. Firasat Buruk

Mutiara telah mengenakan pakaian serba hitam. Di depan kaca meja rias, ia tertawa terbahak-bahak. Menertawakan dirinya dan menertawakan aksi yang akan dilakukannya. Mutiara tidak mau membuang waktu lagi. Sudah terlampau lama ia menunggu cinta Daniel. Terlampau sabar ia menginginkan menjadi istri Daniel. Satu persatu akan ia musnahkan penghalangnya. Hari ini, Mutiara berencana ingin melenyapkan ny4wa Namira. Sebilah pisau telah ia masukkan ke dalam tas yang dikenakan. Mutiara yakin, kalau hari ini, Namira hanya berdua dengan Bi Rusmi. Semuanya sudah terencana. Mutiara telah memikirkan rencana j4hat ini sejak di dalam rumah sakit jiwa. Wanita yang telah mengenakan pakaian gamis dan kerudung serba hitam, serta cadar yang menutupi wajahnnya, sudah siap menuju ke rumah Daniel. Ke sana, ia menaiki ojek onlie.Sampai di depan gerbang rumah Daniel, salah satu security bertanya. "Saya teman SMA-nya Namira. Saya ingin bertemu dengannya, ingin mengucapkan selamat menempuh hidup baru karena ..
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 139. Tertvsuk

Blesh! Blesh! "M4ti kau...." Bisik Mutiara tepat di depan telinga Namira. Kedua mata Namira membeliak terkejut, merasakan sakit pada sisi kanan perutnya. Mutiara mendorong tubuh istri Daniel. Namira memegang sisi perut yang terasa nyeri. Darah membasahi tangannya. Pisau yang ada di tangan Mutiara meneteskan darah segar. "Arrghh! Arrgh!" Tubuh Namira terhuyung ke belakang. Merasakan nyeri yang teramat sangat."M4ti kau, Namira! Hahaha...." teriak Mutiara sambil mengangkat pis4u, hendak menghunuskan p1sau ke perut Namira lagi. "Kak Namiraaaa!" Teriakan Nida membuat Mutiara menoleh. Ciaaaatt!Nida menendang tangan Mutiara, hingga pis4u ditangan wanita itu terpelanting. Jatuh ke atas lantai. Prang ...Mutiara terkejut mendapat tendangan mendadak dari Nida. Tak banyak pikir lagi, Nida langsung memvkul wajah Mutiara dengan kemampuan karatenya.Bugh! Satu pukulan mendarat di pipi kiri Mutiara. Tubuh Mutiara terhuyung ke kanan. Tidak sampai disitu, tendangan Nida juga mendarat sempur
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 140A. Saling Menjaga

"Kamu ada di mana, Van?" Yuda yang masih berada di tengah jalan menuju rumah sakit istrinya, menghubungi Evan. "Lagi di jalan, Pah. Ini mau balik lagi ke rumah sakit.""Papah kan semalam udah larang kamu, jangan anter jemput Bianca dulu. Temenin mamah kamu dulu, Van!" Yuda tak dapat menahan emosi. Ia memarahi anak lelakinya. Bukan tanpa sebab Yuda memarahi Evan. Itu karena Yuda tak ingin Gita mengamuk lagi. Sudah Yuda duga kalau Gita pasti akan mengamuk, dia pasti akan berpikir kalau Evan dan Yuda tidak peduli padanya, tidka perhatian padanya, lebih mementingkan orang lain. "Ya maaf, Pah. Aku bosan ... aku cuma bengong aja. Papah kan tau, aku gak bisa begitu. Lagian kondisi Mamah udah lebih baik. Udah bisa ngomong sepatah atau dua patah kata."Evan beralasan. Terlalu lama sendirian di rumah sakit membuat Evan jenuh. Tidak ada teman ngobrol. Lebih penting lagi, Evan kangen pada Bianca. "Kamu gak boleh gitu, Van. Mamah kamu itu wanita yang telah melahirkanmu. Wanita yang sayang sama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 140B. Tidak Selamat

Bianca naik ojek online menuju rumah sakit. Air matanya tak juga berhenti sepanjang jalan. Hati Bianca tak henti berdoa agar Allah memberi keselamatan pada Namira dan juga calon adiknya. "Ya Allah ya Rohman ... Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang, hamba mohon, tolong beri keselamatan pada Ibuku dan juga calon bayinya ya Allah ...."Sampai di depan gerbang rumah sakit, Bianca turun, membayar ongkos. "Kembalian uangnya, Mbak.""Ambil aja, Pak. Tapi, saya minta doanya ya. Semoga Allah menyelamatkan Ibu saya dan calon anak yang dikandungnya, ya Pak? Saya minta doanya."Seorang bapak tukang ojek online yang berusia sekitar lima puluh tahunan itu menganggukkan kepala seraya mengucapkan terima kasih dan memanjatkan doa seperti yang dipinta Bianca. Langkah kaki gadis itu sangat cepat. Ia berlari kecil menuju ruangan gawat darurat. Dari jarak beberapa meter, Bianca melihat papahnya dan juga Nida sedang duduk di bangku panjang depan ruangan tersebut. "Papah! Nida!" Bianca berteriak, be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 141A. Rekaman CCTV

Lemas sudah persendian Daniel, Nida dan Bianca. Mereka bertiga sangat terpukul akan musibah yang menimpa Namira. Mendengar penjelasan dokter, mereka semua terdiam. "Dokter terima kasih atas bantuannya," ujar Nida tersenyum pada dokter itu. Daniel dan Bianca tak dapat berkata-kata. Hanya Nida yang berusaha tetap kuat. "Iya, sama-sama. Kalian bisa lihat kondisi pasien setelah dipindahkan ke ruang rawat inap.""Iya, dok."Setelah permisi, dokter kembali masuk ke dalam ruangan. "Om, Kak Bian, kita duduk di sana lagi sambil nunggu Kak Namira dipindahkan ke ruang rawat inap," ucap Nida pada ayah dan anak itu. Mereka menurut, duduk di bangku panjang yang sebelumnya ditempati. Bianca dan Daniel tak dapat mencegah airmata yang terus-menerus membasahi wajah mereka. Daniel yang baru kemarin sore melihat perkembangan calon buah hatinya di layar monitor USG, kini janin itu telah tiada. Kedua tangan Bianca mengepal kuat mengingat kembali orang yang tega menvsuk perut Namira hingga janin yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 141B. Ketemu Pelaku

"Oh oke. Kakak jangan pergi dari rumah sendirian," pesan Nida yang mengkhawatirkan Bianca. "Iya, Nida. Aku enggak akan kemana-mana. Aku cuma mau ngobrol sama mereka, setelah itu mau ngecek rekaman CCTV. Udah sana, masuk ke dalam rumah! Cepat mandi, ganti pakaian itu!" titah Bianca pada Nida. "Iya, Kak.""Pak Joko!"Ternyata di pos jaga ada Joko, yang menjadi supir pribadi keluarga Bragastara. "Non Bianca, bagaimana keadaan Non Namira? Astaghfirullah saya gak tau, Non. Maafin saya, Non Bianca, Non Nida," ungkap Pak Joko yang tidak ada di rumah karena ia sedang disuruh mengantar Bi Rusmi. "Gak apa-apa, Pak. Alhamdulillah sekarang udah lebih baik kondisinya. Doakan semoga Mamihku cepat sehat lagi." Pandangan Bianca kembali berembun, Ia benar-benar tidak bisa menahan air matanya. Kesedihannya sangat jelas terlihat. Tidak hanya Pak Joko, security yang mempersilakan tamu misterius itu masuk ke dalam rumah pun, sangat bersedih, menyesal dan merasa bersalah. "Udah jangan pada merasa bers
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
36
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status