Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 321 - Bab 330

Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 321 - Bab 330

342 Bab

Bab 192A. Tidak Punya Istri

"Masuk!" suara Yuda memerintahkan seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. Shella yang membawa berkas laporan kerjaan Evan membuka pintu. "Maaf Pak Yuda kalau saya ganggu," ujar Shella tak enak hati. Dia tahu, beberapa hari belakangan, Yuda terlihat sangat murung. Mungkin karena kehilangan istrinya dan ditinggal Evan pergi dari rumah. Raut wajahnya pun tidak seceria biasanya. "Gak apa-apa. Masuk aja, Shella."Shella melenggang masuk ke dalam sembari tersenyum tipis. Ia meletakkan berkas yang dibawa ke hadapan Yuda."Itu laporan kerjaan Pak Evan, Pak Yuda," ucap Shella dengan bahasa formal. Yuda menarik berkas itu, meneliti dengan seksama sebelum ditandatangani.Terjadi keheningan cukup lama di antara keduanya. Shella ingin keluar ruangan tetapi ia segan jika Yuda belum menyuruhnya. Shella memerhatikan Yuda diam-diam. Diam-diam Shella menganggumi ketampanan wajah Yuda. Tidak terlalu tampan namun berwibawa. Segaris senyum terlihat dari janda memiliki anak satu itu. "Oke! Semuanya u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 192B. Sendirian

Kalimat yang diucapkan Yuda, membuat hati Shella meleleh. Andai saja ia yang menjadi istri Yuda, apakah lelaki itu akan bersikap seperti itu juga?Yuda menoleh, keningnya mengkerut melihat Shella yang senyam-senyum lagi."Shella?""Eh iya, Pak? Ada apa? Pak Yuda butuh apa?" tanya Shella dengan berbagai pertanyaan. Yuda semakin heran dan aneh melihat tingkah atau sikap Shella yang tidak biasanya. "Kamu ... kamu lagi jatuh cinta sama Zovan?""Enggak!" jawab Shella cepat. Bibirnya seketika cemberut. "Terus, alasanmu senyam-senyum dari tadi apa? Kamu lagi suka sama seseorang kan?" Yuda semakin penasaran dengan sikap salah satu karyawannya yang tidak biasa. Shella menghela napas berat, tatapannya lurus ke depan. Enggan menoleh pada Yuda. "Hm ... Saya senyam-senyum sendiri karena senyum itu kan ... ibadah. Sodakoh juga. Dari pada saya cemberut gak jelas? Lagian, kenapa Pak Yuda bilang saya suka sama Pak Zovan?" tanya Shella menunjukkan rasa tak suka. "Barang kali aja. Kamu kan tempo l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 193A. Senang

Daniel merasa iba akan kondisi yang dialami sahabatnya itu. Dulu, ia pun pernah merasakan hal yang sama sebelum menikah dengan Namira. Setelah menikah dengan Namira, semuanya berubah total. Kehidupan yang dijalani Daniel penuh kebahagiaan dan semangat. "Minum dulu kopinya, Pah," ucap Nida pada papa kandungnya yang tampak murung. "Iya, Nak. Terima kasih. Kamu gak ada ekskul sore ini?" tanya Yuda sembari menyeruput kopi buatan Nida. Gadis itu duduk di samping papahnya. "Enggak ada, Pah." Jawaban Nida membuat Yuda menganggukkan kepala. Lalu meletakkan kembali secangkir kopi di tempat semula. "Jangan terlalu aktif di sekolah, nanti kamu kecapekan," pesan Yuda sembari membelai rambut anak gadisnya. Nida tersenyum manis mendapatkan perhatian dari sosok seorang ayah. Sosok ayah yang selama ini dia rindukan. Kini, telah berada di hadapannya. Sungguh, Nida sangat bersyukur pada Allah SWT karena telah mengabulkan permohonannya. Yuda tak menyangka buah hatinya dari pernikahannya dengan Dani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 193B. Wanita Muda

Esok harinya, Yuda tidak masuk kantor. Ia ingin mengurus perpindahannya ke rumah pondok indah. Berat memang, meninggalkan rumah yang penuh kenangan. Rumah yang dulu dihadiahkan Baragstara atas pernikahan Yuda dan Gita. Keluarga Bragastara sungguh baik padanya. Dia seperti bagian keluarga itu. Yuda mengeluarkan handphone, hendak menghubungi Evan. Namun, baru saja menekan nomor kontak Evan, satu panggilan masuk dari Shella. "Hallo, Shella?" sapa Yuda ketika sambungan telepon berlangsung. "Hallo, Pak. Hari ini Pak Yuda gak masuk kenapa? Apakah Pak Yuda lagi sakit? Lagi gak enak badan? Kepala pusing? Meriangin atau sedang sakit perut?" tanya Shella terdengar sangat mencemaskan Yuda. Lelaki yang telah berstatus duda itu menyandarkan tubuh di sofa, berpikir sejenak. Lalu, senyumannya terukir. "Shella, kamu mencemaskan saya?" Pertanyaan Yuda membuat Shella terkejut. Kedua matanya membeliak. Menelan saliva, lalu salah tingkah. "Hmm ... Iyalah, Pak. Sa-saya cemas. Pak Yuda kan atasan saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 194A. Jus Jeruk

Shella tersentak mendengar pertanyaan Yuda. Sedikitpun tidak menyangka kalau Yuda menanyakan hal itu dan sedikitpun Shella tak menyangka kalau wanita yang di kantor itu adalah dirinya sendiri. "Tapi, saya rasa kamu gak akan mau punya suami macam saya. Saya ini udah tua. Pak Daniel itu ada-ada saja. Shella, kerjaan saya gak usah kamu yang ngerjain. Nanti biar saya saja yang menyelesaikan.""I-iya, Pak."Sambungan telepon terputus tanpa menunggu tanggapan Yuda. Hati Shella berdebar-debar, keringat dingin membasahi kedua tangannya. Ia sangat gugup. "Kok bisa sih, Pak Daniel bilang gitu ke Pak Yuda? lagian Pak Yuda ngajakin nikah di telepon, enggak romantis amat?" gumam Shella memandangi layar ponselnya. Setelah menerima telepon dari Shella, Yuda kembali mengemasi pakaian dan barang-barangnya. Ia ingin segera selesai supaya siang hari nanti masih bisa masuk kantor. Sampai rumah Pondok Indah, ada Nida, Daniel dan Namira yang sedang menunggu kedatangan Yuda. Mereka sangat bahagia karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 195B. Secepatnya

Shella sangat terkejut ketika melihat Yuda yang baru keluar dari lift. Ia melirik arloji dipergelangan, sudah jam dua siang. "Siang, Pak Yuda." Seperti biasa, Shella menyapa atasannya. Langkah kaki YUda terhenti, menoleh pada Shella yang merunduk dan tampak tersipu malu. "Shella, kamu sakit?" telisik Yuda memandangi wajah Shella yang memerah. Bukan memerah karena amarah, emosi atau sakit tapi memerah karena malu. "Enggak, Pak. Kenapa Pak Yuda nanya kayak gitu?" Shella tak dapat menyembunyikan sikap gugupnya. Sejak Yuda bertanya tentang pernikahan, Shella jadi malu dan merasa canggung pada Yuda. "Karena saya perhatian sama kamu," jawab Yuda meninggalkan Shella yang terkejut, mulutnya menganga lebar, dan matanya membeliak."Eh, beneran, Pak Yuda tadi bilang gitu? ya Allah, jangan sampe aku kegeeran," desis Shella menepuk-nepuk pelipisnya. Ia kembali masuk ke dalam ruangannya, membawa hasil laporan kerjaan Shella. "Duh, kok aku jadi canggung gini sih mau ketemu Pak Yuda. Ah, bodo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 196A. Ke Rumah Sakit

Siapa yang menyangka, Yuda dan Shella pada akhirnya menikah. Mereka benar-benar menikah dalam waktu secepatnya. Pernikahan yang tidak mewah, sederhana tapi penuh khidmat. Nida sangat bahagia memiliki ibu sambung seperti Shella. Nida yakin, Shella ibu sambung yang baik dan penyayang. Nida menggendong anak Shella yang masih balita. Namanya Cassandra. "Semoga pernikahanmu dengan Yuda, bahagia dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah," ujar Daniel ketika baru selesai prosesi ijab qobul. "Aamiin. Terima kasih, Pak Daniel."Beberapa karyawan hadir dalam pernikahan Yuda dan Shella. Mereka turut bahagia menyaksikan Yuda menikah lagi. Paling tidak, sekarang ada orang yang menemani malam-malamnya. "Pah, Mamah Shella, nanti malam aku sama Cassandra nginap di rumah Om, ya?" ucap Nida ketika Daniel dan keluarganya hendak pulang ke rumah.Bianca dan Namira mengulum senyum, mengerti maksud ucapan Nida. "Nida, kalau kamu mau nginap, nginap aja, Tapi jangan ajak Cassandra. Nanti dia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 196B. Ke Taman

Sampai di rumah sakit, Namira dibawa ke ruangan dokter kandungan terlebih dahulu. "Masya Allah, ini udah pembukaan tiga, Pak Daniel. Kalau begitu, kita langsung bawa saja ke ruang operasi,"ujar dokter Hana yang menangani kandungan Namira selama ini. Pasangan suami istri itu tidak dapat mengelak. Mereka langsung menuruti saran dari dokter. Di dalam ruang persalinan, Namira dan Daniel masuk ke dalamnya. Daniel ingin menemani melewati proses lahiran. "Pak Daniel, pembukaannya enggak naik-naik. Dan tampaknya, Ibu Namira sudah kelelahan. Bagaimana kalau kita melakukan operasi cesar saja?" Dokter Hana meminta pendapat Daniel yang sedari tadi tidak tega melihat istrinya kesakitan. "Lakukan saja yang terbaik untuk istri saya, dokter," imbuh Daniel mantap. Dia ingin istrinya selamat, tidak hanya anaknya yang selamat. Daniel masih menggenggam telapak tangan istrinya. Memberi kekuatan dan memanjatkan doa-doa untuk keselamatan istri serta kedua anaknya yang ada di dalam kandungan Namira. Bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 197A. Sangat Mencintaimu

"Mas Ayang, ke rumah sakit, ya? Batukmu kelihatannya makin parah." ajak Namira mengusap punggung suaminya. Daniel mengulas senyum tipis, membelai pipi cantik Namira. "Nanti aja, Sayang. Aku mau kasih tau kamu sesuatu dulu. Ikut aku!" Daniel menuntun istrinya ke ruang kerja. "Mau kasih tau apa, Mas?" tanya Namira penasaran saat mereka hendak menuju ruang kerja di rumah ini. "Masuk sini!" Namira duduk di kursi meja ruang kerja. Daniel berjalan ke lemari yang terdapat tumpukan beberapa berkas-berkas penting. Batuknya sesekali terdengar. Kondisi tubuh Daniel semakin renta dari hari ke hari. Namun, cinta Namira padanya tak pernah luntur sedikit pun. "Ini surat wasiatku. Nanti bilamana aku udah gak ada umur, kamu bacakan surat ini. Copy-an surat ini udah aku kasih ke ak Zovan." Hati Namira sangat sedih mendengar ucapan Daniel. Sebulir air mata membasahi wajahnya. Tidak dapat dipungkiri, sebetulnya ada firasat buruk dalam hati Namira. Entah akan terjadi hari ini, esok atau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 197B. Jangan Tergesa-Gesa

Akhirnya Shella menyerah. Tidak bisa melarang Nida mendaki gunung padahal hatinya sangat cemas. Ia cemas, terjadi hal buruk yang menimpa ana sambungnya. Rasa takut Shella semakin besar ketika mendengar berita tentang hilangnya beberapa pendaki gunung. Mereka tidak ditemukan hingga saat ini. "Nida, kamu jangan mendaki, Nak... Di rumah aja, ya? Atau kita liburan ke luar kota atau luar negeri. Asal jangan mendaki. Mamah mohon.... " Shella tak menyerah membujuk Nida agar tidak berangkat. Terdengar helaan napas dari ujung telepon. "Mamah, aku mohon, Mah.... Izinin aku mendaki ya? Sekali aja. Kali ini aja, Mah." Nida tetap bersikukuh. Shella memejamkan kedua mata. Dia jadi berpikir, mungkin karena dirinya hanya ibu sambung, Nida tak mau mendengar perintahnya. Shella sadar diri. Sekuat apapun ia melarang Nida agar jangan berangkat, anak itu pasti tidak akan peduli. "Ya udah. Kamu hati-hati. Jangan bergadang. Kalau bisa, besok malam udah pulang ya?""Insya Allah, Mah. Udah dulu ya, assalam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
303132333435
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status