Share

Bab 180A. Maaf

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-02-09 08:21:46

"Nida, kamu kan gak bawa baju ganti. Nanti kalau mau ganti baju, mau pake baju Evan?" celetuk Bianca pada Nida yang sudah berdiri di dekat Gita, Yuda dan Evan. Dia masih tidak ingin kalau Nida tinggal satu rumah dengan Gita. Bianca belum seratus persen percaya kalau Gita sikapnya berubah.

Nida cemberut, baru ingat kalau dirinya belum bawa baju ganti.

"Udah gak apa-apa, nanti Om suruh Pak Joko yang nganterin ke sini."

Senyum Nida langsung sumringah, hatinya sangat bahagia karena Daniel menyetujui dirinya menginap di rumah Yuda.

"Makasih banyak, Om."

"Iya, sama-sama. Ibu Gita, saya titip keponakan saya," kata Daniel tegas.

Gita mengulas senyum tipis, menganggukkan kepala seraya berucap, "Iya, Pak Daniel. Saya akan menjaga Nida seperti anak saya sendiri," ucap Gita berusaha meyakinkan Daniel dan yang lainnya. Namun tidak bagi Bianca. Gadis itu masih tidak percaya dengan calon ibu mertuanya.

"Baik, terima kasih. Kami pamit pulang, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

****

"Pah, kenap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 180B. Tidak Percaya

    "Enggak apa-apa, Nida. Mamah terima kok kalau emang itu terjadi. Ya udah, Mamah dan Papahmu mau masuk kamar dulu. Kamu juga harus istirahat ya. Kamarmu di atas," ucap Gita sebelum meninggalkan Nida yang duduk di kursi meja makan. "Iya, Mah.""Nida, Papah mau istirahat dulu.""Iya, Pah."Nida menarik napas panjang melihat kedua orang itu pergi meninggalkannya. Nida pikir, malam ini mereka akan berbincang banyak hal. Kehangatan sebuah keluarga. Ternyata baru jam delapan malam saja, Yuda dan Gita sudah masuk ke dalam kamar. Tinggallah Nida dan Evan yang masih di ruang makan. "Nida, tadi Bianca telepon aku. Katanya kamu betah gak di sini? Aku bilang, kamu betah. Benar 'kan?" Evan sengaja membiacarakan hal lain sebab ia tahu kalau Nida pasti bersedih melihat kedua orang tuanya masuk ke dalam kamar. "Betah dong, Kak. Ya udah, Kak ... aku masuk kamar duluan ya?""Iya. Met istirahat, Nida.""Kak Evan juga."Nida meninggalkan Evan seorang diri. Nida menaiki anak tangga yang menghubungkan k

    Last Updated : 2025-02-09
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 181A. Dianggap Berubah

    Tubuh Nida gemetar dibentak Yuda. Tak menyangka kalau Yuda tidak mempercayai ucapannya. Hati Nida seketika remuk. Airmata tak bisa dibendung lagi, membasahi wajah gadis belasan tahun itu. Jika boleh jujur, Nida juga sebenarnya tidak percaya kalau Gita yang masuk ke kamar dan membekap mulutnya dengan bantal. Tetapi, pakaian yang dikenakan Gita sama persis dengan pakaian yang dikenakan orang itu. Begitu pula wajahnya, sangat mirip dengan wajahnya. Hanya saja, kenapa orang itu bisa berjalan sedangkan Gita masih lumpuh? "Ya Allah, sebenarnya siapa orang yang masuk kamar ini? Siapa yang membekap wajahku? Aku sangat yakin dia adalah tante Gita tapi nyatanya, tante Gita belum bisa jalan." Hati Nida terus bertanya-tanya. Dia bingung dan bersedih kenapa mesti terjadi masalah ini padanya? Seketika, Nida ingin pergi dari rumah ini. Hati Nida sangat kecewa karena Yuda telah membentak dan tidak percaya padanya. Nida bangkit dari tempat tidur. Mengemasi pakaian. Ia ingin pergi malam ini juga. Te

    Last Updated : 2025-02-09
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 181B. Jawab Dengan Jujur

    Pagi hari, seperti biasa keluarga Yuda berkumpul di ruang meja makan. Mereka hendak sarapan. Yuda menoleh kanan dan kiri, mencari keberadaan Nida. "Cari apa, Mas?" tanya Gita merasa heran dengan sikap suaminya yang tengok kanan dan kiri. "Nida belum bangun?" Yuda justru bertanya balik. "Oh mungkin, dia masih tidur atau mungkin masih kesal sama kita, Mas. Soalnya kan ...." Gita menggantung kalimat. Evan yang tidak tahu menahu kejadian semalam mengkerutkan kening. "Soalnya apa, Mah?" Evan bertanya bingung. Yuda menghela napas berat, menoleh pada Gita."Semalam itu, Nida menuduh Mamahmu masuk ke dalam kamarnya lewat balkon kamar. Nida juga bilang, katanya wajah dia disekap oleh seseorang. Nah terus, Nida bilang ... orang itu Mamahmu, Van," ujar Yuda apda anak lelakinya. Gita tidak bicara, ia ingin Yuda yang bicara langsung pada Evan. "Maksudnya Nida, mamah ke kamar dia lewat pintu balkon kamarnya dan ... membekap wajah dia?" Evan memperjelas cerita papahnya. Gita menganggukkan kepa

    Last Updated : 2025-02-09
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 182A. Lagi Di Mana?

    "Gita, jawab dengan jujur. Kenapa kamu diam saja? Apa benar yang dikatakan Nida kalau kamu ---""Mas ...," sela Gita menoleh pada Yuda dan menatapnya lekat. "Apa kamu gak lihat kondisi kakiku?"Yulia yang terkejut melihat reaksi kedua majikannya, izin permisi pergi meninggalkan ruang makan. Evan menghela napas, tidak ingin menyela perbincangan antara Yuda dan Gita. "Ya tapi, kenapa perhiasan gelang ini ada di balkon kamar Nida?""Mungkin dia mencurinya!" tandas Gita cepat. Dia tidak mungkin mengakui perbuatannya. Evan yang mendengar tuduhan Gita langsung membeliakkan kedua mata dan duduk dengan tegak. "Mah, jangan nuduh Nida sembarangan! Aku rasa gak mungkin kalau Nida mengambil perhiasan Mamah." Evan sontak membela Nida. "Nida aja nuduh Mamah masuk ke dalam kamarnya, Van!" Gita melotot, membela diri dari ucapan Evan. Evan jadi bingung sendiri. Bingung, apakah yang benar adalah Gita atau justru Nida. "Kalau emang Nida gak ngambil perhiasan Mamah, Nida gak nuduh Mamah masuk ke da

    Last Updated : 2025-02-10
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 182B. Tidak Sudi

    Bianca terhenyak, baru ingat kalau Nida punya nomor handphone. "Aduh aku sampe lupa telepon dia. Sebentar!"Daniel tak bicara apa-apa. Ia hanya menyesali keputusannya mengizinkan Nida tinggal di rumah Yuda. "Ya Allah, hapenya malah gak aktif, Mih!"Kedua pundak Daniel menurun. Pikirannya mulai kacau. Ingin mencari keberadaan Nida, tapi dia tidak mau meninggalkan Namira di rumah ini tanpanya. Kalau Namira diajak mencari keberadaan Nida, Daniel takut kalau istrinya itu kelelahan. "Ya udah, kita tunggu Evan aja dulu. Semoga saja Nida baik-baik saja di manapun ia berada."Tidak berselang lama, terdengar suara bel. Bianca bergegas ke depan, menghalau langkah kaki Bi Rusmi yang hendak membukakan pintu. Namira dan Daniel pun beranjak. Menyusul Bianca yang berjalan cepat ke depan. "Van, kenapa Nida kabur dari rumah kamu, heuh?" tanya Bianca penuh emosi ketika membuka pintu rumah. Evan yang berdiri di ambang pintu terlihat kebingungan. "Bianca, biarkan Evan masuk dulu. Suruh dia duduk d

    Last Updated : 2025-02-10
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 183A. Dicari

    "Kamu kok gitu, Bi? Kenapa hubungan kita jadi kebawa-bawa? Ini kan masalah Nida," tandas Evan tak mau kalau hubungan asmaranya disangkutpautkan dengan masalah Nida. "Nida itu saudaraku, Van. Aku gak mau ya, nantinya Nida dij4hati terus sama mamahmu. Kemarin aku udah bilang ke kamu, jagain Nida! Mana hasilnya? Tetap aja kamu gak bisa. Pah, aku pamit. Mau cari Nida sama Pak Joko!"Tanpa menunggu tanggapan Daniel, Namira dan Evan, Bianca pergi meninggalkan mereka. Daniel pun tak bisa mencegah. Evan ingin mengejar Bianca tapi dia tahu, harus pergi bekerja. Seketika keheningan menyergap. Daniel terdiam, merundukkan kepala. Tidak tahu harus bagaimana. "Pak Daniel, saya benar-benar minta maaf enggak bisa jagain Nida. Saya minta maaf, Pak," ungkap Evan menyesali dirinya. Daniel memejamkan kedua mata, berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Melihat suaminya diam saja, Namira menyentuh lengan Daniel. Lelaki itu pun membuka kedua mata. Berdehem, dan mengubah posisi duduk. Lalu, menatap lek

    Last Updated : 2025-02-10
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 183B. CCTV

    "Kita mau kemana, Non?" tanya Pak Joko ketika kendaraan yang ditumpangi di tengah perjalanan. "Kita ke rumah Om Yuda dulu. Aku pengen lihat rekaman CCTV rumah itu," jawab Bianca sudah tidak sabar ingin melihat rekaman CCTV di rumah Yuda. "Baik, Non."Kendaraan yang ditumpangi Nida sudah masuk ke halaman rumah Yuda. Bianca sangat muak jika nantinya bertemu dengan Gita. Wanita munafik yang dikenal Bianca. Keluar dari dalam mobil, Bianca berjalan cepat menuju pintu depan rumah Yuda. Menekan bel berulang kali. Tidak lama kemudian, pintu terbuka. Terlihat Yulia yang tengah tersenyum padanya. "Non Bianca?""Hai, Mbak. Saya pengen ketemu dengan Tante Gita. Kamu bisa panggilin dulu," ujar Bianca tanpa ingin berbasa-basi lagi. "Bisa, Non. Silakan duduk dulu."Bianca mengangukkan kepala. Melihat CCTV yamg dipasang keluarga Yuda. Yulia bergegas ke kamar Gita. Ingin memberitahu kedatangan calon menantunya. Gita yang sedang menghisap rokok dalam-dalam terhenyak. Ia segera merapikan rokok d

    Last Updated : 2025-02-10
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 184. Seseorang

    "Lebih baik kamu pulang sekarang, Nida. Keluargamu pasti lagi nyariin," ucap seorang lelaki berkaca mata, tubuhnya tinggi atletis, duduk di sofa yang bersebrangan dengan Nida. "Saya bingung mau pulang kemana, Pak?" Adanya Nida di rumah Pak Hanif, karena semalam lelaki berkaca mata itu tidak sengaja melihat Nida duduk di halte bus tengah malam. Pak Hanif yang baru pulang dari mengikuti kajian, sangat terkejut melihat gadis yang dicintainya ada di sana. "Pulang ke rumah Om kamu. Om kamu terlihat sangat menyayangimu, Nida. Pulang ke rumahnya." Sejak tadi pagi, Pak Hanif tak henti membujuk Nida agar mau pulang ke rumah om nya itu. Namun, Nida lagi-lagi menggelengkan kepala. Pak Hanif menghela napas panjang. "Saya malu, Pak. Saya yang memaksa ingin tinggal di rumah papah."Pak Hanif merunduk, mencari cara lain untuk membujuk Nida. "Kalau gitu, kamu telepon Pak Daniel. Kasih tau mereka, kalau kamu dalam keadaan baik-baik saja. Nida, aku bukan gak mau izinkan kamu tinggal di sini. Tapi,

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 284. Berceritalah!

    "Ya Allah, Kak Bian kok mikirnya gitu? Aku pergi kerja bukan karena happy tapi karena enggak mau meratapi apa yang udah menimpa rumah tanggaku. Kak Bian jangan asal nuduh. Mana ada aku dekat dengan pria lain?"Wajar saja jika reaksi Nida marah. Bianca keterlaluan. Bukannya bersimpati atas yang menimpa rumah tangga Nida, justru menuduh yang bukan-bukan. "Kamu kok marah sih? Aku kan cuma nanya. Kalau kamu enggak merasa, ada pria lain, ya udah enggak usah marah," elak Bianca tak mau disalahkan. Membuang wajah ke arah lain, enggan bersitatap dengan Nida. "Terus kedatangan Kak Bian ke sini mau ngapain? Mau ngejek aku? Karena aku sekarang udah diceraikan mas Hanif?" Intonasi suara Nida masih meninggi. Ia tahu, berubahnya sikap Bianca sekarang ini karena ia telah membongkar rahasia yang bertahun-tahun ditutup rapat oleh Bianca dan Evan. "Aku ke sini cuma pengen tau aja. Ya udah, aku mau ke kantor sekarang!"Tanpa menunggu tanggapan Nida, Bianca berjalan ke mobil, masuk lalu melakukan ken

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 283. Supaya Bisa Nikah Lagi

    Setelah Arfan pamit, Bianca datang menemui Axel dan Alea yang masih berada di luar rumah. "Kalian ngapain di luar?" tanya Bianca memandang Axel dan Alea bergantian. "Kami habis ngerjain tugas. Alhamdulillah sekarang udah selesai. Misi, Ma." Axel menjawab sekaligus meninggalkan Bianca yang masih tertegun di luar rumah. "Ma, aku juga mau ke kamar. Mau istirahat," ujar Alea. Namun, Bianca mencekal pergelangan tangan gadis itu. "Mama ingin bicara. Duduklah!""Iya, Ma."Jelas saja Alea tak bisa menolak perintah anak sulung Daniel itu. Keduanya duduk di kursi teras depan rumah. "Apa kamu tau, alasan Hanif menceraikan Nida? Apa karena Nida mandul?"Sungguh kata mandul sangat tak enak didengar. Jika Nida mendengarnys pasti tersinggung. "Ma, tante Nida enggak mandul. Tolong jangan sebut dia mandul. Enggak ada dokter yang menyatakan tante Nida mandul. Rahim tante Nida baik-baik aja kok, aku pernah baca surat keterangan dari dokter," jelas Alea menyanggah pemikiran Bianca tentang kondisi r

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 282. Menemukan Bukti-Bukti

    "Minumannya udah datang..., " seru Alea membawa tiga cangkir kopi. Dua cangkir berisi kopi, satu cangkir berisi teh manis. Alea meletakkan cangkir teh manis di depan Arfan. "Makasih, Lea." "Sama-sama. Diminum dulu tehnya biar semangat!" kata Alea menarik kursi yang tak jauh dari jangkauan. Ketiga anak muda itu langsung fokus pada layar laptop yang biasa digunakan Axel. Sebelum meretas, Arfan ingin tahu lebih dulu akun Hanif. "Kayaknya Pak Hanif enggak terlalu aktif di media sosial yang ini. Nih kalian lihat!" Arfan menyodorkan layar laptop ke hadapan Axel dan Alea. Saudara kembar itu duduk berdekatan. "Enggak bisa di cek DM -nya?" tanya Axel menoleh pada Arfan. "Bisa. Sebentar, aku coba lagi." Kali ini cukup lama, Arfan berkutat di depan laptop. Arfan begitu lincah mengoperasikan teknologi. Alea yang baru melihat kemampuan Arfan secara langsung, sampai dibuat kagum. Tanpa disadari, Alea tersenyum sembari memandang wajah Arfan yang cukup tampan. Axel yang semula memandang l

  • Benih Papa Sahabatku   Nan 281. Mau Bantu

    "Astaghfirullah, Mama kok bilang gitu? Enggak peduli sekali dengan musibah yang dialami tante Nida." Refleks, Alea menimpali ucapan Bianca. Biasanya Alea tak berani menyanggah ucapan Bianca tetapi kini, ia langsung angkat bicara."Bukan Mama enggak peduli! Ah, sudahlah. Sekarang lebih baik kalian mandi, ganti seragam dan makan. Mama enggak mau penghuni rumah ini ada yang sakit lagi," ucap Bianca masih diselimuti emosi. Wanita itu masuk ke dalam rumah, tanpa menunggu tanggapan dari kedua adiknya. Axel menarik napas panjang melihat tingkah laku Bianca yang tak berubah. Masih saja menyebalkan. "Kenapa mama jadi ngeselin banget sih, Kak?" gerutu Alea, bibirnya cemberut, kedua tangsj bersidekap. "Emang ngeselin!" jawab Axel masuk ke dalam rumah lebih dulu. Axel sedang malas berdebat. Kalau saja tidak ingat dengan kesehatan Bianca, mungkin Axel tadi akan ribut juga. Saudara kembar itu masuk ke dalam kamar masing-masing. Melakukan perintah Bianca setelahnya mereka berdua menuju ruang mej

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 280. Karma Itu Nyata

    Raut wajah Alea seketika berbinar. Ia baru ingat kalau teman sekelasnya itu memiliki keahlian teknologi. Meski masih SMA, tapi otak Arfan bisa dikatakan lumayan encer terutama masalah teknologi. "Iya, Kak. Bener banget tuh! Aku baru inget kalau si Arfan jago IT. Ya udah, Kak. Aku mau telepon dia dulu. Suruh dia dateng ke rumah nanti malam. Gimana, Kak?" Alea sangat bersemangat menjalankan rencana yang disampaikan oleh Axel. Ia tak sabar ingin mengetahui penyebab Hanif menceraikan Nida. "Boleh. Coba aja kamu telepon." Alea langsung merogoh handphone dari saku seragamnya. Lalu menekan nomor kontak Arfan. Arfan yang tengah berkutat di depan komputer rumahnya, terkejut melihat Alea sang gadis pujaan hati menghubunginya. Senyum Arfan mengembang, menarik napas panjang lalu mengangkat telepon dari Alea. "Hallo?" "Fan, nanti malam kamu bisa enggak ke rumahku?" Tanpa basa-basi Alea bertanya. Ia tak mau membuang waktu. Ingin secepatnya mengetahui alasan Hanif mecneraikan tante

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 279. Sadap

    "Analisamu ada benernya, Lea. Bisa jadi Om Hanif yang mandul," timpal Axel sependapat dengan kembarannya.Nida hanya mengulum senyum mendengar tanggapan dari Alea dan Axel."Ya udahlah, Tante enggak mau terlalu mikirin itu lagi. Toh kenyataannya, sekarang kami udah bercerai. Tinggal menunggu sidangnya saja." Sangat tenang, Nida menanggapi ucapan anak kembar itu. Alea dan Axel saling pandang lalu keduanya mengela napas berat. "Tante harus kuat ya terutama di depan om Hanif. Jangan sampai terlihat lemah atau bersedih. Nanti si om malah besar kepala. Malah mikir, Tante kecintaan banget ama dia," kata Alea memberi semangat pada wanita yang selama ini tempat mereka curhat. "Tapi, Tante. Apa Tante enggak ada curiga kalau om punya wanita idaman lain? Ya aku sih, enggak habis pikir aja. Selama ini yang aku tau, rumah tangga Tante kan baik-baik aja. Kok sekarang tiba-tiba ...."Axel menggantung kalimat, tak sanggup melanjutkan kalimat yang sudah dimengerti oleh Nida dan Alea. "Namanya juga

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 278. Dia yang Mandul

    "Cerai?" Serempak Alea dan Axel bertanya. Raut wajah mereka terkejut. "Tante serius?" tanya Alea. "Pasti cuma nge-prank nih," timpal Axel tak percaya. Nida tersenyum, menepuk pundak Axel. "Kita makan dulu aja. Nanti Tante baru cerita."Keduanya menganggukkan kepala. Mengikuti langkah Nida yang menuju dapur. "Kalian tunggu di sini. Tante mau hangatin masakannya. Oke?""Oke, Tante."Nida menarik napas lega sebab Alea dan Axel datang ke rumahnya. Paling tidak ia sedikit terhibur akan kedatangan mereka. Dirinya tidak merasa sendirian di rumah ini. Namun, Nida sadar. Dia mesti terbiasa dengan kesendirian. "Sudah siap masakannya," seru Nida seolah tak terjadi hal buruk yang menimpanya. Ya, hal buruk. Sebab, meski Nida terlihat sumringah, terlihat menerima keputusan Hanif akan tetapi hatinya tetaplah bersedih dan sakit. Nida wanita normal. Yang sakit hati jika cintanya dikhianati. Nida menyimpulkan sendiri jika alasan Hanif menceraikannya karena ada wanita lain. Wanita lain itu kemungk

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 277. Sudah Cerai

    Hanif tak dapat mengelak lagi. Selama ini tidak bisa ia berbohong pada Nida. Pun Nida, ia tahu jika suaminya menyembunyikan sesuatu atau sedang berbohong. Namun, lagi dan lagi Hanif diam, tak juga menjawab. "Oke. Kalau kamu masih enggak mau jawab pertanyaanku, enggak masalah. Aku juga enggak masalah kalau kamu mau cerai. Silakan saja."Nida menyerah, tidak bisa mendesak lelaki yang lebih banyak diam itu. Nida beranjak ke toilet. Di dalam sana, setelah membuka kran, Nida menangis tersedu-sedu. Sedikit pun Nida tak menyangka jika Hanif akan menceraikannya. Baru beberapa hari lalu, Hanif meyakinkan cinta dan kesetiannya terhadap Nida. Hanif menarik napas panjang ketika Nida pergi meninggalkannya. Ia mengusap wajah kasar, memandang lurus ke depan, lalu pandangannya mengitari kamar yang sudah bertahun-tahun ditempatinya bersama wanita yang dulu mati-matian ia perjuangkan. Dan hari ini, Hanif sudah menjatuhkan talak. Lelaki itu kembali menarik napas, mengembuskan perlahan. Berusaha meyak

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 276. Apa Karena Dia?

    Tiba di rumah, Nida berjalan cepat, ingin segera menemui suaminya. Ketika hendak menaiki anak tangga yang menghubungkan ke kamarnya, terdengar suara percakapan Hanif dengan ibunya di ruang keluarga. Nida pun mengurungkan pergi ke kamar, belok ke ruang keluarga. "Mas!" pekik Nida menghampiri suaminya yang duduk di sebelah ibu Ros. "Kamu enggak apa-apa, Mas? Mana yang terluka?" telisik Nida panik. Menelisik Hanif. "Kamu ini gimana sih? Malah nyari yang terluka? Kamu pengen suamimu terluka?" Pertanyaan ibu Ros membuat Nida menoleh. Menghela napas berat. Nida tahu, apapun yang dilakukannya, di hadapan ibu Ros selalu saja salah. "Bukan aku pengen mas Hanif terluka, Ma. Tadi Mas Hanif bilang semalam kecelakaan. Makanya dia enggak pulang," jelas Nida menahan rasa kesal pada ibu mertua. Hanif masih bergeming, tidak mengeluarkan kata-kata. "Udah tau! Sebelum Hanif cerita ke kamu, dia udah cerita ke Mama," tandas ibu Ros menunjukkan raut wajah tak suka. "Aku mau bicara empat ma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status