Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Chapter 301 - Chapter 310

All Chapters of Benih Papa Sahabatku: Chapter 301 - Chapter 310

342 Chapters

Bab 180B. Tidak Percaya

"Enggak apa-apa, Nida. Mamah terima kok kalau emang itu terjadi. Ya udah, Mamah dan Papahmu mau masuk kamar dulu. Kamu juga harus istirahat ya. Kamarmu di atas," ucap Gita sebelum meninggalkan Nida yang duduk di kursi meja makan. "Iya, Mah.""Nida, Papah mau istirahat dulu.""Iya, Pah."Nida menarik napas panjang melihat kedua orang itu pergi meninggalkannya. Nida pikir, malam ini mereka akan berbincang banyak hal. Kehangatan sebuah keluarga. Ternyata baru jam delapan malam saja, Yuda dan Gita sudah masuk ke dalam kamar. Tinggallah Nida dan Evan yang masih di ruang makan. "Nida, tadi Bianca telepon aku. Katanya kamu betah gak di sini? Aku bilang, kamu betah. Benar 'kan?" Evan sengaja membiacarakan hal lain sebab ia tahu kalau Nida pasti bersedih melihat kedua orang tuanya masuk ke dalam kamar. "Betah dong, Kak. Ya udah, Kak ... aku masuk kamar duluan ya?""Iya. Met istirahat, Nida.""Kak Evan juga."Nida meninggalkan Evan seorang diri. Nida menaiki anak tangga yang menghubungkan k
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 181A. Dianggap Berubah

Tubuh Nida gemetar dibentak Yuda. Tak menyangka kalau Yuda tidak mempercayai ucapannya. Hati Nida seketika remuk. Airmata tak bisa dibendung lagi, membasahi wajah gadis belasan tahun itu. Jika boleh jujur, Nida juga sebenarnya tidak percaya kalau Gita yang masuk ke kamar dan membekap mulutnya dengan bantal. Tetapi, pakaian yang dikenakan Gita sama persis dengan pakaian yang dikenakan orang itu. Begitu pula wajahnya, sangat mirip dengan wajahnya. Hanya saja, kenapa orang itu bisa berjalan sedangkan Gita masih lumpuh? "Ya Allah, sebenarnya siapa orang yang masuk kamar ini? Siapa yang membekap wajahku? Aku sangat yakin dia adalah tante Gita tapi nyatanya, tante Gita belum bisa jalan." Hati Nida terus bertanya-tanya. Dia bingung dan bersedih kenapa mesti terjadi masalah ini padanya? Seketika, Nida ingin pergi dari rumah ini. Hati Nida sangat kecewa karena Yuda telah membentak dan tidak percaya padanya. Nida bangkit dari tempat tidur. Mengemasi pakaian. Ia ingin pergi malam ini juga. Te
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 181B. Jawab Dengan Jujur

Pagi hari, seperti biasa keluarga Yuda berkumpul di ruang meja makan. Mereka hendak sarapan. Yuda menoleh kanan dan kiri, mencari keberadaan Nida. "Cari apa, Mas?" tanya Gita merasa heran dengan sikap suaminya yang tengok kanan dan kiri. "Nida belum bangun?" Yuda justru bertanya balik. "Oh mungkin, dia masih tidur atau mungkin masih kesal sama kita, Mas. Soalnya kan ...." Gita menggantung kalimat. Evan yang tidak tahu menahu kejadian semalam mengkerutkan kening. "Soalnya apa, Mah?" Evan bertanya bingung. Yuda menghela napas berat, menoleh pada Gita."Semalam itu, Nida menuduh Mamahmu masuk ke dalam kamarnya lewat balkon kamar. Nida juga bilang, katanya wajah dia disekap oleh seseorang. Nah terus, Nida bilang ... orang itu Mamahmu, Van," ujar Yuda apda anak lelakinya. Gita tidak bicara, ia ingin Yuda yang bicara langsung pada Evan. "Maksudnya Nida, mamah ke kamar dia lewat pintu balkon kamarnya dan ... membekap wajah dia?" Evan memperjelas cerita papahnya. Gita menganggukkan kepa
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 182A. Lagi Di Mana?

"Gita, jawab dengan jujur. Kenapa kamu diam saja? Apa benar yang dikatakan Nida kalau kamu ---""Mas ...," sela Gita menoleh pada Yuda dan menatapnya lekat. "Apa kamu gak lihat kondisi kakiku?"Yulia yang terkejut melihat reaksi kedua majikannya, izin permisi pergi meninggalkan ruang makan. Evan menghela napas, tidak ingin menyela perbincangan antara Yuda dan Gita. "Ya tapi, kenapa perhiasan gelang ini ada di balkon kamar Nida?""Mungkin dia mencurinya!" tandas Gita cepat. Dia tidak mungkin mengakui perbuatannya. Evan yang mendengar tuduhan Gita langsung membeliakkan kedua mata dan duduk dengan tegak. "Mah, jangan nuduh Nida sembarangan! Aku rasa gak mungkin kalau Nida mengambil perhiasan Mamah." Evan sontak membela Nida. "Nida aja nuduh Mamah masuk ke dalam kamarnya, Van!" Gita melotot, membela diri dari ucapan Evan. Evan jadi bingung sendiri. Bingung, apakah yang benar adalah Gita atau justru Nida. "Kalau emang Nida gak ngambil perhiasan Mamah, Nida gak nuduh Mamah masuk ke da
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 182B. Tidak Sudi

Bianca terhenyak, baru ingat kalau Nida punya nomor handphone. "Aduh aku sampe lupa telepon dia. Sebentar!"Daniel tak bicara apa-apa. Ia hanya menyesali keputusannya mengizinkan Nida tinggal di rumah Yuda. "Ya Allah, hapenya malah gak aktif, Mih!"Kedua pundak Daniel menurun. Pikirannya mulai kacau. Ingin mencari keberadaan Nida, tapi dia tidak mau meninggalkan Namira di rumah ini tanpanya. Kalau Namira diajak mencari keberadaan Nida, Daniel takut kalau istrinya itu kelelahan. "Ya udah, kita tunggu Evan aja dulu. Semoga saja Nida baik-baik saja di manapun ia berada."Tidak berselang lama, terdengar suara bel. Bianca bergegas ke depan, menghalau langkah kaki Bi Rusmi yang hendak membukakan pintu. Namira dan Daniel pun beranjak. Menyusul Bianca yang berjalan cepat ke depan. "Van, kenapa Nida kabur dari rumah kamu, heuh?" tanya Bianca penuh emosi ketika membuka pintu rumah. Evan yang berdiri di ambang pintu terlihat kebingungan. "Bianca, biarkan Evan masuk dulu. Suruh dia duduk d
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 183A. Dicari

"Kamu kok gitu, Bi? Kenapa hubungan kita jadi kebawa-bawa? Ini kan masalah Nida," tandas Evan tak mau kalau hubungan asmaranya disangkutpautkan dengan masalah Nida. "Nida itu saudaraku, Van. Aku gak mau ya, nantinya Nida dij4hati terus sama mamahmu. Kemarin aku udah bilang ke kamu, jagain Nida! Mana hasilnya? Tetap aja kamu gak bisa. Pah, aku pamit. Mau cari Nida sama Pak Joko!"Tanpa menunggu tanggapan Daniel, Namira dan Evan, Bianca pergi meninggalkan mereka. Daniel pun tak bisa mencegah. Evan ingin mengejar Bianca tapi dia tahu, harus pergi bekerja. Seketika keheningan menyergap. Daniel terdiam, merundukkan kepala. Tidak tahu harus bagaimana. "Pak Daniel, saya benar-benar minta maaf enggak bisa jagain Nida. Saya minta maaf, Pak," ungkap Evan menyesali dirinya. Daniel memejamkan kedua mata, berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Melihat suaminya diam saja, Namira menyentuh lengan Daniel. Lelaki itu pun membuka kedua mata. Berdehem, dan mengubah posisi duduk. Lalu, menatap lek
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 183B. CCTV

"Kita mau kemana, Non?" tanya Pak Joko ketika kendaraan yang ditumpangi di tengah perjalanan. "Kita ke rumah Om Yuda dulu. Aku pengen lihat rekaman CCTV rumah itu," jawab Bianca sudah tidak sabar ingin melihat rekaman CCTV di rumah Yuda. "Baik, Non."Kendaraan yang ditumpangi Nida sudah masuk ke halaman rumah Yuda. Bianca sangat muak jika nantinya bertemu dengan Gita. Wanita munafik yang dikenal Bianca. Keluar dari dalam mobil, Bianca berjalan cepat menuju pintu depan rumah Yuda. Menekan bel berulang kali. Tidak lama kemudian, pintu terbuka. Terlihat Yulia yang tengah tersenyum padanya. "Non Bianca?""Hai, Mbak. Saya pengen ketemu dengan Tante Gita. Kamu bisa panggilin dulu," ujar Bianca tanpa ingin berbasa-basi lagi. "Bisa, Non. Silakan duduk dulu."Bianca mengangukkan kepala. Melihat CCTV yamg dipasang keluarga Yuda. Yulia bergegas ke kamar Gita. Ingin memberitahu kedatangan calon menantunya. Gita yang sedang menghisap rokok dalam-dalam terhenyak. Ia segera merapikan rokok d
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 184. Seseorang

"Lebih baik kamu pulang sekarang, Nida. Keluargamu pasti lagi nyariin," ucap seorang lelaki berkaca mata, tubuhnya tinggi atletis, duduk di sofa yang bersebrangan dengan Nida. "Saya bingung mau pulang kemana, Pak?" Adanya Nida di rumah Pak Hanif, karena semalam lelaki berkaca mata itu tidak sengaja melihat Nida duduk di halte bus tengah malam. Pak Hanif yang baru pulang dari mengikuti kajian, sangat terkejut melihat gadis yang dicintainya ada di sana. "Pulang ke rumah Om kamu. Om kamu terlihat sangat menyayangimu, Nida. Pulang ke rumahnya." Sejak tadi pagi, Pak Hanif tak henti membujuk Nida agar mau pulang ke rumah om nya itu. Namun, Nida lagi-lagi menggelengkan kepala. Pak Hanif menghela napas panjang. "Saya malu, Pak. Saya yang memaksa ingin tinggal di rumah papah."Pak Hanif merunduk, mencari cara lain untuk membujuk Nida. "Kalau gitu, kamu telepon Pak Daniel. Kasih tau mereka, kalau kamu dalam keadaan baik-baik saja. Nida, aku bukan gak mau izinkan kamu tinggal di sini. Tapi,
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 185A. Berubah Lebih Baik

Nida bingung menjawab. Ia terdiam sejenak, mencari jawaban yang tepat. Nida cuma takut kalau Daniel nantinya akan memarahi Pak Hanif. "Nida, kamu kenapa diam saja? Kontrakan seseorang siapa? Teman sekolahmu?" Namira kembali bertanya, menelisik wajah gadis belasan tahun itu. Belum sempat Nida menjawab, terdengar suara derum mobil memasuki halaman."Nida!" Rupanya mobil yang masuk ke halaman rumah Bragstara adalah Bianca. Gadis itu keluar dari mobil, setengah berlari menghampiri Nida lalu memeluknya. "Ya Allah, Nida ... aku khawatir banget tauuuu!" Bianca mencubit kedua pipi Nida setelah melepaskan pelukan. "Pipiku sakit, Kak ...." Nida meringis, memegang kedua pipi sambil cemberut. "Bodo amat. Makanya jadi orang tuh jangan suka kabur-kaburan. Kalau kamu kabur dari rumah Om Yuda, kamu tinggal pulang ke rumah ini. Tinggal telepon aku, minta dijemput! Ini, malah keluyuran. Kamu semalam tidur di mana?" omel Bianca seperti seorang kakak memarahi adiknya. Nida cemberut, tidak ingin me
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 185B. Izinin?

Sampai sore hari, Daniel tak juga menghubunginya. Yuda bernapas lega karena Daniel tidak menyalahkannya atas kepergian Nida dari rumah tanpa izin. Yuda hanya berharap kalau Nida sudah sampai di rumah Bragastara. Pintu ruangan Yuda terdengar diketuk. Yuda mempersilakan masuk ke dalam. Ternyata Evan. "Ini laporan akhirku, Pah. Kerjaanku hari ini udah clear. Aku mau langsung pulang ke apartemen," ujar Evan tanpa ingin duduk lebih dulu. "Van, duduklah dulu!" titah Yuda pada anak lelakinya. "Apalagi sih, Pah?" Evan sudah pusing karena gara-gara masalah Nida, sekarang hubungannya sedang di ujung tanduk. "Kamu buru-buru sekali. Baru aja jam tiga," kata Yuda yang ingin berbincang dengan Evan. "Pekerjaanku kan udah beres semua, Pah? Mau ngapain lagi?" Evan berbicara sangat ketus pada Yuda. "Memangnya kamu mau kemana, Van?""Mau cari Nida! Biar bagaimanapun, Nida adalah saudaraku, Pah. Aku juga gak mau, gara-gara Nida belum ditemukan, rencana pernikahanku dengan Bianca terancam batal."Y
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
35
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status