Share

11. Pengakuan Palsu

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-12-05 21:16:29

Robin menatap ke bawah tanpa menekuk wajahnya, mendengar Poppy memohon agar Robin mengampuni kesalahannya. Raut wajah Robin datar dan sulit dibaca, seperti tak menunjukkan belas kasihan pada istrinya sedikit pun.

“Saya berjanji akan memperbaiki semua kesalahan saya, Tuan …,” pinta Poppy memelas, menahan lagi tangisannya agar Robin tak semakin marah.

Poppy menunduk semakin dalam hingga wajahnya hampir menyentuh paha, sedangkan tangannya masih memegangi celana Robin.

Pikirannya dikuasai oleh ingatan ketika Saul menghukumnya dengan cambukan dan pukulan. Sangat takut Robin akan melakukan tindakan yang sama untuk menghukumnya.

“Katakan … apa saja kesalahanmu?” Robin bahkan tak menyuruh Poppy berdiri.

“Saya … saya mengotori gaun mahal … yang sudah Anda belikan ….”

“Salah,” tegas Robin. “Kau pikir aku tidak bisa membelikan gaun baru hanya karena kau mengotorinya?”

Manik Poppy bergerak ke kanan-kiri, bingung harus menjawab apa. Dia tak merasa telah merayu adik iparnya, jadi bukan itu yang ha
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   12. Hukuman

    Poppy merasakan getaran yang berbeda dari suara suaminya. Kali ini, dia yakin jika hukuman dari Robin sudah tak bisa dicegah. Dia terpaksa mengatakan pengakuan palsu karena terbayang cambukan Saul yang menyakitkan. Bahkan, setiap kali melihat bekas luka cambukan di betisnya, Poppy seakan masih merasakan kesakitan itu. “Saya sebenarnya tidak–” Poppy bingung … tak mengaku tetap salah, mengaku pun Robin jadi semakin marah. “Lepaskan,” titah Robin, mencegah Poppy memberi alasan lainnya. “A-apa … maksud Anda?” tanya Poppy tak mengerti. “Turunkan celanaku.” Mata Poppy sontak terbelalak. Dia bisa menebak hukuman apa yang ingin Robin lakukan. ‘Tidak … aku perlu mengatur rencana agar tidak bisa mengandung anaknya lebih dulu!’ Poppy teringat kata-kata Rafael sebelumnya. Jika sampai melahirkan anak Robin, dia mungkin akan segera kehilangan nyawanya. “Apa telingamu hanya pajangan?” Ketegasan Robin tak bisa dibantah. Dengan tangan gemetaran, Poppy menyentuh sabuk di pinggang Robin. Dia m

    Last Updated : 2024-12-05
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   13. Menikmati Hukuman

    “Tidak!” balas Poppy dengan cepat, sedikit meninggikan suara karena panik. Mengapa lagi-lagi harus menyeret Rafael ke dalam masalah mereka?“Saya … akan segera melakukannya,” lanjut Poppy, suaranya langsung berubah lirih.Dia pernah mendengar dua pria menggauli satu wanita sekaligus, takut Robin benar-benar akan melakukan itu padanya. Kemudian dia buru-buru melepas seluruh kain yang melekat di tubuhnya, menutup dada menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan satunya menutup area kewanitaannya.“Singkirkan tanganmu.”Poppy malu setiap kali mengekspos tubuhnya meski bukan pertama kali. Apalagi, dia tak bisa melihat apa pun, tak tahu apa yang sedang dilihat atau dilakukan Robin.“T-Tuan …?”Sudah dua menit berlalu Poppy berdiri dengan badan kaku, kedua tangannya masih di samping badan sesuai perintah Robin. Namun, Robin tak mengatakan apa pun lagi.Tubuh Poppy mulai gemetaran ketika mengingat satu kejadian yang menyakitkan. Dia pernah di situasi yang sama, namun dengan berpakaian lengkap

    Last Updated : 2024-12-06
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   14. Membekas Selamanya

    Robin mendorong punggung Poppy hingga menunduk setengah badan sambil masih berdiri. Kedua tangan Poppy tiba-tiba ditarik ke belakang, diikat oleh cengkeraman Robin yang cukup kuat.Badan Poppy seketika menggigil. Dengan kedua tangan terikat di belakang, dia pikir Robin akan menyakiti dirinya dengan cara yang berbeda. Namun, matanya di balik dasi langsung terbelalak, begitu merasakan Robin kembali memasuki dirinya. Poppy tak siap dengan serangan kilat itu. Entakan kuat dan cepat dari belakang yang Robin lakukan sangat mengejutkan. “Ahh … Tuan!”Namun, Robin justru memacu gerakan lebih cepat dari sebelumnya. Hingga Poppy tak bisa menahan diri untuk tak mengeluarkan suara.“P-pelan … sakit, Tuan ….” Meski sesekali terasa menyakitkan, kenikmatan itu tetap menghantamnya berulang-ulang. Kakinya sampai gemetaran dan akhirnya kehilangan keseimbangan.Robin langsung menangkap tubuhnya dengan satu tangan. Melingkarkan ibu jari dan telunjuknya di leher Poppy, kemudian menarik ke belakang hing

    Last Updated : 2024-12-06
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   15. Menemanimu

    Sambil meratapi nasibnya, Poppy mengambil gaun merah di ranjang. Saat gaun yang dilipat itu terbuka, mata Poppy sontak terbelalak.Gaun merah selutut dengan lengan pendek itu bisa menampilkan tanda merah di lehernya dengan jelas!“Apa dia sungguh akan menyingkirkanku, hanya karena aku membuat kesalahan yang tidak pernah aku lakukan?”Poppy yakin, Robin sengaja menyuruhnya memakai baju yang sedikit terbuka itu karena masih belum puas menghukumnya, juga menunjukkan kepada Rafael bahwa dia bukanlah siapa-siapa yang pantas diajak bicara.Seandainya identitas Poppy tak terbongkar, dia bisa bertanya kepada Donna cara untuk menutupi tanda kemerahan di sekujur tubuhnya. Namun, dia sekarang sudah tidak punya orang yang bisa diajak bicara lagi, membuat dirinya harus berpikir keras mencari cara untuk menutupi tanda itu.***Di ruang makan, Robin dan Rafael sudah menanti dengan hidangan yang tersaji di meja. Untuk pertama kali, Poppy melihat hidangan yang berlimpah dan orang lain duduk di meja ma

    Last Updated : 2024-12-07
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   16. Teman Pertama

    “Rafael!” sergah Robin. Tampaknya, Robin tak senang dengan ucapan adiknya, meski Rafael hanya menirukan ucapan Dante. Poppy terlonjak kecil, langsung mengalihkan pandangan dari adik tirinya, takut Robin akan salah paham dan menghukumnya lagi. Meski tak melihat Robin, Poppy bisa merasakan tatapan tajam yang menusuk dari samping, berasal dari suaminya.“Aku hanya mengatakan semua yang kakek sampaikan. Jangan marah padaku.” Wajah tegas Robin terlihat mengeras. Kakak beradik itu mempertahankan kontak mata cukup lama, hingga Rafael mengalihkan pandangan lebih dulu ke bawah, pada hidangan di piringnya.“Apa kau tidak punya teman lain? Kau tidak seharusnya menemani istri orang.”“Temanku banyak, tapi tidak dengan Poppy. Kudengar dia berasal dari negara lain dan belum lama tinggal di negara ini. Poppy pasti tidak punya banyak teman di sini dan aku akan menjadi teman pertamanya. Selain itu, kakek menyuruhku membantu Poppy agar terbiasa dengan kehidupan kita.” Poppy menunduk, Rafael seperti

    Last Updated : 2024-12-07
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   17. Melanggar Larangan

    Ketika anak buah Saul menculik Poppy, pada saat itu, dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di tingkat menengah atas. Poppy sejak dulu hanya fokus belajar dan tak punya banyak teman. Dia hanya bicara dengan teman-teman sekelas seperlunya saja.Selagi remaja seusianya telah memahami makna cinta pada lawan jenisnya, Poppy lebih memilih menghabiskan waktu dengan keluarga. Apalagi, Poppy merupakan anak semata wayang yang sangat dijaga oleh orang tuanya agar tak terjerat dalam arus pergaulan bebas.Meskipun begitu, dia pernah menerima pendidikan seksual, tetapi tak terlalu mendalam. Dia tak memahami sepenuhnya arti tanda cinta yang dijelaskan oleh Rafael. Namun, dia bisa menduga maksud Robin meninggalkan tanda tersebut supaya Rafael memperhatikannya.‘Dia mungkin hanya ingin menunjukkan kepada Rafael bahwa kami saling mencintai dan benar-benar menikah dan bukan karena alasan tertentu.’“Kau tidak perlu malu. Semua pasangan pasti pernah melakukannya.” Rafael terkekeh kecil melihat reaksi

    Last Updated : 2024-12-08
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   18. Lantai Tiga

    “Kenapa kau hanya diam di situ?” tegur Rafael seraya mengulurkan tangan untuk mencegah pintu otomatis elevator tertutup. Aroma manis menyengat indra penciuman Poppy saat dia melangkah ke dalam ruang besar yang dilapisi karpet merah dan tebal. Aroma itu membuat Poppy teringat pada napas hangat Robin, membuat udara di sekitarnya terasa mencekik. Hiasan di depan pintu elevator mirip dengan yang ada di lantai-lantai lain. Tak ada yang istimewa atau barang-barang berharga seperti yang dibayangkan Poppy saat Robin menyatakan larangan memasuki tempat ini. “Kau seperti orang bingung yang baru pertama kali datang ke sini.” “Tidak. Hanya saja … aku sepertinya melupakan sesuatu dan harus kembali ke kamarku dulu,” balas Poppy cepat. Dia menemukan alasan tersebut sesaat sebelum elevator terbuka. Poppy langsung memutar tubuhnya untuk kembali menuju lantai bawah. Namun, Rafael menghalangi Poppy dengan sebuah sentuhan pada bahunya. “Apa … lagi?” tanya Poppy, berusaha menahan kegugupan. Kali ini

    Last Updated : 2024-12-08
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   19. Pelanggaran Kedua

    Trauma akibat penyiksaan masih membekas dalam dirinya. Mungkin saja Poppy hanya berhalusinasi membayangkan seorang tawanan yang disiksa oleh suaminya.Namun, tidak mustahil jika Robin sungguh menyembunyikan seorang tawanan di tempat itu, mengingat Robin merupakan bagian dari keluarga mafia, meskipun Poppy belum tahu bisnis kotor apa yang dijalankan keluarga suaminya.Entah apa yang ada di benak Poppy, mendadak kakinya melangkah maju, masuk ke koridor semakin dalam dan menjauhi elevator. Dia perlu memastikan jika dia tak menjadi gila karena berhalusinasi mendengar suara penderitaan seseorang.“Ugh ….” Suara erangan itu kembali terdengar samar. Namun, Poppy kali ini yakin tak salah mendengar. Suara itu begitu nyata, bukan halusinasi semata.Pada akhirnya, langkah Poppy terhenti di depan pintu kayu dengan ukiran abstrak menyeramkan. Suara erangan tadi sudah tak terdengar, namun dia yakin berhenti di tempat yang benar.Dia kemudian menunduk, mengintip pada lubang kunci …Gelap. Lubang kec

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   150. Suami yang Suka Menghilang

    Firasat Poppy benar. Dia begitu sakit hati saat Robin berniat mengembalikan identitas aslinya.‘Aku seharusnya senang. Tanpa usaha apa pun, aku bisa kembali ke kehidupanku semula. Tapi, rasanya sakit sekali saat tahu kau mungkin akan melepasku,’ batin Poppy, diam ketika Robin melepas tangannya dan melangkah masuk ruang kerjanya, seakan-akan saat ini adalah masa-masa terakhirnya bisa memegang tangan pria itu.“Mari masuk, Nyonya.” Poppy melangkah dengan berat. Namun, ketika masuk ke ruangan kerja suaminya, pikirannya segera teralihkan oleh pemandangan di hadapannya. Ruang kerja yang luas itu tampak menciut dengan banyak pria besar memenuhi ruangan. Poppy tak bisa menahan kekagetan ketika melihat sosok yang tak terduga di antara mereka, orang yang pernah memohon bantuannya agar mau memintakan izin kepada Robin karena mengaku takut padanya. Namun, orang itu sekarang justru duduk di tengah-tengah pria berbadan besar seperti seorang bos tanpa jas snellinya. “Bagaimana kabar Anda, Nyonya

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   149. Jarak

    ‘Kenapa dia memanggilku dengan nama itu?’ batin Poppy gelisah. Entah mengapa dia justru tak senang ketika Robin memanggilnya dengan nama asli. Sudah lama dia berharap Robin memanggil nama Poppy, namun Robin justru seperti ingin menunjukkan jarak, seakan ingin mengembalikan Poppy ke tempat asalnya dengan identitas Stella Valentine.“Apa … maksudmu?”Ucapan Robin yang menyuruhnya untuk bisa melindungi diri sendiri bisa memiliki banyak makna. Akan tetapi, hanya ada satu hal yang muncul di benak Poppy. Robin mungkin akan meninggalkan dirinya sehingga tak akan bisa melindunginya lagi.“Kembali pada posisi menembak,” titah Robin, enggan membicarakan masalah itu.Poppy akhirnya kembali melanjutkan latihan. Mereka hanya membicarakan tentang teknik menembak yang benar, tanpa membahas perkataan Robin sebelumnya.Meski Poppy terlihat sudah melupakan ucapan Robin, namun dalam kepalanya masih dipenuhi tanda tanya. Dia tak berani bertanya ataupun menyela Robin yang bersungguh-sungguh mengajarinya.

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   148. Melindungi Dirimu Sendiri

    DEG!Robin berhenti berjalan selagi meremas dadanya. Entah mengapa dia tiba-tiba merasakan seseorang memanggilnya. Kemudian, kedua alisnya terangkat ketika terbersit firasat buruk.“Apa yang terjadi dengan perempuan itu?” gumamnya.Dia segera mengayunkan kaki dengan cepat. Hingga akhirnya, dia sampai di lapangan latihan tembak tak sampai lima menit.“Apa yang kau lakukan, Jose?!” bentak Robin ketika dia melihat istrinya sedang mengarahkan senjata pada salah satu tawanan mereka.Suara keras Robin biasanya membuat dada Poppy bergetar takut. Namun, sekarang dia sangat lega mendengar suara itu, hingga ingin melempar senjata dan berlari memeluk suaminya.“Apa maksud Anda, Bos?” Jose tak memahami kemarahan Robin.“Aku menyuruhmu mengajarinya menembak, bukan membunuh orang!”Robin mengumpat dalam hati. Dia seharusnya tak teralihkan pada masalah kecil seperti cincin pernikahan. Karena kelalaiannya, Poppy mungkin akan mengingat traumanya.“Oh, kupikir akan lebih baik jika Nyonya Poppy belajar

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   147. Menunggu Robin

    Sementara itu, Robin tak tahu kesulitan apa yang sedang dihadapi istrinya. Dia justru sibuk memilih-milih cincin pernikahan yang tampak elegan, namun dapat terlihat semua orang dengan jelas.“Yang ini sepertinya akan cocok di jari manisnya.” Robin tersenyum puas sambil melipat tangan di depan dada dan menyandarkan punggung di kursinya. Dia membayangkan Poppy akan tersenyum lebar sambil memamerkan cincin itu kepada semua orang, lalu mengatakan bahwa dia adalah milik Robin Luciano.“Tuan, saya sudah datang.” Antonio membuka pintu ruangan itu, lalu menghampiri Robin, berdiri di dekat kursinya. “Anda akan membeli cincin itu?” tanyanya kemudian.Robin memicingkan mata, mengamati gerak-gerik mencurigakan tangan kanannya itu. Antonio sedikit memiringkan kepala ketika melihat cincin dengan berlian tanpa warna. Dia terlihat tak menyukai ide Robin membeli cincin itu.“Cincin itu tidak cocok untuk Anda, Tuan.”“Apa kau pikir aku yang akan memakainya?”“Oh, Anda ingin membelikan cincin itu untuk

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   146. Berlatih

    “Tuan, hentikan …,” isak seorang gadis muda. “Ah, sial! Jangan banyak meronta! Kau sendiri yang merayuku … buka saja kakimu lebih lebar!” Mata Poppy terbelalak ketika melihat pria tampan dan gadis muda sedang bergumul tanpa busana di sofa panjang. Wajahnya sontak merah padam, kemudian Robin menutup matanya. “Jangan berani melihat milik pria lain!” Robin menatap tajam anak buahnya yang akhirnya menyadari kehadirannya. “Keluar dari ruanganku!” bentaknya. Pria itu segera menyeret si gadis keluar sambil membawa pakaian mereka. Robin sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu, tetapi tidak dengan istrinya, dan bukan di ruang kerjanya. Robin mencoba untuk menahan amarahnya. Baru dua hari dia tak datang, kantornya digunakan untuk melakukan tindakan asusila. Dia benar-benar ingin segera merealisasikan tujuannya dan menghabisi semua pria hidung belang itu. “Robin, lepas …,” pinta Poppy, setelah mendengar pintu ditutup. Robin melepaskan tangannya dari mata Poppy. Dia kemudian melempa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   145. Markas Luciano

    Keinginan Dante begitu jelas sampai Poppy yang tidak begitu ahli membaca ekspresi wajah seseorang pun dapat mengetahuinya. Apa pun yang terjadi, Poppy tak sudi melakukan hal keji kepada orang lain.Sayangnya, Poppy tak punya kuasa untuk menolak perintah itu. Robin pun tidak membantah Dante lagi.Mereka bahkan sudah sampai di depan markas besar keluarga Luciano saat ini …“Pegang tanganku,” titah Robin ketika mereka turun dari mobil.Di area parkir luas itu, banyak pria bertato hanya mengenakan kaos tanpa lengan. Mereka segera berbaris, menunduk singkat kepada Robin.“Halo, Bos! Tumben kau datang siang-siang,” sapa pria bertubuh kekar yang menjadi satu-satunya orang berpakaian rapi.“Kakek menyuruh istriku untuk berlatih menembak. Siapkan tempatnya,” perintah Robin, lalu menggandeng Poppy masuk ke pintu ganda besar.“Ingat, kau harus terus berada di sisiku.”Poppy menunduk. Dia semakin erat mencengkeram jaket kulit suaminya.Suasana di markas Lucia

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   144. Menantu Sempurna

    Dante tiba-tiba mengancam dengan kebohongan mereka. Kebohongan apa yang dimaksud Dante? Sebab, telah banyak kebohongan yang mereka lakukan. Apakah tentang pernikahan palsu mereka atau identitas asli Poppy? Poppy dan Robin diam, setidaknya mereka harus mendengar lebih dulu agar tak salah paham dan menjawab berbeda dari maksud Dante, yang justru akan membongkar kebohongan lainnya. “Kau tidak akan bisa berbohong tentang hidupmu, Poppy. Haruskah aku memanggilmu Stella mulai sekarang?” Dante langsung menyelidiki latar belakang Poppy dengan kedua wanita yang mengaku sebagai ibunya. Tak banyak yang bisa ditemukan oleh orang suruhannya karena Robin telah menutup sebagian besar masa lalu Poppy. Akan tetapi, masih ada beberapa orang yang mengenal Carita dan keluarganya yang bisa ditanyai. Dalam semalam, Dante menerima informasi tambahan yang membenarkan bahwa Carita adalah ibu tiri Poppy. Entah bagaimana hubungan mereka, termasuk sosok April yang telah diberikan identitas baru, Dante belum

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   143. Perintah Mengejutkan

    Robin menatap kakeknya tak percaya. “Lalu kenapa, katamu? Aku suaminya dan berhak menyingkirkan semua orang yang berani mendekatinya! Termasuk kau, Kakek!”Ucapan Dante, tentu saja, membuat Robin semakin meradang. Namun, Dante segera menyangkal, “Aku menginginkan Poppy untuk urusan lain. Bukan seperti yang kau pikirkan.”“Apa kau pikir akan akan memercayaimu?! Apa kau kira aku tidak pernah melihatmu memanggil gadis-gadis muda ke kamarmu?”Poppy menelan ludah susah payah selagi menyembunyikan kengerian. Dia seharusnya tahu jika Dante sama saja dengan para mafia lainnya, selalu berbuat buruk meski kondisinya sekarang cukup membuat Poppy iba padanya. Namun, kata-kata Robin masih terlalu mengejutkan. Poppy hanya pernah mendengar tentang Dante yang gemar menyewa gadis-gadis penjaja malam, tak sepenuhnya percaya. Dia tak menyangka jika hal tersebut adalah kebenaran.‘Bagaimana mungkin orang yang sudah berumur seperti Dante Luciano tega menggauli gadis seusia cucunya, bahkan lebih muda? Apa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   142. Tampan

    Robin Luciano bersenandung tak jelas sambil menatap dirinya di pantulan cermin kamar mandi. Kedua tangannya meremas-remas rambut yang berbusa, lalu menoleh ke kanan-kiri dengan gerakan lambat, seperti sedang mencari-cari kecacatan di wajahnya. “Apa aku memang setampan itu?” Gerakan Robin berhenti, lalu terkekeh lirih dan singkat. Dia bersikap seolah-olah tidak terlalu bahagia walaupun hanya ada dirinya sendiri di dalam kamar mandi itu. ‘Robin … lebih cepat lagi … aku suka melihat wajah tampanmu saat mendapat kepuasan dariku.’ Robin mengingat lagi racauan Poppy semalam. Badannya tiba-tiba berguncang pelan, merinding oleh gelenyar nikmat yang seolah masih bisa dirasakannya. “Kakek … kakek … jangan harap kau bisa merayu istriku. Wajahmu tidak setampan aku.” Robin menyeringai pada diri sendiri di depannya. TOK TOK! “Lihat, lihat … dia sudah tidak sabar melihatku sampai menggangguku yang sedang mandi.” Robin bergeleng-geleng sambil berdecak dengan satu sudut mulut terangkat.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status