Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 116A. Saksi Kunci

Share

Bab 116A. Saksi Kunci

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 14:22:37

“Bukan saya yang kasih tau Nida, Bu ... bukan saya ... justru saya yang dianggap pelaku p3nculik Nida sama pak Daniel. Makanya s-saya dijemput sama supirnya. Kata pak Daniel, kalau saya gak mau ikut sama supirnya, po-polisi yang jemput saya, Bu Gita ....”

Terpaksa, terpaksa Bu Fatma mengarang cerita demi keselamatan dirinya. Lewat kaca spion mobil, Bu Fatma melihat ekspresi wajah Gita yang menyeringai.

“Kamu gak bohong?”

“Enggak, Bu. Da-daripada saya m4ti, lebih baik saya di penj4ra saja, Bu. Saya ma-masih ingin hidup,” jawab Bu Fatma sebisa mungkin membuat Gita percaya padanya.

“Hahaahah ... udah tua, masih ingin hidup. Tapi, baguslah kalau Pak Daniel curiga padamu. Ya udah, kalau gitu lebih baik aku kembalikan kamu ke supir pak Daniel. Hahahaha ....” Gita sudah dapat dibohongi Bu Fatma.

“Enggak apa-apa, Bu. Balikin saya ke supir pak Daniel, dari pada Ibu Gita bvnuh, saya gak mau ... saya pengen hidup ....”

“Oke, oke ... aku akan balikin kamu ke si supir itu.”

Gita memutar balik m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 116B. Saksi Kunci

    Kedua mata Bu Fatma membeliak. Antara percaya dan tidak percaya. Kalau memang benar, Nida ada bersama keluarga Daniel, berati tadi Gita berbohong. Hampir saja Bu Fatma terperangkap dalam kebohongan wanita itu. "Alhamdulillah ya Allah ... Nida, Ibu pengen ngobrol sama Pak Daniel. Tolong teleponnya berikan pada Pak Daniel, Nak.” “Hallo, Bu Fatma?” sapa Daniel dari ujung telepon. “Pak Daniel, apa ini dengan pak Daniel?”Bu Fatma memastikan. Dia takut kalau itu adalah orang lain. Bu Fatma mesti hati-hati. “Iya, Bu. Saya Daniel Bragastara. Om nya Nida. Ibu, Ibu tadi dari mana sampai Pak Joko nyariin di pom bensin?”Bu Fatma menghela napas berat. Ia jadi merasa bersalah pada Pak Joko. Tetapi, itu juga bukan keinginannya. Untung saja, Bu Fatma punya ide meski ide itu penuh kebohongan. Terpenting, sekarang Ibu Fatma dan Nida tidak bersama Gita. “Mohon maaf, Pak ... Bukan saya mau melarikan diri tapi tadi di toilet pom bensin, ada Ibu Gita. Dia yang memaksa saya masuk ke dalam mobilnya.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 117. Cemas

    "Bagaimana nanti aja. Om cuma pengen, Gita mengakui kesalahannya. Kalau dia tetap bersikukuh enggak mau mengakui kej4hatan yang pernah diperbuat, Om gak akan tinggal diam. Akan membawa kasus ini ke jalur hukum."Bianca menghela napas berat. Belum kelar permasalahan hukum Hesti, sekarang mau ditambah dengan kasus hukum Gita. Ibu kandung Bianca dan ibu kandung Evan, sama-sama terjerat kasus hukum pada keluarga Bragastara. Ketiga wanita itu terdiam. Mereka tahu, keputusan Daniel tidak bisa diganggu gugat. "Aku mau telepon Yuda dulu," kata Daniel beranjak pergi. Bianca yang duduk di antara Namira dan Nida, mendapat pelukan dari mereka berdua. "Bi, kamu jangan sedih. Insya Allah, masalah ini enggak akan berimbas pada hubunganmu dengan Evan. Jangan sedih, ya?" ucap Namira berusaha menghibur hati anak sambungnya. "Iya, Kak. Semoga aja, tante Gita mau mengakui kesalahannya.""Aaamiin."*** Daniel masuk ke dalam ruang kerja. Saat ini, ia ingin menghindari tiga wanita itu. Tidak ingin gar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 118A. Mempersiapkan Diri

    "Aku lagi gak mau diganggu. Kenapa? Kamu cerita sesuatu?" Bianca balik bertanya. Bianca ingin mendengar cerita Evan tentang mamahnya. Apakah Gita mengelak di depan Evan kalau dirinya mengaku dirinya yang mencvlik Nida? Atau justru sebaliknya? "Kamu aja yang cerita. Tadi gimana di pengadilan? Semuanya lancar?" tanya Evan yang sebisa mungkin tidak mau bercerita tentang wanita yang telah melahirkannya. "Alhamdulillah lancar. Tadi baru mediasi, Minggu depan baru sidang lanjutan," jawab Bianca agak malas bercerita. Evan menghela napas lega. Ia kemudian kembali bertanya, "Insya Allah sidang lanjutan nanti, aku usahakan datang menemanimu, Bi." Bianca tersenyum sinis, ia tak ingin kena bujuk rayu Evan. Mau Evan datang atau tidak, Bianca akan bersikap bodo amat. "Enggak perlu kamu repot-repot datang ke persidangan kasus mamah Hesti, Van. Kamu datang ke persidanganmya nanti saja, kalau kasus persidangan ibu kandungmu sudah digelar," sindir Bianca pada Evan yang tadi pagi tidak mau m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 118B. Mensyukuri Nikmat

    Nida sangat terharu mendengar ucapan Bianca. Ia memeluk tubuh anak gadis Daniel itu. "Makasih, Kak ... aku terharu banget. Aku sangat bersyukur punya keluarga yang sangat sayang dan peduli padaku. Kak, aku gak apa-apa."Bianca membalas pelukan Nida. "Udah seharusnya aku kayak gini. Sebelumnya emang, aku takut sekali kedatanganmu ke rumah ini akan membuat hubunganku dan Evan hancur, karena kamu anak Om Yuda dari tante Dania. Tapi, setelah aku pikir-pikir lagi, kalau aku lebih mengutamakan Evan yang belum tentu jadi jodohku, kok rasanya rugi. Sedangkan kamu, kamu udah jelas saudaraku. Ada darahku dalam darahmu. ada darahmu dalam darahku. Pokoknya Nida ...." Bianca melepaskan pelukan Nida, memegang kedua bahu gadis yang baru duduk di bangku kelas 3 SMA. "Kalau ada orang yang berusaha nyakitin kamu, kamu harus kasih tau aku. Mau itu teman di sekolah, orang di luar sana atau tante Gita sekalipun, kamu harus bilang sama aku. Oke?"Nida menganggukkan kepala, tersenyum bahagia. Seumur hidu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 119A. Panjang Umur

    Gita sudah sampai di rumah tepat tengah malam. Tubuh wanita itu sangat lelah. Seharian bepergian. Pagi hari, dia belanja bulanan bersama anak kandungnya. Pulang belanja, dia kedatangan tamu Daniel. Gita tak menyangka pada akhirnya Daniel menduga kalau dirinya yang mencvlik Nida selama ini. Setelah itu, Gita pergi keluar kota, ingin menemui Ibu Fatma namun ternyata kabar baik ia dapatkan. Menurut Bu Fatma, dialah yang dijadikan pelaku pencvlikan Nida selama ini. Gita sangat bersyukur karena sekarang dia bisa menghirup napas lega apalagi Bu Fatma sendiri yang bilang, lebih baik dirinya di penjara dari pada dibvnuh Gita. "Mamah? Mamah dari mana aja, Mah? Papah dari pulang kantor sampai sekarang lagi nyariin Mamah?" cecar Evan dengan beberapa pertanyaan saat mendengar suara bel, lalu membuka pintu depan rumah. Sedari tadi, Evan memang belum tidur. Pikirannya sangat kalut dan tak menentu. Ia kepikiran ucapan Bianca. Ia juga mencemaskan keadaan wanita yang telah melahirkannya. "Jangan ban

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 119B. Geli

    Daniel mengulum senyum, menarik tubuh istrinya dalam pelukan. Usia Daniel sudah tua, tidak seperti Namira. Kemungkinan besar, mungkin Daniel yang akan lebih dulu meninggal dunia. Tetapi, jatah usia seseorang tidak juga dipastikan karena usia yang sudah tua atau usia yang masih muda bukan?"Aamiin. Kelak, kalau aku m4ti duluan, kamu harus nikah lagi. Cari suami yang enggak cuma mau terima kamu tapi cari suami yang mau menerima anak kita juga."Hati Namira sangat bersedih mendengar saran yang dikatakan suaminya. Dalam benaknya, Namira tak ada selintas pun dalam pikirannya akan menikah lagi jika Daniel lebih dulu meninggalkan dunia ini. "Kalau aku yang m4ti duluan, apa kamu akan menikah lagi?" tanya Namira menatap lekat lelaki yang dicintainya. Daniel terkekeh mendengar pertanyaan Namira. "Enggak mungkin, Sayang. Siapa pula yang mau sama aku. Aku ini udah tua, gak ada wanita yang mau sama aku," ujar Daniel menangkupkan kedua tangan di wajah sang istri. "Kata siapa gak ada yang mau? T

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 120A. Menyindir

    Namira dan Daniel telah keluar kamar. Mereka hendak menyantap sarapan bersama. Pandangan keduanya tertuju pada seseorang yang tengah membantu Bi Rusmi. "Kak Namira, Om," panggil Nida menyadari pasangan suami istri itu telah datang. "Pagi, Nida," sapa Namira sembari tersenyum. Bi Rusmi dan Bu Fatma menoleh, menganggukkan kepala pertanda hormat. Nida berdiri, menggamit lengan Bu Fatma. "Om, Kak, ini Bu Fatma. Perempuan yang selama ini merawatku. Bu, itu Om aku ... itu istrinya Om."Semalam NIda sudah bercerita sebagian tentang Daniel dan Namira. Nida juga sudah bilang pada Bu Fatma kalau istri om nya itu masih muda dan cantik. Bu Fatma mendekati Daniel dan Namira, mengulurkan sebelah tangan. Namira tanpa ragu menyambut dan mengenalkan dirinya. Begitu pula Daniel. "Bu Fatma, terima kasih banyak udah menjaga dan merawat Nida selama ini," ucap Namira tersenyum ramah ketika selesai berjabat tangan. "Iya, Non. Sama-sama. Alhamdulillah di sini, Nida bahagia. Terima kasih udah memperlak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 120B. Terdengar

    Nida berangkat lebih dulu, ia menyalami semua orang yang ada di dalam rumah itu termasuk Bi Rusmi. Tidak lama Nida berangkat ke sekolah, giliran Daniel dan Bianca. Bianca lebih dulu masuk ke dalam mobil. Ia melihat gerbang depan rumah yang menjulang tinggi. Ternyata benar, Evan lebih memprioritaskan mamahnya ketimbang dirinya. "Memangnya Evan udah tau kalau mamahnya yang mencvlik Nida?" tanya Daniel ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju meninggalkan halaman luas rumah mereka."Mungkin tau tapi dia mengelak. Enggak percaya gitu."Daniel teringat kekhawatiran Namira tentang hubungan Bianca dan Evan. Ternyata benar kata Namira, kalau masalah ini akan berimbas pada hubungan anak kandungnya dengan Evan. "Kamu jangan melibatkan hubunganmu dengan kej4hatan yang dilakukan Gita pada Nida. Kalian harus tetap baik-baik aja, Bi," timpal Daniel masih berharap kalau Evan dan anak gadisnya berjodoh. Bianca merunduk sejenak, lalu memalingkan wajah ke luar jendela."Kamu udah jatuh cinta sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 221. Gara-gara Kamu!

    "Dari tadi aku teleponin enggak aktif nomornya, Bang."Alea semakin mencemaskan keadaan kakaknya. Dia tidak tahu lagi kemana mencari keberadaan Axel. "Lea, coba kamu tanya ke temen-temennya. Barang kali aja mereka ada yang tau. Sekarang Abang enggak bisa bantu nyariin Axel. Kamu lihat sendiri, pengunjung lagi banyak.""Iya, Bang. Enggak apa-apa. Ya udah deh, aku pamit dulu."Alea membalikkan badan, menghampiri Nida yang duduk di salah satu kursi cafe. "Tante, Kak Axel enggak ada di sini," ujar Alea menunjukkan raut wajah lesu. "Kemana?""Enggak tau. Handphone-nya juga enggak aktif.""Coba kamu tanyain ke teman-temannya. Kali aja ada yang tau."Nida memberi saran sebab ia juga tidak tahu tempat yang biasa Axel kunjungi. Tempat tongkrongannya. "Aku enggak punya nomor teman-teman Axel," jawab Alea cemberut. Pikirannya mengingat tempat yang biasa Axel kunjungi selain cafe. "Alea, mungkin enggak, kalau Axel udah kembali pulang ke rumah?"Alea mendongak, menatap lekat Nida. "Benar jug

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 220. Kemana Perginya?

    Ibu Ros sangat geram mendengar jawaban anak sulungnya. Tidak menyangka jika Hanif membantah perintahnya. Selama ini, Hanif selalu mengabulkan segala perintah ibu Ros. Tapi sekarang, dengan berani Hanif menolak?"Berani sekali kamu nolak perintah Mama, Hanif?" sentak ibu Ros masih tak terima dengan jawaban Hanif. "Ma, kalau Mama minta uang, minta ini dan itu, aku pasti kabulin. Tapi kalau minta aku nikah lagi atau ceraikan Nida, aku minta maaf, Ma. Aku enggak akan pernah mengabulkannya!" Hanif masih dalam pendiriannya. Tidak akan pernah menceraikan Nida walau ibu Ros sendiri yang mendesak. "Hanif, Nida udah izinin kamu. Dia izinin kamu nikah tapi---""Tapi, aku harus menceraikannya dulu 'kan?" sela Hanif sebelum ibu Ros menyelesaikan ucapannya. "Enggak, Ma. Aku enggak akan menceraikannya."Tanpa berkata apa-apa lagi, Hanif beranjak, meninggalkan wanita yang telah melahirkannya. Ia tak mau berdebat lebih lama lagi. Hanif takut semakin tersulut emosi. Walau bagaimana pun, ibu Ros adal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 219. Menolak

    "Maaf, Tante. Teleponnya nanti lagi, ya? Guruku udah datang. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam."Untung saja guru Kimia datang ke kelas Alea. Kalau tidak? Alea bingung menjawab pertanyaan Nida. Usai menelepon Alea, Nida bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Setelah menemani Shella bertemu dengan klien, Nida berencana akan ke sekolah si kembar. Ingin memastikan apakah Axel masuk sekolah atau tidak? Biar bagaimana pun, Nida lah yang memberitahu tentang kebenaran kedua orang tua Axel dan Alea. Hingga akhirnya sekarang Axel kabur dari rumah. Tiba-tiba Nida teringat Bianca. Apa Bianca akan marah padanya? Tadi sewaktu melewati ruangan Bianca, tampak sepi. Apa mungkin Bianca tidak masuk kantor?*** "Hanif, kamu udah pulang, Nak?" tanya ibu Ros ketika anak kandungnya berdiri di depan pintu rumah. Ia mencium punggung tangan ibu Ros meski sempat kecewa dengan wanita yang telah melahirkannya itu. "Udah, Ma. Aku mau ke kamar dulu," seloroh Hanif yang berusaha menghindar ibu Ros. Ia takut kala

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 218. Tinggal Di Mana?

    Semenjak kejadian kemarin, rumah Bragastara terasa sepi. Tidak ada lagi keributan antara Axel dan Alea. Bianca tak sanggup jika di rumah terus, mengingat kemarahan Axel padanya. Axel yang selama ini dianggap adik sendiri, kini amat sangat kecewa padanya. "Kamu mau ke kantor?" tanya Evan setelah mengenakan jas. Evan pun sudah memutuskan berangkat ke kantor meski kondisi kesehatannya belum terlalu pulih. "Iya. Aku mau ke kantor saja. Di rumah sepi. Enggak ada anak-anak." Jawaban Bianca membuat kedua pundak Evan menurun. "Bi, berhentilah menganggap mereka anakmu. Axel dan Alea itu adik-adikmu," tandas Evan, sangat kesal setiap kali Bianca ingin dianggap orang tua oleh mereka. "Apa salahnya kalau aku ingin dianggap mamanya? Apa ada yang salah?" tuntut Bianca menatap penuh emosi suaminya. "Enggak salah kalau dari awal kamu bilang yang sebenarnya, Bi ... sekarang lihat mereka. Akibat keputusanmu, Axel membencimu. Apa kamu enggak sadar juga?"Emosi dalam diri Evan sudah tidak dapat dik

  • Benih Papa Sahabatku   Bbab 217. Cuma Kamu

    "Udah gila ibunya si Hanif. Enak bener dia bilang gitu. Terus kamu bilang apa? Ngizinin Hanif nikah lagi? Mau kamu dipoligami?"Shella tersulut emosi. Sejak dulu, Shella sudah sangat geram melihat tingkah laku keluarga Hanif. Mereka semua benalu dan penjilat. Sering kali meminta uang pada Nida. "Enggaklah, Ma. Aku minta diceraikan kalau Mas Hanif mau poligami. Aku sadar diri, bukan wanita yang ikhlas dan penyabar. Enggak sanggup kalau harus berbagi suami dengan wanita lain." Masih dengan sikap santai, Nida menjawab pertanyaan ibu sambungnya. Shella begitu miris mendengar cerita yang disampaikan Nida. Kasihan Nida. Semasa hidupnya selalu saja ada masalah yang dihadapi."Tapi, Nida ... Kayaknya Hanif enggak mungkin menceraikanmu. Dia sangat mencintaimu. Mama yakin itu."Sebisa mungkin, Shella menghibur Nida. Dibalik sikap tenang dan santainya, Shella yakin sebetulnya Nida pun bersedih. Nida tersenyum miring mendengar tanggapan Shella. "Kalau mamanya yang minta, ada kemungkinan Mas H

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 216. Izin Nikah Lagi

    "Sudahlah, Ma. Jangan ngomong macam-macam. Aku enggak mungkin menceraikan dia!"Senyum yang sebelumnya terlihat di wajah ibu Ros, seketika lenyap. "Hanif, mau sampai kapan kamu enggak punya anak? Dia itu mandul! Keturunan mandul, Hanif!"Ibu Ros tersulut emosi. Tak menyangka jika anak sulungnya berani melawan perintah padahal sebelumnya tidak pernah."Aku enggak peduli, Ma. Nida mandul atau tidak, aku enggak akan ceraikan dia. Aku sayang Nida, Maaaa ... aku cinta dia ...."Memang, Hanif begitu mencintai Nida. Sejak dulu hingga sekarang cintanya tak pernah berubah. "Halah, cinta, sayang! Kamu itu buta, Hanif! Umurmu udah tua. Tapi, sampai sekarang belum juga punya anak. Kalau kamu udah tua nanti, udah enggak bisa beraktivitas lagi, siapa yang akan menyayangimu? Kamu lihat, Nida. Dia masih muda. Mama yakin, kalau kamu udah sakit-sakitan pasti dia ninggalin kamu! Kalau dia ninggalin kamu, kamu mau sama siapa? Anak enggak punya!"Hanif memejamkan kedua mata, memijat pelipis. Tidak perna

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 215. Ceraikan Dia!

    "Apa hubungannya?" Bukannya menjawab, Axel justru balik tanya. Alea manyun, memukul bahu kakaknya. "Pulang ke rumah lagi, Kak. Kasihan mama tau! Nangis terus." Alea mengingat kembali kesedihan yang dialami Bianca. Axel bersikap santai, pandangannya lurus ke depan. "Aku masuk kelas dulu!" Tanpa menanggapi ucapan adiknya, Axel masuk ke dalam kelas. Alea benar-benar dibuat kesal. Rencana mengajak Axel kembali ke rumah gagal lagi. *** "Jam segini baru bangun! Pantas saja asam lambung Hanif sering kumat! Istrinya saja malas menyiapkan sarapan," celetuk ibu Ros saat Nida baru datang ke ruang meja makan. Ibu Ros yang tengah sarapan roti tawar, melirik Nida yang mengacuhkan. "Kamu dengar Mama enggak, Nida?" Sentak ibu Ros. Kedua mata seperti hendak melompat. Amarah terlihat jelas dari raut wajah. "Denger," sahut Nida cuek. Melihat sikap menantunya seperti itu, Ibu Ros semakin marah dan membenci. "Kalau kamu denger, harusnya bangun pagi! Siapin sarapan!" Lagi, Nida te

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 214. Mau Pulang Enggak?

    "Enggak. Mami enggak melakukan kesalahan apapun, Lea. Mami orang yang baik. Namira sahabatku, ibu sambungku yang paling baik bahkan kebaikannya melebihi ibuku sendiri." Bianca langsung menyanggah pertanyaan Alea. Gadis itu tertunduk sesaat, menghela napas berat. "Lalu, kenapa Mama merahasiakan mereka adalah orang tua kandungku?" Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Alea membuat Bianca tersentak. Kedua matanya membeliak lalu sikap berubah salah tingkah. "Bu-bukan maksud ingin merahasiakan ta-tapi ...."Tak sanggup, Bianca meneruskan kalimat. Teringat kekurangan dalam diri bahwa sebetulnya Bianca tak bisa memberikan keturunan untuk Evan karena ia telah divonis mandul oleh dokter. "Ya udah, Ma. Enggak usah diucapkan kalau memang alasannya akan menyakitiku atau menyakiti hati Mama lagi."Alea mencoba berpikir bijak. Tak ingin wanita yang telah merawatnya penuh kasih sayang itu bersedih dan menangis lagi. "Bukan begitu, Lea. Ma-Mama ....""Kenapa kamu masih saja menyebut diri

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 213. Kesalahan

    Alea terdiam, tidak langsung menanggapi rintihan wanita yang selama ini telah dianggap ibu kandungnya sendiri. "Ma, sudah, Ma ... jangan nangis ya? Seharian ini Mama nangis terus. Nanti Mama sakit ...." ucap Alea berusaha menenangkan Bianca. Istri Evan itu menggelengkan kepala berulang kali. Sekarang Bianca telah menyesal karena telah membohongi kedua adiknya belasan tahun lamanya. Selama ini, Bianca dan Evan selalu menanamkan sifat jujur pada si kembar. Namun, dia sendiri yang tidak jujur pada mereka. Bianca merasa sangat jahat pada Axel dan Alea. Bianca meraih salah satu telapak tangan Alea, menggenggamnya erat. "Alea, maafkan Mama, Nak ... maafin Mama ... Mama udah jahat sama kamu. Udah bohongi kamu dan Axel. Maafin Mama, Lea ...." Sangat sungguh-sungguh Bianca mengucapkan kata maaf. Tampaknya Bianca sangat menyesal dan bersedih karena telah merahasiakan kedua orang tua kandung Axel dan Alea. "Jangan minta maaf terus, Ma ... Aku dan Kak Axel udah maafin Mama. Udah ya, Ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status