Semua Bab Tawanan Hasrat sang Penguasa: Bab 11 - Bab 20

73 Bab

11. Pengakuan Palsu

Robin menatap ke bawah tanpa menekuk wajahnya, mendengar Poppy memohon agar Robin mengampuni kesalahannya. Raut wajah Robin datar dan sulit dibaca, seperti tak menunjukkan belas kasihan pada istrinya sedikit pun.“Saya berjanji akan memperbaiki semua kesalahan saya, Tuan …,” pinta Poppy memelas, menahan lagi tangisannya agar Robin tak semakin marah.Poppy menunduk semakin dalam hingga wajahnya hampir menyentuh paha, sedangkan tangannya masih memegangi celana Robin. Pikirannya dikuasai oleh ingatan ketika Saul menghukumnya dengan cambukan dan pukulan. Sangat takut Robin akan melakukan tindakan yang sama untuk menghukumnya.“Katakan … apa saja kesalahanmu?” Robin bahkan tak menyuruh Poppy berdiri.“Saya … saya mengotori gaun mahal … yang sudah Anda belikan ….”“Salah,” tegas Robin. “Kau pikir aku tidak bisa membelikan gaun baru hanya karena kau mengotorinya?”Manik Poppy bergerak ke kanan-kiri, bingung harus menjawab apa. Dia tak merasa telah merayu adik iparnya, jadi bukan itu yang ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

12. Hukuman

Poppy merasakan getaran yang berbeda dari suara suaminya. Kali ini, dia yakin jika hukuman dari Robin sudah tak bisa dicegah. Dia terpaksa mengatakan pengakuan palsu karena terbayang cambukan Saul yang menyakitkan. Bahkan, setiap kali melihat bekas luka cambukan di betisnya, Poppy seakan masih merasakan kesakitan itu. “Saya sebenarnya tidak–” Poppy bingung … tak mengaku tetap salah, mengaku pun Robin jadi semakin marah. “Lepaskan,” titah Robin, mencegah Poppy memberi alasan lainnya. “A-apa … maksud Anda?” tanya Poppy tak mengerti. “Turunkan celanaku.” Mata Poppy sontak terbelalak. Dia bisa menebak hukuman apa yang ingin Robin lakukan. ‘Tidak … aku perlu mengatur rencana agar tidak bisa mengandung anaknya lebih dulu!’ Poppy teringat kata-kata Rafael sebelumnya. Jika sampai melahirkan anak Robin, dia mungkin akan segera kehilangan nyawanya. “Apa telingamu hanya pajangan?” Ketegasan Robin tak bisa dibantah. Dengan tangan gemetaran, Poppy menyentuh sabuk di pinggang Robin. Dia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

13. Menikmati Hukuman

“Tidak!” balas Poppy dengan cepat, sedikit meninggikan suara karena panik. Mengapa lagi-lagi harus menyeret Rafael ke dalam masalah mereka?“Saya … akan segera melakukannya,” lanjut Poppy, suaranya langsung berubah lirih.Dia pernah mendengar dua pria menggauli satu wanita sekaligus, takut Robin benar-benar akan melakukan itu padanya. Kemudian dia buru-buru melepas seluruh kain yang melekat di tubuhnya, menutup dada menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan satunya menutup area kewanitaannya.“Singkirkan tanganmu.”Poppy malu setiap kali mengekspos tubuhnya meski bukan pertama kali. Apalagi, dia tak bisa melihat apa pun, tak tahu apa yang sedang dilihat atau dilakukan Robin.“T-Tuan …?”Sudah dua menit berlalu Poppy berdiri dengan badan kaku, kedua tangannya masih di samping badan sesuai perintah Robin. Namun, Robin tak mengatakan apa pun lagi.Tubuh Poppy mulai gemetaran ketika mengingat satu kejadian yang menyakitkan. Dia pernah di situasi yang sama, namun dengan berpakaian lengkap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

14. Membekas Selamanya

Robin mendorong punggung Poppy hingga menunduk setengah badan sambil masih berdiri. Kedua tangan Poppy tiba-tiba ditarik ke belakang, diikat oleh cengkeraman Robin yang cukup kuat.Badan Poppy seketika menggigil. Dengan kedua tangan terikat di belakang, dia pikir Robin akan menyakiti dirinya dengan cara yang berbeda. Namun, matanya di balik dasi langsung terbelalak, begitu merasakan Robin kembali memasuki dirinya. Poppy tak siap dengan serangan kilat itu. Entakan kuat dan cepat dari belakang yang Robin lakukan sangat mengejutkan. “Ahh … Tuan!”Namun, Robin justru memacu gerakan lebih cepat dari sebelumnya. Hingga Poppy tak bisa menahan diri untuk tak mengeluarkan suara.“P-pelan … sakit, Tuan ….” Meski sesekali terasa menyakitkan, kenikmatan itu tetap menghantamnya berulang-ulang. Kakinya sampai gemetaran dan akhirnya kehilangan keseimbangan.Robin langsung menangkap tubuhnya dengan satu tangan. Melingkarkan ibu jari dan telunjuknya di leher Poppy, kemudian menarik ke belakang hing
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

15. Menemanimu

Sambil meratapi nasibnya, Poppy mengambil gaun merah di ranjang. Saat gaun yang dilipat itu terbuka, mata Poppy sontak terbelalak.Gaun merah selutut dengan lengan pendek itu bisa menampilkan tanda merah di lehernya dengan jelas!“Apa dia sungguh akan menyingkirkanku, hanya karena aku membuat kesalahan yang tidak pernah aku lakukan?”Poppy yakin, Robin sengaja menyuruhnya memakai baju yang sedikit terbuka itu karena masih belum puas menghukumnya, juga menunjukkan kepada Rafael bahwa dia bukanlah siapa-siapa yang pantas diajak bicara.Seandainya identitas Poppy tak terbongkar, dia bisa bertanya kepada Donna cara untuk menutupi tanda kemerahan di sekujur tubuhnya. Namun, dia sekarang sudah tidak punya orang yang bisa diajak bicara lagi, membuat dirinya harus berpikir keras mencari cara untuk menutupi tanda itu.***Di ruang makan, Robin dan Rafael sudah menanti dengan hidangan yang tersaji di meja. Untuk pertama kali, Poppy melihat hidangan yang berlimpah dan orang lain duduk di meja ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

16. Teman Pertama

“Rafael!” sergah Robin. Tampaknya, Robin tak senang dengan ucapan adiknya, meski Rafael hanya menirukan ucapan Dante. Poppy terlonjak kecil, langsung mengalihkan pandangan dari adik tirinya, takut Robin akan salah paham dan menghukumnya lagi. Meski tak melihat Robin, Poppy bisa merasakan tatapan tajam yang menusuk dari samping, berasal dari suaminya.“Aku hanya mengatakan semua yang kakek sampaikan. Jangan marah padaku.” Wajah tegas Robin terlihat mengeras. Kakak beradik itu mempertahankan kontak mata cukup lama, hingga Rafael mengalihkan pandangan lebih dulu ke bawah, pada hidangan di piringnya.“Apa kau tidak punya teman lain? Kau tidak seharusnya menemani istri orang.”“Temanku banyak, tapi tidak dengan Poppy. Kudengar dia berasal dari negara lain dan belum lama tinggal di negara ini. Poppy pasti tidak punya banyak teman di sini dan aku akan menjadi teman pertamanya. Selain itu, kakek menyuruhku membantu Poppy agar terbiasa dengan kehidupan kita.” Poppy menunduk, Rafael seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

17. Melanggar Larangan

Ketika anak buah Saul menculik Poppy, pada saat itu, dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di tingkat menengah atas. Poppy sejak dulu hanya fokus belajar dan tak punya banyak teman. Dia hanya bicara dengan teman-teman sekelas seperlunya saja.Selagi remaja seusianya telah memahami makna cinta pada lawan jenisnya, Poppy lebih memilih menghabiskan waktu dengan keluarga. Apalagi, Poppy merupakan anak semata wayang yang sangat dijaga oleh orang tuanya agar tak terjerat dalam arus pergaulan bebas.Meskipun begitu, dia pernah menerima pendidikan seksual, tetapi tak terlalu mendalam. Dia tak memahami sepenuhnya arti tanda cinta yang dijelaskan oleh Rafael. Namun, dia bisa menduga maksud Robin meninggalkan tanda tersebut supaya Rafael memperhatikannya.‘Dia mungkin hanya ingin menunjukkan kepada Rafael bahwa kami saling mencintai dan benar-benar menikah dan bukan karena alasan tertentu.’“Kau tidak perlu malu. Semua pasangan pasti pernah melakukannya.” Rafael terkekeh kecil melihat reaksi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

18. Lantai Tiga

“Kenapa kau hanya diam di situ?” tegur Rafael seraya mengulurkan tangan untuk mencegah pintu otomatis elevator tertutup. Aroma manis menyengat indra penciuman Poppy saat dia melangkah ke dalam ruang besar yang dilapisi karpet merah dan tebal. Aroma itu membuat Poppy teringat pada napas hangat Robin, membuat udara di sekitarnya terasa mencekik. Hiasan di depan pintu elevator mirip dengan yang ada di lantai-lantai lain. Tak ada yang istimewa atau barang-barang berharga seperti yang dibayangkan Poppy saat Robin menyatakan larangan memasuki tempat ini. “Kau seperti orang bingung yang baru pertama kali datang ke sini.” “Tidak. Hanya saja … aku sepertinya melupakan sesuatu dan harus kembali ke kamarku dulu,” balas Poppy cepat. Dia menemukan alasan tersebut sesaat sebelum elevator terbuka. Poppy langsung memutar tubuhnya untuk kembali menuju lantai bawah. Namun, Rafael menghalangi Poppy dengan sebuah sentuhan pada bahunya. “Apa … lagi?” tanya Poppy, berusaha menahan kegugupan. Kali ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

19. Pelanggaran Kedua

Trauma akibat penyiksaan masih membekas dalam dirinya. Mungkin saja Poppy hanya berhalusinasi membayangkan seorang tawanan yang disiksa oleh suaminya.Namun, tidak mustahil jika Robin sungguh menyembunyikan seorang tawanan di tempat itu, mengingat Robin merupakan bagian dari keluarga mafia, meskipun Poppy belum tahu bisnis kotor apa yang dijalankan keluarga suaminya.Entah apa yang ada di benak Poppy, mendadak kakinya melangkah maju, masuk ke koridor semakin dalam dan menjauhi elevator. Dia perlu memastikan jika dia tak menjadi gila karena berhalusinasi mendengar suara penderitaan seseorang.“Ugh ….” Suara erangan itu kembali terdengar samar. Namun, Poppy kali ini yakin tak salah mendengar. Suara itu begitu nyata, bukan halusinasi semata.Pada akhirnya, langkah Poppy terhenti di depan pintu kayu dengan ukiran abstrak menyeramkan. Suara erangan tadi sudah tak terdengar, namun dia yakin berhenti di tempat yang benar.Dia kemudian menunduk, mengintip pada lubang kunci …Gelap. Lubang kec
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

20. Dipaksa Mengaku

“T-Tidak ….” Poppy bahkan tak pernah berpikir akan menggunakan kelemahan Robin untuk mencari keuntungan, bahkan tak ingin mengetahuinya. Dia sungguh memahami kehidupan keras para mafia di Pulau Solterra. Orang yang nekat mengancam Saul akan berakhir dengan lubang di kepalanya. Para mafia itu tak segan melenyapkan nyawa manusia, yang mereka anggap tak ada harganya.Poppy jelas tak mau hal itu terjadi padanya. Dia ingin bertahan hidup sampai bisa terlepas dari jeratan Robin, kemudian kembali ke tempat asalnya untuk menuntut penjelasan atas perbuatan ibu tirinya.“Baiklah, kalau begitu, berikan bukti bahwa kau memang tidak punya pilihan selain masuk ke tempat ini. Kau bisa menyuruh Rafael untuk menjelaskan padaku.”Setelah menginjakkan kaki di lantai tiga, Poppy tak melihat adanya kamera pengawas, tak seperti di lantai lainnya. Dia tak akan bisa membuktikan kebenarannya.Namun, pernyataan Robin menawarkan secercah harapan supaya dia terlepas dari hukuman. Dia dapat meminta Rafael untuk m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status