Home / Romansa / Tawanan Hasrat sang Penguasa / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tawanan Hasrat sang Penguasa: Chapter 21 - Chapter 30

73 Chapters

21. Perempuan Munafik

“Tuan ….”Sadar Robin sudah berada di belakangnya, Poppy segera menghindar menjauh. Akan tetapi, tangan kiri Robin bergerak lebih cepat menahan pintu elevator, berdekatan dengan pinggangnya. Poppy pada akhirnya terperangkap dalam pelukan Robin yang memberikan rasa sesak, seolah-olah mengancam hidupnya.“Ampuni saya kali ini, Tuan …,” pinta Poppy, suaranya lirih tak bertenaga.Poppy menggeleng pelan, masih memunggungi Robin dan tak berani berbalik. Jika hukuman itu seperti sebelumnya, Poppy tak sanggup lagi. Namun, dia juga tak menginginkan hukuman apa pun.“Saya bersumpah tidak akan mengulang—” Pundak Poppy tersentak dan suaranya mendadak hilang. Robin tiba-tiba menggigit lehernya, seperti makhluk penghisap darah yang ingin menguras habis seluruh darahnya. Di saat yang sama, dia pun teringat dari mana datangnya tanda kepemilikan yang memenuhi tubuhnya.“T-Tuan … saya mohon ….”Permohonan Poppy dijawab oleh sentuhan kasar Robin yang meremas di balik roknya, menekan pahanya hingga sem
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

22. Tekad

Pandangan Poppy buram oleh air mata ketika melihat carut samar di pergelangan tangannya. Tampak bekas luka goresan ketika dia mencoba memutus nadi kehidupannya.Tak hanya sekali Poppy berusaha mengakhiri hidupnya. Apalagi, setiap kali mengingat sang ayah yang telah tiada satu bulan sebelum anak buah Saul menculiknya.Namun, nyawa Poppy tetap terselamatkan. Berulang kali Saul menyelamatkan Poppy dari percobaan bunuh diri, kemudian menghukumnya dengan cambuk karena bertindak bodoh, mencoba melarikan diri dari tugasnya.‘Aku akan memberimu hukuman lebih kejam dari ini kalau kau melanggar aturanku lagi.’ Kata-kata Saul tak jauh berbeda dengan ancaman Robin setelah menghukumnya.Poppy terisak sambil menekan pergelangan tangannya.Bekas luka di pergelangannya itu mengingatkan Poppy ketika berencana melarikan diri dari Pulau Solterra, upaya terakhirnya bertahan hidup. Dia sudah menyerah dengan kehidupan yang selama empat tahun ini dijalaninya, nekat melarikan diri dengan satu tawanan lain ke
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

23. Bukan Barang

Di ruang depan pintu elevator lantai tiga, Robin duduk menanti adiknya dengan ekspresi dingin. Jarinya mengetuk-ngetuk sandaran lengan sofa yang empuk dan lembut. Ketika pintu terbuka, dia langsung menatap tajam Rafael yang melangkah keluar dari elevator. Tatapan itu menyiratkan agar Rafael berhenti melanjutkan langkahnya. Namun, Rafael tetap berjalan sambil menunduk dengan kedua tangan bersarang di saku celana. Tatapannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu di setiap langkah. “Aku sudah mengatakan berulang kali, kau tidak boleh ke sini. Apa kau sengaja menyeret istriku untuk membuatku marah?” Rafael sontak menghentikan gerakan kaki. Dia terkejut setelah melihat Robin dan sontak mengeluarkan tangan dari saku celana. “Istrimu, huh?” cibir Rafael, suaranya lirih dan tak terdengar Robin. Robin benar-benar tak menipu Poppy. Dia memang tidak mengizinkan Rafael menginjakkan kaki di lantai tiga. Oleh karena itu, Robin sangat marah pada Poppy karena melanggar larangannya, serta
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

24. Berbagi Rahasia

Walaupun Rafael tak ada di sekitar, namun selama adik ipar atau keluarga Luciano lain menginap di kediaman, para pelayan memperlakukan Poppy dengan baik. Mereka sangat berhati-hati dalam bersikap, sesuai dengan instruksi Robin.Oleh karena itu, Poppy bisa leluasa pergi ke perpustakaan untuk mencari buku yang ingin dibacanya. Bukan buku sebelumnya yang berisi pengetahuan umum untuk melanjutkan hidup setelah bercerai.“Perlukah saya menyiapkan camilan dan teh hangat untuk menemani Anda membaca buku, Nyonya?” tanya salah satu pelayan yang melihat Poppy memasuki perpustakaan dan langsung menghampirinya.“Tidak perlu. Aku hanya sebentar,” tolak Poppy, mengusir halus pelayan itu.Poppy ingin mencari buku tentang cara mencegah kehamilan. Dia tak ingin menarik perhatian, apalagi membuat Robin sampai mencurigai dirinya lagi.Robin tak menyediakan ponsel pintar yang bisa dia gunakan untuk berselancar di internet, sehingga informasi yang bisa dia dapatkan sangat terbatas, hanya melalui buku. Sel
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

25. Bantuan Berharga

Meskipun demikian, Poppy hanya mengungkap bahwa dirinya belum yakin sanggup membesarkan anak di usianya yang masih muda. Tak menyebutkan jika dia ingin menghindari kehamilan karena takut dibunuh suaminya setelah melahirkan.“Aku bisa memahamimu. Kudengar kau baru akan menginjak usia 23 tahun tiga bulan lagi, tepatnya 87 hari ke depan.”Poppy mengangkat kedua alisnya, terkejut oleh ucapan adik iparnya. Dia sendiri bahkan lupa kapan akan berulang tahun. Namun, Rafael mengetahui tanggal lahirnya, meskipun bukan tanggal lahir sebenarnya, melainkan tanggal lahir pada identitas barunya.“Bagaimana kau bisa tahu tanggal ulang tahunku?” Rafael terkekeh kecil. Membuat Poppy bingung dengan perubahan suasana hati adik iparnya, yang tadinya tampak cukup serius, sekarang seperti sedang bergurau dengannya.“Kenapa kau tiba-tiba tertawa?” Dengan Rafael, Poppy tak merasakan kegugupan sehingga bisa lancar bicara setelah keterkejutannya mereda.Poppy pikir Rafael sedang mentertawakan keinginannya untu
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

26. Ketenangan Singkat

‘Minumlah pil pencegah kehamilan ini sebelum kau siap bicara dengan Robin. Namun, aku masih menyarankan kau bicara baik-baik dengan kakakku secepatnya untuk mendiskusikan saat yang tepat untuk memiliki anak,’ ujar Rafael setelah makan malam tadi.Poppy tak bertanya cara Rafael mendapatkan pil pencegah kehamilan tersebut dengan cepat. Dia yakin jika orang-orang yang berhubungan dengan dunia hitam akan mudah mendapatkan apa pun yang mereka inginkan.Dia melihat dua botol pil di tangannya. Satu botol tersebut berisi obat pencegah kehamilan darurat yang dapat diminum setelah melakukan hubungan badan, satu botol lainnya adalah pil kontrasepsi harian untuk mencegah kehamilan.Poppy mengambil pil kontrasepsi dan segera meminumnya. Kemudian mencari tempat terbaik untuk menyembunyikan dua botol berharga itu di kamar mandi pribadinya.‘Aku akan menyembunyikan di sini saja. Tuan Robin tidak mungkin merangkak di tempat kotor begini.’ Akhirnya, dia memutuskan untuk menyembunyikan dua botol itu di
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

27. Pertama

Poppy langsung berhenti bergerak. Mencari alasan dengan cepat, kemudian menjawab, “Saya akan ke toilet sebentar.”Terdengar helaan napas panjang Robin yang tampak lelah. “Benar, aku juga belum mandi. Badanku sangat lengket. Siapkan air hangat untuk berendam,” titahnya kemudian.Poppy segera turun dari ranjang. Namun, langkahnya terhenti oleh kebingungan. “Tidak! Lepaskan dulu bajuku, lalu angkat aku ke kamar mandi!”Mulut Poppy sontak menganga. Apa Robin sedang bercanda? Bagaimana caranya mengangkat badan sebesar itu?“Kau tidak mendengarku?!” bentak Robin. Namun, entah mengapa Poppy lebih takut pada Robin yang biasanya. Pria yang saat ini bersama dirinya itu tak seperti Robin yang sering menghantui pikirannya.“Baik, Tuan.”Poppy mendekati suaminya yang duduk lemas, seperti akan terjatuh. Dia meraba pundak Robin karena tak begitu melihat dengan jelas dalam kegelapan, kemeja yang dipakai suaminya pun berwarna hitam.Napas kasar Robin menerpa kening Poppy ketika tangannya berusaha me
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

28. Memabukkan

Poppy diam-diam merasa takjub oleh sensasi aneh yang baru pertama kali dia rasakan dan memabukkan. Ciuman itu terasa nikmat, tetapi sangat berbeda dari hubungan badan yang biasa mereka lakukan setiap malam, dan terasa menggetarkan hatinya. Bibir Robin ternyata sangat lembut dan tebal. Poppy sesekali menggigit bibir itu, dan tanpa sadar membuat Robin mengerang pelan. “Manis …,” ujar Robin setelah tiba-tiba menjauhkan bibirnya, suaranya berat dan begitu dalam, namun tidak terdengar mengancam. Jantung Poppy mendadak berdebar semakin kencang. Apakah Robin sungguh mengatakan bahwa bibir Poppy terasa manis? Robin yang dingin dan seperti patung yang tak pernah menunjukkan ekspresi selain sinis itu? Tentu saja Poppy sangat terkejut. Pengaruh alkohol ternyata dapat mengubah sikap seseorang dalam sekejap. Namun, keterkejutan itu tak berlangsung lama. “Tuan!” Kali ini, suara nyaring lolos dari bibir Poppy yang sudah terlepas dari ciuman itu, terkejut oleh gerakan mendadak yang dilakukan Robi
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

29. Ajakan Menarik

Poppy lantas bergegas ke kamar mandi, melihat sekujur tubuhnya dengan tanda kepemilikan suaminya yang sebelumnya sudah ada, namun sekarang telah memudar. Tak ada tanda kepemilikan baru yang Robin tinggalkan. “Mustahil ….” Gaun tidur yang dipakai Poppy semalam pun seharusnya basah, tetapi tak ada tanda-tanda cairan cinta darinya atau milik suaminya membasahi gaun tipis itu. Seluruh pakaian Poppy memiliki motif dan model berbeda. Tak mungkin Robin mengganti gaun tidur yang hanya ada satu itu. Poppy masih penasaran. Dia sampai mengangkat gaun dan mengendus-endus, mencari aroma suaminya yang mungkin tertinggal. Namun, indra penciumannya hanya menangkap aroma pewangi pakaian. “Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Dan bagaimana bisa mimpi terasa sangat nyata?” Mustahil dirinya mengharapkan kehadiran Robin setelah lama menanti, yang akhirnya tertidur sendiri dan memimpikannya. Dia justru ingin menghindari Robin sebisa mungkin. “Aku sempat membaca buku tentang trauma akibat kekerasa
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

30. Kantor Suami

Pada akhirnya, Poppy dengan enggan menerima tawaran yang diberikan oleh Rafael. Adik iparnya itu terus berusaha membujuknya, berharap Poppy dapat membuat Robin beristirahat dari rutinitas kerjanya untuk sementara waktu. Di samping itu, tak ada ketentuan dalam perjanjian yang melarang Poppy untuk bepergian. Rafael pun menyampaikan bahwa dia telah memberi tahu Antonio tentang rencananya yang akan mengajak Poppy ke kantor. Namun, Poppy masih merasa kurang nyaman jika hanya mengandalkan persetujuan dari Antonio.“Aku tidak yakin ikut denganmu. Bagaimana kalau aku di rumah saja?” Poppy kembali ragu saat Rafael menghidupkan mesin mobil. Dia duduk gelisah, seakan ingin keluar dari mobil.“Kau akan bosan di rumah sendirian.” Rafael malah memasang sabuk pengaman untuk Poppy.Dada Poppy bergemuruh hebat tatkala Rafael mulai menginjak pedal gas. Dia sangat cemas akan membuat Robin marah, sekaligus antusias karena bisa melihat dunia luar.Sudah lama dia tidak melihat keramaian orang-orang normal
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status