Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 181 - Chapter 190

360 Chapters

Bab 113B. Nanti Kecewa

Namira memegang lengan Bianca agar tidak membuat keributan di tempat ini. Namun, Bianca mengabaikan. Berjalan cepat menghampiri Hesti. Dia tidak terima kalau papahnya dikatakan brengs3k oleh wanita yang selama ini tidak peduli padanya. "Papahku bukan orang br3ngsek. Kalau kamu enggak memanfaatkan namaku untuk meminjam uang di Bank tanpa dibayar angsurannya, papahku enggak akan memenjarakanmu. Kalau kamu enggak mengancam kedua orang tua Evan, enggak mungkin papahku melaporkan kej4hatanmu. Justru Papahku terlalu sabar ngadepin wanita macam kamu!"Memang sangat tidak sopan, Bianca berbicara seperti itu pada ibu kandungnya. Tetapi, Bianca tidak suka ada orang yang menjelek-jelekkan papahnya. "Kurang aj4r kamu, Bianca. Aku ini Ibumu, Bian. Aku yang mengandung dan me--""Melahirkanku?" Sorot mata Bianca begitu tajam. Ia sangat tidak terima papanya dibilang br3ngsek sama Hesti. "Kamu cuma mengandung dan melahirkanku saja. Tapi, Papahku? Papah yang merawat dan menjagaku selama ini. Papahku
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 114A. Nih Cium!

Bianca sangat puas memperingatkan Gauri. Dia tidak suka ada wanita yang seolah mencari perhatian pada papanya. Hanya Namira yang pantas mendapatkan perhatian dari Daniel. Wanita lain tidak boleh. "Oh, kamu istrinya Daniel saya pikir... Sahabatnya Bianca," timpal Gauri membuat Bianca kembali menoleh. Sorot matanya sangat tajam. "Aku memang sahabat Bianca tapi aku juga istri papa sahabatku," jawab Namira tersenyum manis padahal Bianca sudah bersiap-siap mau menanggapi perkataan Gauri. "Oh iya. Tapi kok ... Kamu mau sama Daniel? Usia kalian kan terpaut jauh?" Kedua mata Bianca membeliak mendengar pertanyaan Gauri yang menurutnya tidak pantas. "Hei, kamu tuh ya? Enggak ada yang suruh kamu datang ke sini, gak ada yang suruh kamu tanya ini itu, please deh ... kami tuh lagi ada masalah. Kalau kamu ke sini cuma nanyain yang gak penting, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini. Jangan pikir aku gak tau akal bulusmu. Kamu ingin jadi istri papahku? Iya? Jangan ngimpi. Udah deh, mending kamu
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 114B. Nih Cium

Zovan mengantar Namira dan Bianca sampai rumah. "Pak Zo, terima kasih banyak udah nganterin aku sama mamih," ucap Bianca tersenyum manis. "Iya, Bian. Sama-sama. Jangan lupa, Minggu depan ada sidang lanjutan." Zovan mengingatkan perihal sidang Hesti. "Iya, siap.""Pak Zo, terima kasih banyak." Namira juga yang berucap. "Iya, Bu. Sama-sama." Zovan yang sudah lama mengenal keluarga Bragastara mengulas senyum. Setelah memastikan Bianca dan Namira masuk ke dalam rumahnya dengan aman, Zovan melanjutkan perjalanan hendak ke kantor Daniel, memberitahukan hasil mediasi dan persidangan tadi. ***"Bi, tadi kenapa kamu gak mau mediasi aja sih? Kasihan tante Hesti tau," celetuk Namira ketika mereka memasuki rumah. Bianca memanyunkan bibir, menarik napas panjang. "Kamu mah kasihan terus. Kalau sama orang yang baik, enggak masalah kamu merasa kasihan. Kalau sama orang yang j4hat, ya mesti diberi hukuman atas kej4hatan yang dia lakukan apalagi mamahku orangnya gak sadar-sadar. Udah tau salah,
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 115A. Tekad

Daniel masih berkutat di dalam ruangan. Ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya supaya tidak selalu merepotkan Yuda dan Shella. Dua orang itu yang kerap kali membantu Daniel menyelesaikan pekerjaannya. Suara pintu diketuk membuat gerakan tangan Daniel di atas tuts keyboard terhenti. "Masuk!" titah Daniel menunggu siapa yang datang ke ruangan. Rupanya Yuda. "Ada apa, Yud?" tanya Daniel ketika lelaki itu melangkahkan kaki ke dalam ruangan, lalu duduk di kursi yang bersebrangan dengan Daniel. "Hm ... saya mau bicara masalah Gita." Jawaban Yuda membuat dahi Daniel mengkerut. Menghela napas panjang, lalu berusaha tetap tenang. Sebenarnya Daniel tidak ingin membahas masalah ini dengan Yuda. Pikiran Daniel sedang semraut tetapi melihat eksperesi wajah Yuda, Daniel tak tega menolak ajakan Yuda membicarakan persoalan Gita. "Ada apa dengan istrimu? Apa dia tetap enggak ngaku?" telisik Daniel sambil menerka. Lelaki itu bersandar di kursi kebesaran, memutar ke kanan dan ke kiri perlahan. "Iy
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 115B. Harus Hidup

Sepanjang jalan, Gita berusaha keras agar tidak kehilangan mobil yang ditumpangi Bu Fatma. Sampai akhirnya, kendaraan itu memasuki pom bensin. Senyum Gita merekah. Dia sudah tidak sabar ingin membawa pergi Ibu Fatma. Dengan tenang, Gita pun mengantri di deretan mobil yang menunggu giliran. Beberapa menit berlalu, kedua mata Gita melihat Bu Fatma keluar dari mobil, berjalan ke arah toilet. Gita mengeluarkan mobilnya dari antrian. Ia menepikan mobil di dekat minimarket yang ada di pom bensin. Dengan gerakan cepat, Gita turun dari mobil, kemudian berjalan masuk ke dalam toilet, menelisik pintu toilet yang ada tiga. Dengan sabar, Gita menunggu Ibu Fatma keluar dari salah satu bilik toilet. "Bu Fatma!" Sebuah panggilan membuat Bu Fatma tersentak. Wanita tua itu terkejut, ia hendak masuk ke dalam toilet lagi namun lengannya dicekal kuat Gita. "Mau kemana kamu? Ayok, ikut denganku!" sentak Gita, mencekal kuat lengan Bu Fatma, menarik wanita itu agar masuk ke dalam mobilnya. Bu Fatma hen
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 116A. Saksi Kunci

“Bukan saya yang kasih tau Nida, Bu ... bukan saya ... justru saya yang dianggap pelaku p3nculik Nida sama pak Daniel. Makanya s-saya dijemput sama supirnya. Kata pak Daniel, kalau saya gak mau ikut sama supirnya, po-polisi yang jemput saya, Bu Gita ....”Terpaksa, terpaksa Bu Fatma mengarang cerita demi keselamatan dirinya. Lewat kaca spion mobil, Bu Fatma melihat ekspresi wajah Gita yang menyeringai. “Kamu gak bohong?”“Enggak, Bu. Da-daripada saya m4ti, lebih baik saya di penj4ra saja, Bu. Saya ma-masih ingin hidup,” jawab Bu Fatma sebisa mungkin membuat Gita percaya padanya. “Hahaahah ... udah tua, masih ingin hidup. Tapi, baguslah kalau Pak Daniel curiga padamu. Ya udah, kalau gitu lebih baik aku kembalikan kamu ke supir pak Daniel. Hahahaha ....” Gita sudah dapat dibohongi Bu Fatma.“Enggak apa-apa, Bu. Balikin saya ke supir pak Daniel, dari pada Ibu Gita bvnuh, saya gak mau ... saya pengen hidup ....”“Oke, oke ... aku akan balikin kamu ke si supir itu.” Gita memutar balik m
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 116B. Saksi Kunci

Kedua mata Bu Fatma membeliak. Antara percaya dan tidak percaya. Kalau memang benar, Nida ada bersama keluarga Daniel, berati tadi Gita berbohong. Hampir saja Bu Fatma terperangkap dalam kebohongan wanita itu. "Alhamdulillah ya Allah ... Nida, Ibu pengen ngobrol sama Pak Daniel. Tolong teleponnya berikan pada Pak Daniel, Nak.” “Hallo, Bu Fatma?” sapa Daniel dari ujung telepon. “Pak Daniel, apa ini dengan pak Daniel?”Bu Fatma memastikan. Dia takut kalau itu adalah orang lain. Bu Fatma mesti hati-hati. “Iya, Bu. Saya Daniel Bragastara. Om nya Nida. Ibu, Ibu tadi dari mana sampai Pak Joko nyariin di pom bensin?”Bu Fatma menghela napas berat. Ia jadi merasa bersalah pada Pak Joko. Tetapi, itu juga bukan keinginannya. Untung saja, Bu Fatma punya ide meski ide itu penuh kebohongan. Terpenting, sekarang Ibu Fatma dan Nida tidak bersama Gita. “Mohon maaf, Pak ... Bukan saya mau melarikan diri tapi tadi di toilet pom bensin, ada Ibu Gita. Dia yang memaksa saya masuk ke dalam mobilnya.”
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 117. Cemas

"Bagaimana nanti aja. Om cuma pengen, Gita mengakui kesalahannya. Kalau dia tetap bersikukuh enggak mau mengakui kej4hatan yang pernah diperbuat, Om gak akan tinggal diam. Akan membawa kasus ini ke jalur hukum."Bianca menghela napas berat. Belum kelar permasalahan hukum Hesti, sekarang mau ditambah dengan kasus hukum Gita. Ibu kandung Bianca dan ibu kandung Evan, sama-sama terjerat kasus hukum pada keluarga Bragastara. Ketiga wanita itu terdiam. Mereka tahu, keputusan Daniel tidak bisa diganggu gugat. "Aku mau telepon Yuda dulu," kata Daniel beranjak pergi. Bianca yang duduk di antara Namira dan Nida, mendapat pelukan dari mereka berdua. "Bi, kamu jangan sedih. Insya Allah, masalah ini enggak akan berimbas pada hubunganmu dengan Evan. Jangan sedih, ya?" ucap Namira berusaha menghibur hati anak sambungnya. "Iya, Kak. Semoga aja, tante Gita mau mengakui kesalahannya.""Aaamiin."*** Daniel masuk ke dalam ruang kerja. Saat ini, ia ingin menghindari tiga wanita itu. Tidak ingin gar
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 118A. Mempersiapkan Diri

"Aku lagi gak mau diganggu. Kenapa? Kamu cerita sesuatu?" Bianca balik bertanya. Bianca ingin mendengar cerita Evan tentang mamahnya. Apakah Gita mengelak di depan Evan kalau dirinya mengaku dirinya yang mencvlik Nida? Atau justru sebaliknya? "Kamu aja yang cerita. Tadi gimana di pengadilan? Semuanya lancar?" tanya Evan yang sebisa mungkin tidak mau bercerita tentang wanita yang telah melahirkannya. "Alhamdulillah lancar. Tadi baru mediasi, Minggu depan baru sidang lanjutan," jawab Bianca agak malas bercerita. Evan menghela napas lega. Ia kemudian kembali bertanya, "Insya Allah sidang lanjutan nanti, aku usahakan datang menemanimu, Bi." Bianca tersenyum sinis, ia tak ingin kena bujuk rayu Evan. Mau Evan datang atau tidak, Bianca akan bersikap bodo amat. "Enggak perlu kamu repot-repot datang ke persidangan kasus mamah Hesti, Van. Kamu datang ke persidanganmya nanti saja, kalau kasus persidangan ibu kandungmu sudah digelar," sindir Bianca pada Evan yang tadi pagi tidak mau m
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 118B. Mensyukuri Nikmat

Nida sangat terharu mendengar ucapan Bianca. Ia memeluk tubuh anak gadis Daniel itu. "Makasih, Kak ... aku terharu banget. Aku sangat bersyukur punya keluarga yang sangat sayang dan peduli padaku. Kak, aku gak apa-apa."Bianca membalas pelukan Nida. "Udah seharusnya aku kayak gini. Sebelumnya emang, aku takut sekali kedatanganmu ke rumah ini akan membuat hubunganku dan Evan hancur, karena kamu anak Om Yuda dari tante Dania. Tapi, setelah aku pikir-pikir lagi, kalau aku lebih mengutamakan Evan yang belum tentu jadi jodohku, kok rasanya rugi. Sedangkan kamu, kamu udah jelas saudaraku. Ada darahku dalam darahmu. ada darahmu dalam darahku. Pokoknya Nida ...." Bianca melepaskan pelukan Nida, memegang kedua bahu gadis yang baru duduk di bangku kelas 3 SMA. "Kalau ada orang yang berusaha nyakitin kamu, kamu harus kasih tau aku. Mau itu teman di sekolah, orang di luar sana atau tante Gita sekalipun, kamu harus bilang sama aku. Oke?"Nida menganggukkan kepala, tersenyum bahagia. Seumur hidu
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
36
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status