Share

16. Teman Pertama

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-12-07 22:10:46

“Rafael!” sergah Robin. Tampaknya, Robin tak senang dengan ucapan adiknya, meski Rafael hanya menirukan ucapan Dante.

Poppy terlonjak kecil, langsung mengalihkan pandangan dari adik tirinya, takut Robin akan salah paham dan menghukumnya lagi. Meski tak melihat Robin, Poppy bisa merasakan tatapan tajam yang menusuk dari samping, berasal dari suaminya.

“Aku hanya mengatakan semua yang kakek sampaikan. Jangan marah padaku.”

Wajah tegas Robin terlihat mengeras. Kakak beradik itu mempertahankan kontak mata cukup lama, hingga Rafael mengalihkan pandangan lebih dulu ke bawah, pada hidangan di piringnya.

“Apa kau tidak punya teman lain? Kau tidak seharusnya menemani istri orang.”

“Temanku banyak, tapi tidak dengan Poppy. Kudengar dia berasal dari negara lain dan belum lama tinggal di negara ini. Poppy pasti tidak punya banyak teman di sini dan aku akan menjadi teman pertamanya. Selain itu, kakek menyuruhku membantu Poppy agar terbiasa dengan kehidupan kita.”

Poppy menunduk, Rafael seperti
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   17. Melanggar Larangan

    Ketika anak buah Saul menculik Poppy, pada saat itu, dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di tingkat menengah atas. Poppy sejak dulu hanya fokus belajar dan tak punya banyak teman. Dia hanya bicara dengan teman-teman sekelas seperlunya saja.Selagi remaja seusianya telah memahami makna cinta pada lawan jenisnya, Poppy lebih memilih menghabiskan waktu dengan keluarga. Apalagi, Poppy merupakan anak semata wayang yang sangat dijaga oleh orang tuanya agar tak terjerat dalam arus pergaulan bebas.Meskipun begitu, dia pernah menerima pendidikan seksual, tetapi tak terlalu mendalam. Dia tak memahami sepenuhnya arti tanda cinta yang dijelaskan oleh Rafael. Namun, dia bisa menduga maksud Robin meninggalkan tanda tersebut supaya Rafael memperhatikannya.‘Dia mungkin hanya ingin menunjukkan kepada Rafael bahwa kami saling mencintai dan benar-benar menikah dan bukan karena alasan tertentu.’“Kau tidak perlu malu. Semua pasangan pasti pernah melakukannya.” Rafael terkekeh kecil melihat reaksi

    Last Updated : 2024-12-08
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   18. Lantai Tiga

    “Kenapa kau hanya diam di situ?” tegur Rafael seraya mengulurkan tangan untuk mencegah pintu otomatis elevator tertutup. Aroma manis menyengat indra penciuman Poppy saat dia melangkah ke dalam ruang besar yang dilapisi karpet merah dan tebal. Aroma itu membuat Poppy teringat pada napas hangat Robin, membuat udara di sekitarnya terasa mencekik. Hiasan di depan pintu elevator mirip dengan yang ada di lantai-lantai lain. Tak ada yang istimewa atau barang-barang berharga seperti yang dibayangkan Poppy saat Robin menyatakan larangan memasuki tempat ini. “Kau seperti orang bingung yang baru pertama kali datang ke sini.” “Tidak. Hanya saja … aku sepertinya melupakan sesuatu dan harus kembali ke kamarku dulu,” balas Poppy cepat. Dia menemukan alasan tersebut sesaat sebelum elevator terbuka. Poppy langsung memutar tubuhnya untuk kembali menuju lantai bawah. Namun, Rafael menghalangi Poppy dengan sebuah sentuhan pada bahunya. “Apa … lagi?” tanya Poppy, berusaha menahan kegugupan. Kali ini

    Last Updated : 2024-12-08
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   19. Pelanggaran Kedua

    Trauma akibat penyiksaan masih membekas dalam dirinya. Mungkin saja Poppy hanya berhalusinasi membayangkan seorang tawanan yang disiksa oleh suaminya.Namun, tidak mustahil jika Robin sungguh menyembunyikan seorang tawanan di tempat itu, mengingat Robin merupakan bagian dari keluarga mafia, meskipun Poppy belum tahu bisnis kotor apa yang dijalankan keluarga suaminya.Entah apa yang ada di benak Poppy, mendadak kakinya melangkah maju, masuk ke koridor semakin dalam dan menjauhi elevator. Dia perlu memastikan jika dia tak menjadi gila karena berhalusinasi mendengar suara penderitaan seseorang.“Ugh ….” Suara erangan itu kembali terdengar samar. Namun, Poppy kali ini yakin tak salah mendengar. Suara itu begitu nyata, bukan halusinasi semata.Pada akhirnya, langkah Poppy terhenti di depan pintu kayu dengan ukiran abstrak menyeramkan. Suara erangan tadi sudah tak terdengar, namun dia yakin berhenti di tempat yang benar.Dia kemudian menunduk, mengintip pada lubang kunci …Gelap. Lubang kec

    Last Updated : 2024-12-09
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   20. Dipaksa Mengaku

    “T-Tidak ….” Poppy bahkan tak pernah berpikir akan menggunakan kelemahan Robin untuk mencari keuntungan, bahkan tak ingin mengetahuinya. Dia sungguh memahami kehidupan keras para mafia di Pulau Solterra. Orang yang nekat mengancam Saul akan berakhir dengan lubang di kepalanya. Para mafia itu tak segan melenyapkan nyawa manusia, yang mereka anggap tak ada harganya.Poppy jelas tak mau hal itu terjadi padanya. Dia ingin bertahan hidup sampai bisa terlepas dari jeratan Robin, kemudian kembali ke tempat asalnya untuk menuntut penjelasan atas perbuatan ibu tirinya.“Baiklah, kalau begitu, berikan bukti bahwa kau memang tidak punya pilihan selain masuk ke tempat ini. Kau bisa menyuruh Rafael untuk menjelaskan padaku.”Setelah menginjakkan kaki di lantai tiga, Poppy tak melihat adanya kamera pengawas, tak seperti di lantai lainnya. Dia tak akan bisa membuktikan kebenarannya.Namun, pernyataan Robin menawarkan secercah harapan supaya dia terlepas dari hukuman. Dia dapat meminta Rafael untuk m

    Last Updated : 2024-12-09
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   21. Perempuan Munafik

    “Tuan ….”Sadar Robin sudah berada di belakangnya, Poppy segera menghindar menjauh. Akan tetapi, tangan kiri Robin bergerak lebih cepat menahan pintu elevator, berdekatan dengan pinggangnya. Poppy pada akhirnya terperangkap dalam pelukan Robin yang memberikan rasa sesak, seolah-olah mengancam hidupnya.“Ampuni saya kali ini, Tuan …,” pinta Poppy, suaranya lirih tak bertenaga.Poppy menggeleng pelan, masih memunggungi Robin dan tak berani berbalik. Jika hukuman itu seperti sebelumnya, Poppy tak sanggup lagi. Namun, dia juga tak menginginkan hukuman apa pun.“Saya bersumpah tidak akan mengulang—” Pundak Poppy tersentak dan suaranya mendadak hilang. Robin tiba-tiba menggigit lehernya, seperti makhluk penghisap darah yang ingin menguras habis seluruh darahnya. Di saat yang sama, dia pun teringat dari mana datangnya tanda kepemilikan yang memenuhi tubuhnya.“T-Tuan … saya mohon ….”Permohonan Poppy dijawab oleh sentuhan kasar Robin yang meremas di balik roknya, menekan pahanya hingga sem

    Last Updated : 2024-12-10
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   22. Tekad

    Pandangan Poppy buram oleh air mata ketika melihat carut samar di pergelangan tangannya. Tampak bekas luka goresan ketika dia mencoba memutus nadi kehidupannya.Tak hanya sekali Poppy berusaha mengakhiri hidupnya. Apalagi, setiap kali mengingat sang ayah yang telah tiada satu bulan sebelum anak buah Saul menculiknya.Namun, nyawa Poppy tetap terselamatkan. Berulang kali Saul menyelamatkan Poppy dari percobaan bunuh diri, kemudian menghukumnya dengan cambuk karena bertindak bodoh, mencoba melarikan diri dari tugasnya.‘Aku akan memberimu hukuman lebih kejam dari ini kalau kau melanggar aturanku lagi.’ Kata-kata Saul tak jauh berbeda dengan ancaman Robin setelah menghukumnya.Poppy terisak sambil menekan pergelangan tangannya.Bekas luka di pergelangannya itu mengingatkan Poppy ketika berencana melarikan diri dari Pulau Solterra, upaya terakhirnya bertahan hidup. Dia sudah menyerah dengan kehidupan yang selama empat tahun ini dijalaninya, nekat melarikan diri dengan satu tawanan lain ke

    Last Updated : 2024-12-10
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   23. Bukan Barang

    Di ruang depan pintu elevator lantai tiga, Robin duduk menanti adiknya dengan ekspresi dingin. Jarinya mengetuk-ngetuk sandaran lengan sofa yang empuk dan lembut. Ketika pintu terbuka, dia langsung menatap tajam Rafael yang melangkah keluar dari elevator. Tatapan itu menyiratkan agar Rafael berhenti melanjutkan langkahnya. Namun, Rafael tetap berjalan sambil menunduk dengan kedua tangan bersarang di saku celana. Tatapannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu di setiap langkah. “Aku sudah mengatakan berulang kali, kau tidak boleh ke sini. Apa kau sengaja menyeret istriku untuk membuatku marah?” Rafael sontak menghentikan gerakan kaki. Dia terkejut setelah melihat Robin dan sontak mengeluarkan tangan dari saku celana. “Istrimu, huh?” cibir Rafael, suaranya lirih dan tak terdengar Robin. Robin benar-benar tak menipu Poppy. Dia memang tidak mengizinkan Rafael menginjakkan kaki di lantai tiga. Oleh karena itu, Robin sangat marah pada Poppy karena melanggar larangannya, serta

    Last Updated : 2024-12-10
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   24. Berbagi Rahasia

    Walaupun Rafael tak ada di sekitar, namun selama adik ipar atau keluarga Luciano lain menginap di kediaman, para pelayan memperlakukan Poppy dengan baik. Mereka sangat berhati-hati dalam bersikap, sesuai dengan instruksi Robin.Oleh karena itu, Poppy bisa leluasa pergi ke perpustakaan untuk mencari buku yang ingin dibacanya. Bukan buku sebelumnya yang berisi pengetahuan umum untuk melanjutkan hidup setelah bercerai.“Perlukah saya menyiapkan camilan dan teh hangat untuk menemani Anda membaca buku, Nyonya?” tanya salah satu pelayan yang melihat Poppy memasuki perpustakaan dan langsung menghampirinya.“Tidak perlu. Aku hanya sebentar,” tolak Poppy, mengusir halus pelayan itu.Poppy ingin mencari buku tentang cara mencegah kehamilan. Dia tak ingin menarik perhatian, apalagi membuat Robin sampai mencurigai dirinya lagi.Robin tak menyediakan ponsel pintar yang bisa dia gunakan untuk berselancar di internet, sehingga informasi yang bisa dia dapatkan sangat terbatas, hanya melalui buku. Sel

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   35. Keliru

    Poppy ingin menanyakan alasan perubahan Donna yang begitu mendadak. Namun, mulutnya sulit untuk mengatakan isi hatinya.“Aku tidak memasukkan dalam hati setiap ucapan dan tindakan buruk orang-orang.” Alhasil, dia hanya bisa mengatakan kebohongan sebagai jawaban.Poppy selalu membayangkan bisa bercakap-cakap santai dengan seseorang, namun dia tak pernah bisa melakukannya. Dia takut jika kata-katanya akan menyakiti atau menyinggung lawan bicaranya. Alhasil, dia hanya mengucap kalimat yang membuat orang tersenyum saat mendengarnya.“Terima kasih, Nyonya. Silakan beristirahat.”Ketika Donna keluar dari kamar, Poppy menyesal karena tak mempertanyakan rasa penasarannya. Dia sangat ingin tahu alasan semua orang bersikap baik padanya secara tiba-tiba.Dia segera berjalan ke pintu, ragu-ragu ingin memanggil Donna lagi untuk bertanya, tetapi dia malah mendengar suara pelayan pribadinya itu sedang bercakap-cakap dengan pelayan lain.Poppy menempelkan telinga di pintu agar suara mereka terdengar

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   34. Perubahan Drastis

    Antonio Russo, orang pertama yang diperintahkan Robin untuk menyelidiki latar belakang Poppy. Namun, dia gagal mencari tahu karena Saul Martinez menyembunyikan identitas Poppy yang sesungguhnya dengan sempurna.Salah satu perjanjian antara Saul dan Robin adalah tidak memberikan identitas asli para wanita yang dijualnya. Saul juga telah menyiapkan identitas baru untuk mereka, seolah sosok asli para wanita itu di masa lalu tak pernah ada di dunia.‘Bodoh ….’ Satu kata itu muncul di benak Antonio ketika mengingat penolakan Poppy sebelum sampai di kediaman hari ini.Meskipun belum menemukan informasi atas asal usul Poppy, Antonio tahu penderitaan yang telah Poppy alami selama empat tahun terakhir. Dia merasa iba kepada wanita itu, namun tak menunjukkan terang-terangan.Apalagi, setelah Poppy menolak pemberiannya yang dia lakukan tanpa sepengetahuan Robin. Antonio cukup kecewa karena Poppy seharusnya bisa menggunakan kartu itu untuk menunjukkan sedikit kekuasaan pada para pelayan. Namun, P

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   33. Pemberian

    Mencegah kehamilan saja belum cukup untuk menyelamatkan hidupnya. Cara itu hanya dapat mengulur waktu untuk sementara. Robin bisa menggantikan Poppy dengan wanita lain setelah dianggap tak berguna, tak bisa mengandung keturunannya, kemudian membunuhnya setelah itu. Jika tidak, Poppy terpaksa menghentikan penggunaan pil kontrasepsi dan mengandung keturunan Robin, namun hidupnya akan berakhir sembilan bulan kemudian setelah melahirkan. ‘Haruskah aku merayunya lebih dulu?’ Poppy mulai memikirkan rencana baru untuk menyelamatkan nyawanya. Dia pernah mengintip para gadis tawanan Saul yang diajari cara memuaskan para pria sebelum dijual. Namun, apakah dia sanggup melakukan perbuatan memalukan itu di hadapan Robin? Dia bahkan selalu ketakutan hanya dengan melihat tatapan tajam suaminya itu! “Apa Anda ingin mampir ke suatu tempat sebelum pulang?” Antonio yang duduk bersebelahan dengan Poppy di kursi penumpang belakang tiba-tiba membuatnya tersadar dari lamunannya. “Tidak. Tuan Robin bis

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   32. Pengar

    ‘Ini semua karena Rafael!’ batin Poppy mencari-cari alasan. Beberapa saat lalu, ketika dalam perjalanan menuju kantor perusahaan Luciano, Poppy mendengar ocehan Rafael yang mengatakan bahwa Poppy dan Robin tidak seperti pasangan yang telah menikah. ‘Robin memang menunjukkan kemesraan melalui tanda yang ada di tubuhmu, tapi cara kalian berkomunikasi seperti orang asing yang baru saja bertemu. Apakah aku salah menilai?’ kata Rafael waktu itu. ‘Pasangan kencan pun selalu memanggil satu sama lain dengan julukan mesra, tapi kalian terlalu kaku saat bicara,’ imbuh Rafael. Poppy tak menanggapi karena memang ucapan Rafael ada benarnya. Dia takut akan membuat kesalahan sehingga hanya mendengarkan celotehan Rafael saja. Namun, kata-kata Rafael sesungguhnya masih melekat di benaknya. Hingga tanpa sadar, mulutnya spontan memanggil Robin dengan panggilan mesra. ‘Aku sudah melakukan kesalahan besar!’ Poppy mengutuk diri sendiri dalam hati atas kelancangannya. Namun, bukankah Robin mem

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   31. Sayang

    Poppy menatap pintu besar di hadapannya. Di balik pintu itu, Robin sedang menanti dirinya. Jantung Poppy berdegup kencang oleh perasaan bercampur aduk. Dia takut menghadapi kemarahan Robin, tetapi juga ada debaran lain karena mengingat mimpinya semalam. Poppy ingin membuktikan jika kejadian semalam bukan sekedar mimpi. Namun, dia punya keberanian untuk bertanya. “Kenapa kau hanya berdiri di sana?! Cepat masuk!” Poppy terkejut bukan main. Pintu itu tertutup rapat, tetapi Robin tahu dirinya ada di sana. Setelah melihat ke atas, dia baru sadar ada kamera pengawas yang bisa diakses Robin. Tangan Poppy berkeringat ketika memutar gagang pintu. Dia melangkah kecil memasuki ruangan yang lebih besar dari kantor Rafael itu. Robin sedang memeriksa dokumen di kursi kebesarannya, sambil sesekali menulis sesuatu. Komputer besar menutup sebagian wajahnya, namun Poppy masih bisa melihat tatapan tajam sang suami yang tertuju padanya. “Duduk,” titah Robin, lalu melanjutkan menandatangani dokumen

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   30. Kantor Suami

    Pada akhirnya, Poppy dengan enggan menerima tawaran yang diberikan oleh Rafael. Adik iparnya itu terus berusaha membujuknya, berharap Poppy dapat membuat Robin beristirahat dari rutinitas kerjanya untuk sementara waktu. Di samping itu, tak ada ketentuan dalam perjanjian yang melarang Poppy untuk bepergian. Rafael pun menyampaikan bahwa dia telah memberi tahu Antonio tentang rencananya yang akan mengajak Poppy ke kantor. Namun, Poppy masih merasa kurang nyaman jika hanya mengandalkan persetujuan dari Antonio.“Aku tidak yakin ikut denganmu. Bagaimana kalau aku di rumah saja?” Poppy kembali ragu saat Rafael menghidupkan mesin mobil. Dia duduk gelisah, seakan ingin keluar dari mobil.“Kau akan bosan di rumah sendirian.” Rafael malah memasang sabuk pengaman untuk Poppy.Dada Poppy bergemuruh hebat tatkala Rafael mulai menginjak pedal gas. Dia sangat cemas akan membuat Robin marah, sekaligus antusias karena bisa melihat dunia luar.Sudah lama dia tidak melihat keramaian orang-orang normal

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   29. Ajakan Menarik

    Poppy lantas bergegas ke kamar mandi, melihat sekujur tubuhnya dengan tanda kepemilikan suaminya yang sebelumnya sudah ada, namun sekarang telah memudar. Tak ada tanda kepemilikan baru yang Robin tinggalkan. “Mustahil ….” Gaun tidur yang dipakai Poppy semalam pun seharusnya basah, tetapi tak ada tanda-tanda cairan cinta darinya atau milik suaminya membasahi gaun tipis itu. Seluruh pakaian Poppy memiliki motif dan model berbeda. Tak mungkin Robin mengganti gaun tidur yang hanya ada satu itu. Poppy masih penasaran. Dia sampai mengangkat gaun dan mengendus-endus, mencari aroma suaminya yang mungkin tertinggal. Namun, indra penciumannya hanya menangkap aroma pewangi pakaian. “Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Dan bagaimana bisa mimpi terasa sangat nyata?” Mustahil dirinya mengharapkan kehadiran Robin setelah lama menanti, yang akhirnya tertidur sendiri dan memimpikannya. Dia justru ingin menghindari Robin sebisa mungkin. “Aku sempat membaca buku tentang trauma akibat kekerasa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   28. Memabukkan

    Poppy diam-diam merasa takjub oleh sensasi aneh yang baru pertama kali dia rasakan dan memabukkan. Ciuman itu terasa nikmat, tetapi sangat berbeda dari hubungan badan yang biasa mereka lakukan setiap malam, dan terasa menggetarkan hatinya. Bibir Robin ternyata sangat lembut dan tebal. Poppy sesekali menggigit bibir itu, dan tanpa sadar membuat Robin mengerang pelan. “Manis …,” ujar Robin setelah tiba-tiba menjauhkan bibirnya, suaranya berat dan begitu dalam, namun tidak terdengar mengancam. Jantung Poppy mendadak berdebar semakin kencang. Apakah Robin sungguh mengatakan bahwa bibir Poppy terasa manis? Robin yang dingin dan seperti patung yang tak pernah menunjukkan ekspresi selain sinis itu? Tentu saja Poppy sangat terkejut. Pengaruh alkohol ternyata dapat mengubah sikap seseorang dalam sekejap. Namun, keterkejutan itu tak berlangsung lama. “Tuan!” Kali ini, suara nyaring lolos dari bibir Poppy yang sudah terlepas dari ciuman itu, terkejut oleh gerakan mendadak yang dilakukan Robi

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   27. Pertama

    Poppy langsung berhenti bergerak. Mencari alasan dengan cepat, kemudian menjawab, “Saya akan ke toilet sebentar.”Terdengar helaan napas panjang Robin yang tampak lelah. “Benar, aku juga belum mandi. Badanku sangat lengket. Siapkan air hangat untuk berendam,” titahnya kemudian.Poppy segera turun dari ranjang. Namun, langkahnya terhenti oleh kebingungan. “Tidak! Lepaskan dulu bajuku, lalu angkat aku ke kamar mandi!”Mulut Poppy sontak menganga. Apa Robin sedang bercanda? Bagaimana caranya mengangkat badan sebesar itu?“Kau tidak mendengarku?!” bentak Robin. Namun, entah mengapa Poppy lebih takut pada Robin yang biasanya. Pria yang saat ini bersama dirinya itu tak seperti Robin yang sering menghantui pikirannya.“Baik, Tuan.”Poppy mendekati suaminya yang duduk lemas, seperti akan terjatuh. Dia meraba pundak Robin karena tak begitu melihat dengan jelas dalam kegelapan, kemeja yang dipakai suaminya pun berwarna hitam.Napas kasar Robin menerpa kening Poppy ketika tangannya berusaha me

DMCA.com Protection Status